A Pathetic Girl with a Stubborn Boy Chapter VII
Genre : Romantic
Length : Chapter by Chapter (belum ada rencana sampai chapter berapa)
Cast : Manami as Donna
Taka
Toru
Ryota
Tomoya
Disclaimer : Cerita punya saya, tapi tokoh bukan punya saya. Fanfiction One Ok Rock ini dibuat hanya untuk koleksi dan kesenangan semata.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Author Pov
Tiga orang pria terlihat duduk di
sebuah lapangan yang luas, sebelumnya mereka mengambil posisi duduk yang
berjauhan hingga akhirnya mereka bangkit dan duduk saling berdekatan.
Suasana
mulai tenang dibanding saat mereka bertengkar sangat panas beberapa waktu yang
lalu. Ketiganya mulai bisa berbiara dengan kepala dingin. Tanpa emosi.
“Benarkah semua yang kau katakan
itu Ryota? Sesuram itu kah masa lalu Donna?”
Toru menatap Ryota tak percaya.
“Bertanyalah pada Taka, ia
mengetahui semua yang dialami Manami semasa sekolah.”
Ryota menjawab dengan
berkali-kali mengusap pipinya yang sekarang terlihat lebam. Tomoya hanya diam
mendengarkan sambil sesekali mencabuti rumput yang tumbuh liar.
“Manami...?”
“Itu nama sebelum dia mengubah
namanya menjadi Donna dan tak tahu bagaimana prosesnya.”
Toru bergumam pelan. Pikirannya
diterpa bingung yang luar biasa.
“Donna.... Manami..., bagaimana
bisa? Aku tak mengerti.”
“Awalnya aku juga tak mengerti.
Namun akan kuceritakan sedikit yang kuketahui.” Ujar Ryota
Toru hanya termangu, mulutnya tak
berkata lagi sepatah kata pun.
“Menurut penuturan Taka padaku, Manami
dulu tak seperti ini. Ia gadis yang baik, selalu ramah pada siapapun dan
peduli. Sangat berbeda 180 derajat dengan sifatnya yang sekarang.”
“Entah pertemuan waktu itu suatu
kebetulan atau takdir, mereka akhirnya bertemu tatap muka saat kau tak ikut
dengan kami di kafe waktu itu.”
“Kafe?”
“Ya... di kafe. Kau sedang ada
urusan saat itu. Jadi hanya ada aku, Tomoya dan Taka.”
“Taka terlihat terkejut saat itu,
ia sendiri hampir tidak mengenali Manami karena sangat berbeda dengan yang ia
lihat terakhir bertahun-tahun yang lalu.”
Ryota menghela napas.
“Setelah Manami pulang, Taka baru
menyadari bahwa Donna yang baru berkenalan dengannya memang Manami yang ia cari
selama ini. Ia berusaha mencari-cari informasi mengenai Manami padaku. Awalnya
aku menolak memberitahunya mengingat Taka dan kita baru sebentar berteman.”
Hening. Ryota melanjutkan lagi.
“Tapi karena begitu keras
kepalanya Taka yang tak pernah menyerah agar aku bisa membantunya mengorek
informasi tentang Manami dan ia berhasil meyakinkanku bahwa ia memang
benar-benar mengenal dan tahu tentang masa lalu Manami, akhirnya aku luluh.”
Toru menyulut rokoknya sebatang. Kemudian
menghisapnya dalam-dalam dan mengeluarkan asapnya pelan menyimak penjelasan
panjang dari Ryota. Tomoya hanya diam di tempat sembari memainkan kukunya seakan
merenung menghayati tiap cerita yang keluar dari bibir Ryota.
“Aku tahu kau sangat menyukai
Manami, dan kupikir Taka juga menyukai Manami tapi maafkan aku jika aku berbuat
seperti ini. Ini demi kebaikan Manami, ia tak bisa terus-terusan menutup
dirinya seperti ini.” Ryota memejamkan matanya seolah merasakan apa yang Manami
rasakan.
