Sebuah sapaan ringan mengalun dan terdengar
mengejutkan ditelingaku.
“Manami... kaukah itu?”
Aku menoleh dan meninggalkan perhatianku ke
wajah yang semula kulihat.
“Tomoyaaa....” Pekik ringan yang tak sadar
keluar dari mulutku menyambut kehadirannya di dekatku. Tomoya bersama istri
yang baru saja dinikahinya beberapa saat yang lalu. Dengan penuh kehangatan aku
memeluk Tomoya dan menepuk-nepuk bahu sembari mengucapkan selamat atas
pernikahannya. Demikian pula dengan sang istri yang berganti kupeluk setelah
Tomoya.
“Terimakasih sudah hadir di pernikahanku. Aku
sangat merindukanmu.. sudah lama kita tak pernah bertemu.. bagaimana keadaanmu?
Baik-baik saja?”
“Seperti yang kau lihat... aku datang di
pernikahanmu dan aku terlihat sangat segar bugar bukan?”
Kekeh ringan keluar dari bibir kami
masing-masing.
Pandangan mata Tomoya beralih ke samping.
Senyum singkat dan sedikit membungkukkan badan ia mendekati Kanna.
“Kau pasti Kanna. Kau sangat cantik seperti
Ibumu.. jadilah anak yang baik dan pintar ya Kanna...”
Raut wajah Kanna lebih berbinar dari
sebelumnya karena Tomoya juga menepuk-nepuk dengan penuh rasa sayang di kepala
Kanna. Kanna menoleh kearahku dengan tatapan bahagia.
“Ibu... Paman sangat baik..”
“Tentu saja.. karena Paman adalah teman Ibu.”
Gaunku tertarik. Kanna yang menariknya, aku
paham betul akan bahasa tubuhnya. Ia ingin membisikkan sesuatu padaku.
“Ada apa Kanna?” Aku sedikit membungkuk dan mendekatkan telingaku pada bibir Kanna.
“Bolehkan aku memeluk dan mencium pipi Bibi
pengantin Ibu?”
Aku terkekeh geli dan memandang ke arah
Tomoya yang terlihat sangat penasaran dengan apa yang aku dan Kanna bicarakan.
“Apa katanya?” Tomoya menaikkan alisnya.
“Kanna ingin sekali memeluk dan mencium pipi
Bibi Pengantin. Bolehkah Bibi?” Aku mewakili dan mengatakan apa yang ingin
Kanna katakan karena Kanna terlihat agak malu dengan pipi putih dan gembul yang
terlihat merona.
“Tentu saja Kanna sayang, sini mendekat pada
Bibi...” Istri cantik Tomoya yang bernama Mariko langsung membuka kedua lengan
yang dibalut sarung tangan transparan berwarna putih untuk bersiap menerima pelukan
dari Kanna.
Dengan langkah ragu dan terlihat malu, Kanna
berjalan perlahan kearah Mariko dan memberikan pelukan kecil yang hangat.
Hatiku terasa sangat hangat melihat Kanna dan Mariko terlihat bisa dekat satu
sama lain. Aku memahami betul bahwa
Kanna hanya mengenal sosok-sosok dewasa hanya pada pekerjaku dan guru yang
mengajarnya serta Yakumi San. Selebihnya ia tak pernah sama sekali bercengkrama
dengan siapapun.
“Kanna
kau mau eskrim? Kau bisa mengambilnya di meja desert dan ambilah sesukamu. Kau suka
eskrim rasa apa?” Mariko menggandeng kedua tangan Kanna dengan posisi masih
sedikit membungkuk.
Kanna hanya mengangguk malu-malu dan
mengeluarkan suara seperti sedang berbisik.
“Vanila coklat... Terimakasih Bibi
Pengantin...” Setelah mengeluarkan sepatah dua patah kata, Kanna menunduk
dalam-dalam dan menarik-narik lagi ujung gaunku. Aku tanggap akan hal itu.
