Rabu, 11 Juni 2014

Fanfiction One Ok Rock Why ? Chapter V



Why ? Chapter V

Author : Parasarimbi

Genre : Sad, Romantic

Leght : Chapter

Cast : Temukan di dalam cerita :D

Disclaimer : Story is Mine




Memang tak mudah untuknya menjawab pertanyaan bagaimana dia bisa menemukanku walaupun aku sudah menggunakan nama samaran. Setelah kudesak beberapa kali akhirnya dia baru membuka mulut.  Alex mengatakan padaku bahwa ia bisa menemukanku karena pertemuanku dengan Toru di depan minimarket tempo hari. Alex memang berada di dalam mobil bersama sopir pribadinya, dia mengamati gerak-gerikku dari dalam mobil. Dan dia begitu yakin bahwa saat itu aku adalah Shoko yang pernah bersamanya saat berada di club malam beberapa waktu yang lalu. Saat aku berlalu bersama Nakayan, tentu saja Toru yang bersamanya tanpa curiga menjawab rasa penasaran Alex. Tapi ada satu yang membuatnya kurang yakin adalah nama yang berbeda dengan orang yang sama. Toru mengatakan pada Alex bahwa aku yang ditemuinya bernama Nina, sedangkan Alex hanya mengetahui namaku adalah Shoko. Jadilah peristiwa menegangkan yang terjadi pada sore hari itu untuk memastikan bahwa Shoko yang ditemuinya di club malam adalah Nina seperti yang dikatakan oleh Toru. 

Oke. Sejak hari dimana Alex berhasil mengetahui siapa sebenarnya diriku, aku merasa hari-hariku kurang bebas. Setiap hari aku harus selalu mengabari keadaan dan kegiatanku padanya. Bila aku tak melakukan hal itu kepadanya, aku yakin beberapa anak buah Alex akan mendatangi dan melihat kondisiku. Karena aku sudah mengalaminya sekali, saat itu aku lupa tak membawa ponselku seharian. Dan aku benar-benar sibuk sekali dengan mata kuliah hari itu dan tak sempat pulang untuk berganti pakaian sebelum latihan. Kupikir semua akan berjalan baik-baik saja dan akan pulang dengan kondisi seperti biasanya dengan lelah dan peluh yang basah di sekujur tubuh. Namun hari itu aku benar-benar dikejutkan oleh kedatangan beberapa pria berbadan kekar di gedung olahraga. 

Kehebohan sempat terjadi di gedung olahraga ketika latihan berjalan, aku dan teman-teman yang lain sedikit panik dan hanya bisa berbisik-bisik. Berpikir akan ada penculikan atau apapun itu, namun dengan penuh keberanian Yamamoto-San mendekat dan menanyakan perihal kedatangan mereka. Setelah beberapa saat mereka berbincang akhirnya gerombolan pria berbadan kekar itu pun pergi meninggalkan gedung setelah pandangan mereka sempat bertabrakan ke arahku. 

Setelah itu Yamamoto-San  kembali melatih tanpa mengucapkan sepatah kata pun dan tak menyinggung sesuatu tentang kejadian yang baru saja terjadi. Latihan berlangsung lancar seperti biasanya. seusai latihan Yamamoto-San bercanda di depan seluruh teman-temanku ketika kami sedang melakukan pendinginan latihan.

“Aoki-San... kekasihmu sangat romantis sekali, ia mengirimkan anak buahnya kemari untuk melihat keadaanmu. Apa kau tak mengabarinya seharian?” Seloroh Yamamoto-San di hadapan teman-teman. 

Sontak riuh siulan dan kata-kata penuh menggoda terlontar dari bibir teman-temanku. Aku sangat malu dibuatnya, ah Alex... kau sudah mempermalukanku secara tidak langsung di depan teman-temanku. Ah dia pikir dia itu kekasihku, berani seenaknya berbuat sesuatu padaku. 