“Tiap hari aku duduk berdekatan
dengannya, sedikit-sedikit aku bisa melihat penderitaan di wajahnya. Entah
naluriku yang mengatakan bahwa ia pernah melalui masa-masa sulit dan ia lewati
sendirian.”
Tomoya menyahut.
“ Aku masih saja tak menyangka
gadis secantik itu hidupnya begitu tragis.” Sahut Tomoya sambil
menggeleng-gelengkan kepalanya sambil tersenyum miris.”
“Ya, tak ada yang menyangka, tapi
aku salut padanya. Ia gadis yang tegar meskipun sifatnya saat ini sangat buruk.”
Ryota menoleh pada Tomoya dan
disambut oleh senyum Tomoya.
“Mungkin ini memang saatnya
Manami menyambut kebahagiaannya. Ia tak boleh terus-terusan seperti ini. Ia
memang terlihat tegar tapi aku melihat kerapuhan dalam dirinya. Ia butuh sandaran.
Tomoya menyahut.
“Taka lelaki yang baik, ia sangat
peduli pada Manami walaupun ia sangat keras kepala. Jika dia tak peduli pada
Manami tak mungkin selama ini ia mencari-cari keberadaan Manami.”
Toru menyela.
“Kalian terus-terusan
membicarakan tentang Donn... eeerr Manami dan Taka, entah kenapa hatiku terluka
mendengarnya.”
Ryota menepuk bahu Toru,
“Kau juga orang yang baik Toru,
kau juga peduli pada Manami walaupun ia sama sekali tak membuka hatinya
untukmu. Biarkan saja ia mengetahui realita tentang hidupnya dahulu.”
“Benar apa yang dikatakan Ryota,
waktu akan terus berjalan. Mungkin suatu saat ada keajaiban dalam hatinya yang
membuatnya bisa melihat kearahmu.” Sahut Tomoya.
“Lebih baik kita menunggu dan
melihat apa yang akan terjadi selanjutnya. Tenangkan dirimu, turunkan egomu.”
Ryota meninju pelan lengan Toru.
“Aku tak yakin akan itu. Baru
kali ini aku merasakan rasa cemburu yang membuatku tak bisa berpikir dengan
baik. Seakan-akan aku belum rela jika Manami dekat dengan lelaki lain selain
kita bertiga.”
Ryota mengangkat alis,
“Kita? Kenapa tak kau sebut
dirimu saja sendiri? Aku sangat rela jika ia berdekatan dengan laki-laki lain
selain kita, hahahahahaha....” Ryota tertawa terbahak-bahak.
Mau tak mau Tomoya dan Toru juga
ikut tertawa. Segala ketegangan sore itu cair. Suasana menjadi hangat kembali
seperti sedia kala.
“Hey hey.. dengarkan aku... Aku
akan membuat suatu pengakuan. Dulu aku sempat jatuh cinta pada Manami saat
pertama kali mengenalnya.” Kata Tomoya dengan wajah tak berdosa.
“Apaaaaa???” Jawab Toru dan Ryota
serempak
“Hahahahaha.... Kenapa kalian
terkejut? Tapi itu sudah lama, aku sudah tak lagi jatuh cinta pada Manami..
hahahahahahahahahaha.”
Toru dan Ryota hanya bisa
mengeluarkan sebuah cengiran di wajahnya.
“Kau pikir kau lucu?”
Dan akhirnya Toru dan Ryota
bergantian saling memukuli kepala Tomoya dengan tawa kerasa seolah melupakan
kejadian bahwa mereka sempat bertengkar hebat baru saja. Semuanya kembali
seperti sedia kala. Persahabatan mereka benar-benar menyenangkan.
