Aku termangu dibalik kemudi
sembari fokus pada jalanan yang mulai sepi, menikmati perjalanan dibalik
keresahan. Menghela napas berat berkali-kali di tengah hembusan udara dingin
dalam mobil. Larut malam di perempatan lampu merah, aku menoleh di jok belakang
dimana Kanna tengah tertidur pulas dengan memeluk boneka kesayangannya. Senyum
singkat melihat bidadari kecilku yang tak mengerti batin ibunya sedang
berkecamuk liar. Lampu hijau menyala. Kukemudikan mobil dengan kecepatan lambat,
sedangkan Kanna tetap terlelap hingga tiba dirumah.
Kanna sudah bermimpi indah
dikamarnya yang memiliki banyak sekali boneka lucu. Ia sama sekali tak
terbangun sewaktu aku menggedongnya dari mobil menuju kamarnya dan setelah itu
kugantikan gaunnya dengan piyama bermotif kuda. Gadis kecilku sepertinya sangat
lelah.
Setelah membersihkan diri dari
sisa-sisa make up dan berganti pakaian tidur, aku terjun ke tempat tidurku.
Menenggelamkan wajahku di atas bantal dengan posisi telungkup. Mencoba
menghibur diri bak anak kecil, aku berguling-guling dari sisi tempat tidur ke
ujung tempat tidur. Begitu seterusnya hingga sebuah bunyi kecil mengejutkanku.
Pipp !
Aih ponselku......
Ponselku berbunyi singkat, ada
pesan baru masuk menanti untuk kubaca. Perang batin terjadi dalam pikiranku. Siapa
yang mengirim pesan? Bagaimana jika dia yang mengirimiku pesan? Atau
jangan-jangan dia atau mungkin saja..... Arrrgh !
Dengan enggan aku meraih ponsel
yang tergeletak diatas meja rias. Kubuka ponselku dengan mata tertutup sambil
melirik sipit ke layar ponsel. Kubaca isinya.
Yo !
Mataku terbuka lebar..
Aku lega....
Ryota.
Kau mengejutkanku...
Ahahahahaha maaf. Kau sudah sampai rumah?
Aku sedang berbaring cantik di tempat
tidurku.
Syukurlah. Istriku mengkhawatirkanmu.
Ahh.. sampaikan maafku pada istrimu karena
aku tak mau pergi jauh darimu setelah peristiwa tadi.
Tidak ada balasan
5 menit
10 menit
15 menit
30 menit
Pipp!
Aku sudah dekat rumahmu.
Eehhhh....??? Kau serius???
Ryota sudah gila selarut ini
bertamu dirumah seorang wanita.
Tentu, aku sudah mendapat ijin dari istriku.
Tenang saja.
Setengah berlari aku mengambil
jaket hangat dan menuju pintu depan kemudian duduk di sebuah kursi di teras
untuk menunggu kedatangan Ryota.
Tak lama berselang sorot lampu
mobil menerpa kegelapan disekitarku. Ryota keluar dari mobil membawa sesuatu
ditangannya dan menyapa riang. Ia masih menggunakan jas yang ia kenakan di
pesta tadi.
“Yo...!”
“Haaah... mengganggu waktu
tidurku saja...” Aku menggerutu walau dalam dalam taraf bercanda.
“Haaah.... aku berani taruhan kau
tak akan bisa tidur malam ini..”
Gelak ringan memecah kesunyian
sekitar.
Setelah mempersilahkan Ryota
masuk kedalam rumah dan kami duduk berhadapan di ruang tamu, tiba-tiba hawa
diruangan menjadi berubah. Atmosfer diruang tamu terasa menjadi serius walaupun
sebelumnya celoteh hangat saling bersahutan.
“Kau tahu maksudku kan kenapa aku
sampai jauh-jauh datang kemari?”
Aku mengangguk dua kali
“Kau sudah bertemu keduanya
bukan?”
“Yaah... dan aku sempat mengalami
konflik dengan salah satunya. Itu yang membuat kepalaku sedikit pening.”
Hening.
Aku bergumam seorang diri. “Kenapa
secepat ini aku bertemu lagi dengannya..”
“Apa yang kau takutkan?”
“Entahlah. Aku belum siap untuk
menghadapinya. Dan lagi.... aku sangat takut sesuatu terjadi hingga nantinya
aku berpisah dengan Kanna, soal yang ini
aku tak akan siap.”
“Itu tak mungkin terjadi
Manami... tenangkan pikiranmu... Kupastikan hal itu tak akan terjadi.”
“Ya... sepertinya aku yang
berpikir terlalu jauh.”
“Tak apa, kau tak sendirian
seperti dulu. Kau punya kami.”
“Aku hanya menginginkan waktu untuk bisa
berhadapan kembali dengannya, jujur dalam hatiku aku benar-benar tak percaya
harus......”
“Yaa... aku percaya padamu.”
Tukas Ryota
“Eh.... kenapa?” Mataku membulat
penuh tanya.
“Kau sudah berubah lebih baik,..”
Ryota menoleh ke arahku dan kami
saling beradu pandang. Tatapan penuh makna dilancarkan Ryota kepadaku. Matanya
seolah menyiratkan dia percaya dan yakin aku bisa menyelesaikan permasalahanku
nantinya.
“Trimakasih Ryota. Kali ini aku
akan membuktikan padamu kalau kata-kataku bisa dipercaya.”
Tawa kecil menghiasi ruang
tamuku, tawa yang hangat dan gurauan saling bersahutan antara aku dan Ryota.
“Kau ingat tidak saat terakhir
kali kita bertemu?” Sahut Ryota tiba-tiba
“Hmmm” Dahiku mengernyit.