“Terimakasih Mariko aku akan mengambilnya
bersama Kanna nanti, jika kalian ingin menemui tamu lainnya kupersilahkan...
Selamat untuk kalian berdua. Cepatlah menyusul Ryota untuk mempunyai anak yang
lucu.”
“Kami juga sangat berterimakasih Manami kau
mau datang, nikmatilah acara kami. Pulanglah setelah acara selesai, kami ingin
mengambil foto bersamamu.”
“Baiklah... Sekali lagi selamat untuk
kalian.”
Aku kembali memeluk Mariko dan menjabat
tangan Tomoya. Setelah itu mereka berlalu menghampiri untuk
bercengkrama dengan tamu lain yang hadir.
“Ibu....”
“Iya Kanna sayang... kau mau eskrim?”
Kanna hanya mengangguk dengan anggukan kuat
dan senyum kecil yang manis serta kedipan mata centil yang biasa ia perlihatkan
padaku ketika meminta sesuatu.
“Kalau begitu.... Let’s goooo....” Dengan
semangat aku menggandeng Kanna untuk menuju meja yang mengambil beberapa scoup eskrim ke dalam
piring kecil. Melupakan seseorang yang tadinya sempat singgah dipikiranku.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
“Kemana saja kau selama ini?”
Suara berat dan penuh penekanan menyambutku
saat keluar dari toilet saat aku baru saja merapikan make up dan menata
rambutku yang sedikit berantakan. Demi Tuhan aku sangat terkejut mendengar
suara itu kembali, membuatku kembali mengingat akan kemarahannya beberapa tahun
yang lalu. Sesosok laki-laki jangkung berambut pirang dan bermata sayu menghadangku.
“Aaa... Toru.... ” Lidahku terasa sangat
kelu.
Aku menatap sungkan pada Toru dan menghindari
matanya agar degup dalam dadaku tak bertambah makin kencang. Lelaki yang
bersandar di dinding dan tengah menatapku seolah aku ini adalah seekor kelinci
yang siap jadi buruannya.
Aku tersadar bahwa sapaanku pada Toru sangat
canggung.
“Tak perlu berbasa-basi.” Ujarnya sinis.
“Aaa......” Ucapanku seperti tersangkut di
tenggorokan dan tak mudah meloloskannya di saat seperti ini.
“Selalu seperti inikah kebiasaanmu?
Menghilang setiap ada masalah besar di hidupmu???” Sentak Toru.
Gertakan tertahan Toru seperti suara petir
yang menggelegar di telingaku...
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
“Ibu......”
Gadis kecil itu terlihat gelisah dan tak
tenang, sudah terlalu lama ia menunggu Ibunya yang sebelumnya berpamitan pergi
ke toilet. Gadis kecil itu mengerti tentang waktu yang sebentar ataupun lama,
ia hafal bahwa Ibunya tak pernah berbohong soal waktu. Ibunya berpamitan seusai
keduanya menghabiskan eskrim dan hendak berfoto bersama dengan mempelai
pengantin.
“Ibu dimana.....? Ibu, Kanna takut
sendirian.... Ibu...”
Diremasnya gaun berenda miliknya hingga ujung
roknya sedikit terangkat hingga terlihat betis kecilnya. Tangannya mulai basah
oleh keringat dingin karena merasa asing dengan sekitarnya yang menurutnya
tidak pernah ia temui sebelumnya. Kanna
mulai merasa ketakutan. Sejenak kemudian ia memejamkan mata, kedua ujung
bibirnya tertarik kebawah bersiap untuk menangis jika saja tak ada suara yang
menyapanya halus...
“Hai gadis cantik, kenapa wajahmu sangat
sedih? Apa kau sendirian? Dimana orangtuamu?”
Suara lelaki yang terdengar bersahabat, pikir
Kanna. Tapi ia selalu teringat kata-kata Ibunya yang selalu mengatakan
bahwa berhati-hati jika ada orang asing
yang mengajaknya bicara. Kanna selalu mengingat itu, jadi ketika ‘lelaki asing’
mengajaknya berbicara Kanna hanya diam dan menunduk tak berani memandang
seseorang yang berada di hadapannya.