Namun masih ada perasaan yang mengganjal di hati Toru, Ia masih sangat khawatir dan tak tenang mengingkat gadis pujaannya kini sedang bersama seorang laki-laki yang baru dikenalnya tak lebih dari sebulan dan seorang vokalis yang bergabung di bandnya.
"Ah ngomong-ngomong dimana Donn.. ahhh Manami dan Taka sekarang?"
Ryota dan Tomoya hanya beradu pandang dan hanya mengangkat bahu.
Author POV end.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
.
.
.
.
“Aku.... “
Taka memutus ucapannya.
“Tak penting siapa aku, yang
penting informasi ini sudah kusampaikan padamu.” Jawab Taka dengan posisi masih
memelukku.
“Kenapa tak penting?”
“Karena memang tak perlu...”
“Begitukah?”
“Hmmm”
“Kau tak mau mengungkap jati
dirimu?
“Untuk apa?”
“Untuk mengetahui siapa kau
sebenarnya”
“Sudah kubilang itu tak penting,
aku hanyalah orang yang peduli padamu”
“Hanya peduli?”
“...........”
“Lepaskan pelukanmu, aku ingin
pulang!”
“Kau mau pulang? Berjalan kaki?
Silahkan saja.”
Dengan gusar aku mencoba
melepaskan pelukan Taka, temperamennya membingungkan. Beberapa waktu yang lalu
dia sangat menakutkan dengan amarahnya yang membara, kemudian dia bersikap
sangat manis sekali dan sekarang dia bersikap sangat menyebalkan.
“Jadi begitu...? Lepas...! Aku
pulang...” Aku meronta.
Taka masih tak bergeming. Dia
masih memelukku kuat.
“Lepas... !!!”
“Tidak akan!”
“Kau ini menyebalkan ! Kubilang
lepaskan...!!!”
“Tolong jangan memintaku untuk melepas pelukan ini
Manami, biarkan aku memelukmu untuk beberapa saat.”
Ahh... kata-kata ini
benar-benar...
Aku terdiam
“ Aku akan mengatakan siapa
diriku, tapi tidak saat ini....” Taka semakin mengeratkan
pelukannya.
“Aku bukanlah siapa-siapa. Aku
hanya seorang yang benar-benar peduli dan mengkhawatirkanmu. Kau adalah gadis
yang sangat baik Manami. Aku ingin melindungimu.”
Aku menelan ludahku.
“Kenapa?? Kenapa kau sangat
peduli padaku?”
.
.
.
.
“Karena aku adalah lelaki yang paling
menginginkanmu melebihi lelaki lain di dunia ini Manami.... Semoga kau paham
akan hal itu”
Hatiku serasa disiram air es
mendengar ucapannya baru saja. Untaian kata dari bibir Taka yang berupa
pengakuan ini membuat hatiku merasa aneh.
“Kau tahu, seharusnya kau tak
berkata seperti itu, Aku... aku bukanlah gadis yang baik, itu sebabnya satu
persatu kebahagianku hilang.”
“Manami.... aku berjanji akan
mengembalikan kebahagiaanmu...”
Taka membisikkan kata-kata itu
tepat ditelingaku.
.................................................
Aku terdiam, bergetar hatiku
mendengarnya. Aku tak tahu apa yang harus kulakukan setelahnya, karena aku
masih saja terpaku di pelukannya. Taka tak memberikanku ruang untuk melepaskan
pelukannya seakan aku ini adalah boneka kesayangan yang tak boleh dipinjam
siapapun.
“Kau tidak menanyakan kabar
ayahmu?” Taka mencoba memecah kesunyian.
“Eh.. Ayah? Apakah Ayah sehat?
Aku lupa menanyakannya,”
Taka tertawa kecil
“Ayahmu sedang sakit Manami, di
rumah sakit. Apakah kau tak keberatan menjenguknya di rumah sakit?”
“Ayah sakit??? Katakan padaku
Ayah sakit apa?”