“Setelah pertengkaran kedua
pangeranmu, kau tidak lupa kan ketika aku dan Tomoya memberikanmu kuliah
singkat?”
Aku berpikir keras dan menerawang
jauh menjangkau ingatanku. Belum sempat aku mengingat tiba-tiba Ryota berdiri
dan pamit pulang meninggalkanku termangu dikursi sofa ruang tamu.
“Jaa... aku pulang. Tidurlah
dengan nyenyak.”
“Hmmm....” Sedetik kemudian aku
tersadar.
Setelah Ryota beranjak pergi, kututup
dan kukunci pintu dan secepat kilat kembali ke pembaringan. Kurasa aku mulai
mengingat sesuatu yang dibicarakan oleh Ryota sebelum ia pulang.
Kemudian aku seolah terhisap
waktu beberapa taun yang lalu....
~~~
Ryota berdehem. Kemudian dengan lancar ia
mengungkapkan isi hatinya, apa yang ada dipikirannya. Semuanya ia keluarkan dan
ia bercerita di kursi bangku dimana ia berada.
Beberapa kali aku menoleh kearahnya saat ia
berbicara. Dengan mata yang nanar kemudian telinga yang berdenging dan tak
fokus dengan semua yang Ryota bicarakan, aku hanya menangkap beberapa perkataan
Ryota yang cukup menohok perasaanku.
“Aku hanya ingin kau menjadi wanita yang
punya empati dan peka terhadap orang lain. Memang seharusnya aku tak berkata
seperti ini, mengingat kau yang mungkin tak menganggapku sebagai sahabat
melainkan hanya sebagai teman yang hanya disapa kemudian berlalu. Mungkin
kata-kataku ini sangat jahat, dan aku sangat minta maaf atas ucapanku ini. Tapi
ini semua demi kebaikanmu.”
Aku masih terpekur diam tak mampu
berkata-kata. Aku hanya bisa menerawang menatap suasana di luar kelas yang
sudah menggelap dari pintu kelas yang terbuka lebar.
“Aku sebagai orang yang peduli padamu hanya
ingin memberimu nasehat jika kau ingin menikmati indahnya dunia, cobalah untuk
membuka matamu pada warna warni kehidupan. Dan cobalah untuk membuka hatimu
sedikit pada orang yang peduli padamu. Percayalah mereka tak akan mungkin
menuntunmu ke arah yang salah.
Suara kali ini datang dari arah depanku, dan
ini Tomoya yang sedang berbicara.
“Rubahlah sedikit demi sedikit hatimu yang
sekeras batu itu agar menjadi sedikit lembut. Dunia tak membutuhkan wanita
berhati batu.”
Aku semakin terpuruk
“Aku tahu kata-kata ini terlalu berat
untukmu, tapi kami berdua telah menganggapmu sebagai gadis spesial kami. Kami
sangat menyayangimu dan ingin melindungimu sebagai sahabat yang kami berikan
tempat di hati kami masing-masing. Bukalah hatimu untuk kami Donna, jangan
mejadi seperti ini selamanya.”
Sebuah pelukan hangat dari belakang tubuhku.
Ryota. Karena aku masih melihat dengan jelas Tomoya ada didepanku dan tersenyum
hangat seperti layaknya seorang kakak. Tiba-tiba ada sesuatu yang hangat dalam
hatiku entah apa namanya tapi rasanya tidak bisa aku jelaskan dan rasanya luar
biasa. Rasa ego yang membara dalam hatiku perlahan memudar sedikit demi
sedikit. Biasanya aku tak pernah
menyetujui kata-kata dari seseorang namun kali ini aku membenarkan kata-kata
mereka.
Tiba-tiba aku merasakan mataku memanas, ada
sebulir air yang jatuh dari kelopak mataku. Aku menangis merasakan perlakuan
teman-temanku, ah sahabatku. Tomoya memelukku dari depan. Ada sesuatu yang
mencair di hatiku..
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
“Kumohon... beri tahu aku dimana
alamatnya. Aku benar-benar ingin bertemu dengannya setelah sekian lama...”
BERSAMBUNG.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Wohooo pemanasan di awal 2016.
Kapan-kapan Main Lagi Ya....
Duuhh Gustiiiii ...
BalasHapusTerima kasiihhh telah membukakan pintu rajin untuk neng geulis ini memposting cerita yg hampir setahun tak kunjung tau lanjutannya ..
"Kumohon cepatlah posting kelanjutannya .. aku ingin segera membacanya setelah sekian lama .."
hasyah.... wkwkwkwwkkwk
HapusWalahh ..
Hapuskayanya aku harus nunggu lama lagi inii ...
*peluk
Hapusmbak widi, yaampun.... baru buka blog nih kudet banget...
BalasHapusaw aw aw aw aw aw awwwwww kepo banget niiiih gimana kelanjutannya.....
yaampun setelah sekian lama mbak... hahaha
thank you mbak widiii.... *big hug*
setelah sekian lama dan belum end end juga ? keterlaluan penulisnya hehehe.
Hapus*peluk ukhti*
lanjut dong mba eee hahaha
BalasHapusSiaaap mbak Stefhanie :)
Hapuswahh setelah sekian lama akhirnya ada lanjutannya...
BalasHapushaha lanjutannya masih kentang banget
HapusJgn ngaret trlalu lama yh mbak Widi.. Sorry baru mampir..
BalasHapusWah maaf ya, ini pasti ngaret lama banget
HapusChapter 16 nya ada gak kak? Antusias bgt ini sampe nglembur bacanya 😀
BalasHapusBelooom aja hehehe
Hapus