“Kenapa diam saja? Jangan takut, Paman bukan
orang jahat....” Kekeh ‘Si Lelaki Asing’ dengan suaranya yang terdengar sangat renyah.
Kanna bingung. Ia akhirnya berani mengangkat
wajahnya kemudian menoleh dan melancarkan pandangan ke segala arah kemudian
berakhir pada obyek yang berdiri membungkuk di hadapannya. Seorang lelaki yang
menurut Kanna pantas disebut dengan sebutan paman, serta lelaki yang juga
terlihat baik.
“Aku kehilangan Ibu...” Akhirnya Kanna
membuka suara juga. Suaranya terdengar lirih dan kalah oleh hingar bingar
pesta.
“Hmmmm...??? Kehilangan Ibumu? Bagaimana
bisa?”
Hanya gelengan kepala yang bisa Kanna berikan
atas jawaban ‘Lelaki Asing’ yang menatapnya penuh tanda tanya.
“Baiklah Paman akan membantumu mencari dimana
Ibumu berada. Paman orang baik jadi jangan takut pada Paman ya...”
Kanna hanya mengangguk pelan, masih khawatir
jika nanti ia dan ibunya tak akan bertemu. ‘Si Lelaki Asing’ menggandeng tangan
mungil Kanna ketika berjalan agar tak hilang ditelan kerumunan tamu.
“Kenapa wajahmu masih sedih? Ayo tersenyum..” Ujar ‘Lelaki Asing’ sambil terus mencoba
untuk menghibur Kanna yang masih dihiasi wajah muram.
Pelan-pelan Kanna akhirnya bisa tersenyum
walaupun hanya senyum singkat yang bisa ia perlihatkan. Tangannya digenggam
erat oleh lelaki asing yang baru ia kenal, meski begitu Kanna merasa nyaman dan
tak merasakan sesuatu yang bisa membuatnya takut. Dilihatnya seluruh penjuru ruangan serta para tamu, mencari tahu
keberadaan Ibunya dengan balutan gaun putih yang lama tak kembali. Ternyata
cukup banyak tamu yang menggunakan gaun berwarna putih sehingga membutuhkan
waktu untuk ‘menyibak’ tamu demi tamu bergaun putih. Setelah sekian lama
berjalan, berakhirlah mereka berdua di halaman belakang gedung yang lepas dari
keramaian. Kanna menemukan sosok yang tiap hari selalu bersamanya...
“Itu Ibu..!!! Paman..paman itu Ibu !! “ Sorak
Kanna dengan nada ceria.
‘Si Lelaki Asing’ pun menoleh kesamping dan tiba-tiba
genggaman tangannya pada Kanna sedikit merenggang. Kanna pun menampakkan wajah
keheranan dengan kedua alisnya saling bertaut. Ia harus menyaksikan pergelangan
tangan Ibunya tengah dicengkeram kuat oleh lelaki lain yang sama sekali belum
pernah ia lihat selama hidupnya.
“Ibu..... ! “ Pekik Kanna
“Manami.......” Desis ‘Lelaki Asing’
Bersambung.
**************************************************************
Hoi hoi hoi.... udah kelamaan banget ya nungguin chapter ini? Padahal udah dijanjiin bakal cepet posting tapi nyatanya....
Huh emang dasar tuh authornya suka seenaknya #nunjukdirisendiri hahahahaha
Tapi semoga chapterini bisa membunuh rasa penasaran yang udah numpuk di ubun-ubun yak... mungkin besok atau besoknyalagi chapter selanjutnya nongol lagi. Jadi.... tetep setia baca kapanmainlagi ya....
Selamat Malam
Terimakasih Sudah Berkunjung
Kapan-kapan Main Lagi Ya....
Wohoo.. Akhirnya muncul juga lanjutan efef yg satu ini..