“Ayahmu sebenarnya tidak sakit,
kondisi fisiknya sehat. Namun jiwanya yang kurang sehat”
“Apakah yang kau maksud Ayahku
menjadi gila?” Air mataku mulai mengalir lagi dan terisak lagi.
“Tidak.. tidak bukan itu
maksudku...”
“Lantas?”
“Setiap saat dan setiap waktu
yang dikerjakan Ayahmu adalah melamun, tatapan matanya kosong tak pernah
merespon pada siapapun yang mencoba mengajaknya berbicara seakan jiwanya berada
entah kemana.”
“Saat malam, Ayahmu suka mengigau
tentang Ibumu dan memanggil-manggil namamu dan mengatakan jika Ayahmu sangat
mencintai kalian. Berulang kali ia selalu mengatakan maaf dalam lamunannya.”
“Separah itukah sakitnya Ayahku?”
“Hmmh...” Taka hanya mendehem.
“Sudah lima tahun Ayahmu sakit
seperti ini, tepatnya setahun kepergianmu.”
“Ayahmu ingin menebus
kesalahannya dengan menginginkan untuk menghabiskan waktunya di jeruji besi.
Tapi pihak pengadilan menolaknya karena vonis yang dijatuhkan untuk Ayahmu
adalah tidak bersalah.”
“Ayahku memang tidak bersalah,
tapi hidup Ayah sekarang sangat menderita. Ayah maafkan aku...”
Taka tak mengatakan apapun.
“Apakah kau tak keberatan untuk
mengantarku kemana Ayahku berada?”
Taka melepas pelukanku dengan
masih memegang bahuku.
“As your wish... Aku menunggu
kata-kata ini” Taka tersenyum sambil menatap kedua bola mataku.
“Terimakasih, kau benar-benar
sangat baik Taka. Kau sangat baik. Terimakasih.” Kata-kata ini benar-benar
tulus saat kuucapkan. Tak pernah setulus ini aku mengucapkan terimakasih sejak
aku pindah dari kota dimana aku lahir dan tumbuh remaja.
Taka tak menjawab, ia berjalan
dan menggandeng tanganku untuk diantarnya ke mobil di kursi penumpang depan
berdampingan di kursi kemudi. Seperti robot aku hanya patuh saat Taka membuka
pintu dan menyuruhku duduk manis dan memasangkan seatbealt untukku. Setelah
selesai memasang, setengah berlari Taka menuju kursi kemudi dan memasang
seatbealt untuk dirinya sendiri. Setelah selesai, ia berkata lagi...
“Perjalanan menuju rumah sakit
tak mungkin ditempuh dalam semalam, dan keadaan tak memungkinkan jika kita
tidur di mobil. Kau tak keberatan jika nanti kita bermalam di sebuah losmen?”
Taka lelaki yang baik, ia bahkan
meminta pendapatku sebelum memutuskan suatu rencana.
“Terserah kau saja..” Aku hanya
menjawab singkat
“Baiklah, kuanggap setuju,”
Taka menstater mobil, dan memacu mobil
dengan kecepatan sedang. Tak ada pembicaraan lagi diantara kami berdua. Taka
fokus dengan setirnya, sementara aku hanya melihat pemandangan dari pintu mobil
samping kananku. Hingga tak terasa aku tertidur dan terbangun dengan kondisi
yang sudah gelap dan sudah tengah malam.
“Kau sudah bangun?”
Aku menggeliat dan Ah... aku baru
menyadari bahwa aku masih bersama Taka.
“Tidurmu sangat pulas sekali”
“Benarkah?”
“Aku tak bohong.” Taka berkata
sambil tersenyum, “Manami, malam sudah larut sepertinya aku sudah lelah menyetir
mobil. Aku ingin mengistirahatkan badanku, kebetulan beberapa meter lagi ada
losmen.”
“Silahkan...” Jawabku singkat.
Tanpa banyak kata lagi Taka
mengemudikan mobil hingga sampai di depan losmen yang bercat putih dan lumayan
bagus. Setelah memarkirkan mobil, aku dan Taka turun dari mobil kemudian
berjalan menuju resepsionis untuk memesan dua kamar. Namun ternyata hanya
tinggal satu kamar dengan satu tempat tidur saja. Karena tidak ada pilihan lain
lagi akhirnya aku dan Taka menyetujuinya, karena sudah cukup lelah untuk
mencari losmen dengan 2 kamar kosong.
Sesampainya di kamar yang sudah
dipesan, aku melihat kamar ini berisi satu tempat tidur, satu sofa dan kamar
mandi dalam satu ruangan. Hanya ada satu sekat yaitu kamar mandi. Aku termangu
memandangi kamar ini, bingung untuk memilih aku akan tidur dimana. Di ranjang
kah? Di sofa kah? Satu ruangan dengan laki-laki apakah tidak berbahaya untukku.
Belum habis aku berpikir
tiba-tiba Taka berujar,
“Aku yang akan tidur di sofa, kau
di tempat tidur. Tak perlu khawatir padaku, aku tak akan macam-macam.”
Aku hanya menurut dan langsung
menuju tempat tidur, sementara Taka menuju kamar mandi dan terdengar suara
shower menyala. Taka sedang mandi dan tak berapa lama Taka sudah selesai mandi
dengan pakaian yang sama dan ia pamit untuk keluar kamar sebentar. Aku mengiyakan, aku tak
terlalu ingin tahu Taka akan pergi kemana.
Selang beberapa menit kemudian
Taka sudah kembali lagi sambil membawa sesuatu ditangannya. Ternyata ia membawa
makanan. Taka membangunkanku yang sebenarnya belum tertidur, mengajak makan
bersama. Aku baru ingat sedari tadi siang aku belum makan, dan kurasakan
perutku agak perih karenanya.
“Manami bangunlah sebentar. Kita
makan bersama, daritadi siang kau pasti belum memakan apapun.”
Aku langsung bangkit
“Aku belum tidur,”
“Maaf karena terlambat membeli
makan,”
“Tak apa, bukan salahmu.”
Taka memberikanku salah satu
kotak syrofoam yang isinya adalah mie ramen hangat. Aku menerimanya dan membuka
kotak mie ramen pelan-pelan, sementara kulihat Taka sudah lahap menikmati
ramennya. Sepertinya Taka benar-benar sangat lapar.
Aku dan Taka makan dalam
keheningan, tak ada aktifitas apapun apalagi mengobrol. Tapi sesekali kami
saling mencuri pandang. Saat mata kami bertemu aku merasakan hawa lain, entah
hawa apa itu.
Selesai makan Taka langsung
menuju sofa untuk mengistirahatkan badannya dan aku menuju tempat tidur yang
akan kutempati. Tak ada bantal dan selimut disofa. Tiba-tiba rasa kepedulianku
muncul, aku merasa tak tega jika Taka tidur di sofa tanpa bantal dan selimut. Sedangkan
di tempat tidur ini hanya ada satu bantal dan satu selimut.
Hening selama beberapa menit. Kuberanikan diri untuk memanggil
Taka
“Ta.. Taka..”
“Hmmm...?” Sahut Taka sambil
terpejam.
“Kau sudah pulas?”
“Hmmm, aku tak bisa tidur
Manami.”
“Kau kedinginan?”
“Tidak juga, tapi rasanya mataku
tak mau terpejam. Sudahlah tak perlu pikirkan aku, cepatlah kau tidur, kau perlu istirahat.”
“Aku juga tak bisa tidur,”
“Ada apa? Kau butuh sesuatu?”
Taka bangkit dari sofa dan menuju ke tempat tidurku.
“............” Aku membisu, bingung memikirkan
kata-kata yang tepat.
“Manami, kenapa melamun? Jika kau
butuh sesuatu katakan padaku.”