BalasHapusMasih setia nungguin lanjutan selanjutnya..
Mangat ya sist..
Wuih... langsung ada komentar masuk. Cepet banget kayak kilat...
HapusMakasih ya Riska udahjadi pembaca setia :D
Akhirrrnyaaa setelah dibikin galau ama mbak author, btw makasih mbak authooor hoho
BalasHapusTapi seriusan deh, aku bacanya deg deg-an pas bagian akhirnya hehehe
Ditunggu kelanjutannya yaa :)
Jangan panggil author ah, jadi gaenak... hehehehe
Hapusiyaaaa stay tune terus ya di kapanmainlagi... etdah dikira radio pake staytuned segala :v
Hohoho sorry itu kebiasaan baca ff jaman kena korea attack :p
HapusAku manggilnya apa dong?
Sip sip, ditunggu cerita barunya sama lanjutannya
Panggil nama aja lebih enak hehehehe.
HapusWokay... makasih ya Nurul :D *wink
Halah.. Ini sangat-sangat menggantung :o tapi apik mbak :D gawe kepo wkwkwkw
BalasHapusSengaja.
Hapuswkwkwkwkwkwk
huuaaaaaaa ...
BalasHapusakhirnyaaaaa mba widi posting jugaa*terharu
tadinya aku ragu mau cek blognya mba widi .. tp ternyataaa janjimu kamu tepati mbaak ...
kereeennn ...
aku bener kan bener .. itu toruuu ...
ayo update lagi mbak .. jangan lama2 ya mba widii ..
ga sabar baca lanjutannya ..
*hugging
aku ga bisa komen apa-apa.
Hapuscuman bisa ngakak, "hahahahahahhaa" doang :D
ngakak aja mba widii ...
Hapusdirimu itu ga tau gimana antusiasnya aku baca lanjutan cerita ini ...
durasinya kok pendek to mbaa .. atau aku yg kecepetan bacanya ya ?
pokok'e jgn lama2 mba widiii posting lanjutannya ... jangan sampe tahun depan lo yaa ...
hahaaa
Sengaja pendek sih, soalnya kalo kepanjangan mood suka ilang-ilang sendiri dan tau-tau malah mandeg & gajadi posting hahahaha.
HapusIya Wul ga sampe taun depan kok :D
Hyaa, dengan ending yang menggantung, bikin penasaran aja mbak Widi... tapi fffnya bagus! bisa bikin perasaan pembaca ngerasa jadi tokoh utamanya.... :v
BalasHapusSemangat terus bikin ff nya, kutunggu ff lanjutannya ya...
Siaaaaaaaaaaaaaappppppp :D :D :D
Hapuspermisi mbak, numpang tanya. ini lanjutan ffnya mana yaa?? hihihi.. keren ceritanya, 20 jempoollll!!!!
BalasHapusbelum ada, hehehehe
Hapusbaru proses nih, tunggu ya...
Hay mbak author, ceritanya bagus. Lanjutannya ditunggu ya, kalo bisa secepatnya haha. Keep writing!
BalasHapus*dhiya
hehehe, jangan panggil mbak author... terlalu berat nama itu buat saya #halah
Hapusmakasi udah mampir dhiya :D
mbak widii lanjutun dung pluuus.
BalasHapus. o ye selamat hariraya idul fitri yee.. mohon maap lahir batin
:D
iya sayang... mohon maaf lahir batin juga :D
Hapustetep ditunggu aja lanjutannya :D :D
ini gak lanjut lg mbak? :/
BalasHapusLanjut, tapi mbuh kapan hahaha
Hapusgak lanjut lagi yaa ?
BalasHapusHai Ginslezt, lanjut kok
Hapuskaming sun tunggu aja ya
Kak, ffnya bkin pnsaran. Tiba2 sedih liat tnggal trakhir kali di post, apakah ada kmungkinan untk dilanjut? Aku pnsaran :"
BalasHapusBtw, ff bagus sekali kak. Aku baru baca ini dan 2lainnya.