“Tidak, aku hanya khawatir kau tidur
di sofa tanpa selimut. Bisa-bisa nanti kau sakit.”
Taka tersenyum simpul.
“Trimakasih kau sudah
mengkhawatirkanku, aku merasa bahagia kau perhatian padaku. Aku tidak apa-apa
Manami, yang penting kau yang tidak kedinginan.”
“Bagaimana kalau kau memakai selimut
ini...?”
Taka menyela,
“Manami.... sudahlah pakailah sendiri selimut itu. Aku
akan baik-baik saja, kemeja yang kupakai ini akan kujadikan selimut. Oke.”
“Bagaimana kalau kita berbagi
selimut disini...??? Kata-kata itu meluncur dari mulutku tiba-tiba...
.
.
.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Nahhhh, akhirnya kelar juga
chapter 7 kan. Udah diuber-uber beberapa reader yang nagih lanjutan efef ini. Hahahaha
Idenya sih udah ada beberapa hari
yang lalu, cuman penyakit lama kambuh. Penyakit Malas.
Males ngetik. Hahaha.
Dua hari ini saya juga lagi ga enak
badan, badan agak anget gitu. Keseringan begadang kali ya jadi sering masuk
angin gini. Moga2 saya cepet sembuh biar chapter 8 nya cepet keluar.
Nah karena yang ditagih udah ada
boleh dong kalo saya nagih komennya dari kalian? Hahahaha.
Ini buat kalian ya yang udah ga
sabar baca efef ini, ada Herlina nanyain, ada Vaachan nanyain juga, yang lainnya
saya lupa. Kalo namanya belum kesebut boleh kok komen dibawah.
Oh iya jadi kangen sama Cheza,
beberapa hari ini ga pernah nongol, hp rusak katanya. Semoga hapenya Cheza
cepet sembuh juga. Hahaha
Akhir kata, saya pengen istirahat
dulu karena besok masih kerja. Biar badan fit kembali.
Terimakasih atas perhatiannya
sama blog dan One Ok Rock fanfiction ini.
.
.
Selamat Malam
.
.
Kapan-kapan Main Lagi ya...
.
.
Haha, makasiiih mbaa widi yang baik hati, hehehe..
BalasHapusMaaf ya mbaa, maaf banget udah nagih2 dari kemaren,maapin adekmu ini mbaa :D
Syafakillah ya mbaa, moga cempet sembuh :)
Mbaa gak bilang sih kalo mbaa lagi sakit, kan aku maksa nya dikit ajah (tetep ajah maksa) :D
Makasih yah mba, pake banget banget :D
FF nya memang jadinya jumat, gak sia-sia kemaren malem tapa dibawah poon toge.
Chu~ *bow kiss mbaa widi dari bandung* hahaha
Blow kiss maksudnya, haha, typo :D
BalasHapusHahahaha, terimakasih kembali.
BalasHapusada untungnya sih kalo dipaksa. kalo ga dipaksa segera dibikin lanjutannya jadi males ngetik tar jadinya ditagih terus. wkwkwkwk
wkwkwkwk, tapa di pohon toge.... ga sekalian ngepet aja va? wkwkwkwkwk
Gimana komentar tentang efefnya?
~chuw dari solo
Nyari inspirasinya sampe ke warung soto ya mbaa, haha :D
BalasHapusIya, kemaren juga bawa lilin juga mbaa, ceritanya mau ngepet hatinya bang Taka (lah emang bisa?)
Tapi gak jadi, lupa bawa korek soalnya =D
Aku lemes nih mbaa baca nya, serius. Haha.
Berasa beneran aku nya yg dipeluk gituh :D haha..
Kalo bahasanya seperti biasa, mudah dimengerti. Tapi tadi sempet bingung juga yang pas percakapan antara bang toru, ryota sama tomoya nya mbaa. Aku nya lagi ngantuk kalii yah :D haha, jadi gak konek konek gituh, hihi..
Hahahahaha iya, sampe warung soto. habis itu udahan deh ide muncul trus posting.
BalasHapuswakakakakakka, apa kata lo dah.. hahaha
wuidihhh sampe kebawa sampe perasaan nih anak,
bangun va bangung. hahaha
Gatau tuh bahasanya mereka bisa kek gitu, bingungnya pas bagian mana kira2?
Yossshhh, dan selesai lah kebingunganku.. udah ngerti sekarang mah :D hoho, udah dua kali sih bacanya, lol.
BalasHapusGak bagi-bagi si mba mah soto nya, haha.
Hahahaaa...... udah paham ternyata.
HapusWah warung sotonya udah tutup tuh, gimana kalo kamu ikut juragan sotonya aja sapa tau masih ada soto semangkok? wkwkwkwkwkwk
Emang siapa yg dagang soto mbaa? Bang taka? :D haha.
BalasHapusKeren banget daah tukang soto sekuuull bang taka (ngomong haahaapasssiiih aku).
Oiya mbaa, itu si bang taka-nya teh vokalist dari band mereka, atau temen mereka yg baru kenal beberapa bulan? Aku bingung lagih nih ==
Hahahahaha, kalo yang dagang soto si mastaka sih tiap hari mau dah beli soto di warung dia. wkwkwkwkwk
HapusIya Taka, yang jadi vokalis mereka tapi kan mereka temenannya baru sebentar. Karna gabungnya juga baru aja. gitchu.....
Wkwkwkwkwk, tau ajah nggak soto apah :D
HapusPaling nasi goreng jualannya :D
Ogitchu mbaa, okeh okeh. Haha..
Katanya cuma dikit ajah mbaa, tapi nyatanya panjang mbaa :D
Bagus mba, bagus :D
Hahahahaha, alih profesi dia, dari pedagang soto jadi jualan nasi goreng keliling? hehehehe
HapusOh panjang ya? yaudah chapter 8 pendek aja yak? wkwkwkwkwkwkwk
:ngakakgulingguling
Wkwkwkwkwk, jadi tukang ramen ajah deh di Bandung, biar banyak pelanggannya :D
BalasHapusEh jangan-jangan ih, panjangin ajah yah :D hahahahaha..
Iiiihh, panjang yah panjang :D
Haghaghaghag yaudah deh apa kata lo aja dah... wkwkwkwk
Hapuspanjangin apa pendekin yaaaaa....
hahahaha
wait and see ya...
Panjangin ajah mbaa, dan postingnya sekarang ajah :D hahaha.
HapusYah yah ??? ckckckc..
Wah kalo diposting sekarang keknya ga bisa tuh, soalnya penyakit udah kambuh.
HapusPenyakit males. hahahaha
mungkin paling telat seminggu lagi. wkwkwk
Aiiisshhhh, goood joobbb mbaa :D hahahaha.
BalasHapusSugeee sugeee :D kkkk~ (padahal dalam ati ngenes)
Yasudah mbaa,bulan depan ajah postingnya, tapi harus sampai tamat mbaa.
Kalo perlu yg tadinya buat 9 chapter, disatu postingkan :D hahahaha.
wahahahahahaha.....
Hapuscuman bisa ketawa.
hahahahahahaha
Kita liat aja nanti yaaa... hahahahahaha
Awas yah mbaa kalo terjadi sesuatu sma mastaka, nanti mas toru aku culik :D gkgkgkgk..
BalasHapushaahahhaahhaahhaahaha LOLOLOLOLOLOLOL
HapusHai, author.
BalasHapusAku suka ceritamu. :D
Keep writing. Dan ditunggu lanjutannya. ^^
Hai Anonimous...
Hapussayangnya ga nyertain nama sih jadi ga bisa nyapa nama deh.
Wah terimakasih kalo suka sama cerita saya. Ditunggu kedatangannya kembali... :D