Taka saja tak seperti itu... ahhh nama itu lagi yang terucap. Dia seperti tak bisa hilang dari pikiranku. Rambut keriting, janggut tipis di dagunya dan suara yang sangat lembut itu selalu terbayang dan tak pernah mau pergi. Aku sedikit merindukannya, apa kabarmu Taka?

~~~~~~~~~~~~~

Hari ini Alex bersikeras ingin mengantar dan menemaniku berlatih voli di lapangan taman kota. Padahal aku sudah menolak dan tak mau jika ada yang melihatku latihan. Tapi dia tetap memaksa  dan tak perduli pada penolakanku, dia mengabari akan menjemputku pukul 4 sore dengan mobil beserta anak buahnya. Tapi aku sudah punya siasat untuk mengelabuinya dengan berangkat sebelum jam 4 sore. Silahkan saja menunggu di depan apartemenku sampai dia tua. Rasakan kau Alex !

Jam 3 sore berangkat dari apartemen menuju ke lapangan kota membutuhkan waktu setengah jam menggunakan sepeda. Ketika sampai di taman kota pukul setengah empat aku masih menemukan lapangan yang sepi, belum ada seorang pun yang datang. Kuletakkan sepeda di parkiran dekat lapangan dan tas di bangku bertingkat pinggir lapangan. Sambil membunuh waktu aku melakukan pemanasan sendiri, berlari-lari dan sekedar mencari keringat mengitari taman kota. Aku memakai celana olahraga pendek selutut dan kaos yang kututupi jaket training agar keringat lebih cepat keluar. Udara sore hari ini cukup bagus dan menyenangkan, aku jadi bersemangat untuk berlatih hari ini.

Saat dirasa keringat sudah cukup banyak keluar, aku berhenti berlari dan melepas jaket untuk membiarkan angin sore yang segar menerpa badanku. Kaosku sudah cukup basah oleh keringat sehingga rentan dengan bau badan jika kubiarkan jaket ini kupakai berlama-lama. Aku yakin beberapa orang sudah berdatangan di lapangan, sehingga kuputuskan untuk berjalan cepat menuju lapangan. Baru beberapa langkah sambil melipat jaket agar terlihat lebih rapi saat kubawa, sebuah suara yang cukup keras mengagetkanku dari belakang.

“Jadi seperti inikah gadis yang suka mengingkari janji...”

Aku bagai tersengat listrik.

Pasti Alex.

Aku menoleh ke arah suara yang berasal dari belakangku, lelaki itu berjalan santai dengan beberapa pengawal di belakangnya. Alex memakai atasan kaos lengan pendek berwarna biru polos dipadu dengan celana pendek cargo yang sempat membuatku terpesona beberapa saat. Namun aku segera tersadar dan menggeleng-gelengkan kepalaku untuk membuang bayangan itu. 

“Darimana kau bisa tahu kalau aku  sudah sampai disini?” Aku memalingkan wajah dan kembali lagi ke aktifitasku semula. Melipat jaket.

“Aku mengikutimu dari belakang dan harus kau ingat-ingat lagi, kecepatan sepedamu dengan mobilku itu berbeda.” Sahut Alex cepat sembari melangkah semakin mendekatiku.

“Ya..ya...ya.... Kupikir kau akan percaya pada ucapanku...” Ucapku masih cuek melipat jaketku.

“Tentu saja tidak, kau pikir pertemuan pertama tak akan membekas di ingatanku?” Kini Alex sudah berada tepat di hadapanku dengan posisi wajah agak menunduk hanya beberapa centi didepanku.

Aku mendongakkan wajahku untuk menemukan titik temu antara mataku dan mata Alex seraya berkata,

“Bagus! Jadi jangan pernah percaya kata-kataku lagi seterusnya. Oke!” 

“Baiklah, itu maumu.”

“Yap, lelaki pintar. Jadi bisakah kau pulang saja dan duduk manis menonton tv? Aku paling tidak bisa jika latihanku ditunggui seseorang.”

“Maaf, kau sudah memperingatkanku untuk tak mempercayai kata-katamu bukan?”

Sial!

Ah kenapa lelaki ini pintar sekali membalikkan kata-kataku, lebih baik kutinggalkan saja dia dan segera menuju lapangan. Tanpa banyak kata aku langsung pergi meninggalkan Alex bersama pengawal-pengawalnya dan berlari kecil menuju lapangan. Benar dugaanku disana sudah beberapa orang yang datang dengan berbagai kesibukan, ada Nakayan yang membenahi jaring net, Yabu sedang pemanasan dan Takaki yang memompa bola yang agak kempes. Kusapa mereka,

“Selamat Sore teman-teman...?”

Mereka serempak menoleh dan membalas sapaanku,

“Selamat Sore kakak...”

“Oh Kak Nina, kau datang lebih awal dari kami?” 

“Kakak darimana?” Nakayan bertanya dengan sedikit kerepotan karena membebahi jaring net sendirian.

Sahutan bertubi-tubi menyambutku.

“Iya, aku sehabis pemanasan berkeliling taman. Nanako sudah datang?”

“Belum, mungkin akan sedikit terlambat karena aku sempat bertemu dengan Kak Nanako di toko roti saat berangkat menuju lapangan..” Jawab Yabu sambil terus melakukan pemanasan peregangan otot tangan yang ia angkat tinggi-tinggi di udara.

“Ohh... “ Aku hanya ber’oh’ ria sementara Yabu hanya mengangguk-angguk sambil meneruskan pemanasan.

“Mau kubantu sesuatu?” Tanyaku pada mereka.

“Sepertinya Nakayan butuh bantuan,” Jawab Takaki yang tangannya masih sibuk memompa bola.

“Ah baiklah, akan kubantu...” Akhirnya aku dan Nakayan sibuk berkutat dengan jaring net yang entah bagaimana caranya beberapa tali di jaringnya terplintir sehingga tidak sampai pada  pengait di tiang net ketika mencoba dipasang. Hingga tanpa sengaja tangan kami bersentuhan. Dengan kikuk Nakayan meminta maaf dan sedikit tersipu, sedangkan aku hanya tersenyum mengiyakan walaupun dadaku sedikit berdesir. 

Namun sebuah suara menginterupsi,

“Ehhheemmmm....” 

Aku  dan Nakayan menoleh ke arah suara.

Alex.

Sejak kapan ia disitu? Tanpa pengawal yang selalu menemaninya.

Alex berdehem cukup keras. Ia sudah duduk manis di bangku penonton dengan tangan yang bersedekap dan mata yang seolah mengintimidasiku. Aku tak tahu ia sudah berada disitu entah berapa lama, dan yang pasti ia melihat kejadian ketika tanganku dan Nakayan tanpa sengaja bersentuhan.

Sore itu latihan tak seperti biasanya walaupun yang mengikuti latihan sore ini cukup banyak, suasana canggung sedikit menggelayut di pikiranku. Itu pun hanya terjadi padaku dan Nakayan, entahlah Nakayan seperti sedikit menjaga jarak padaku. Berkali-kali tatapanku mengarah pada Nakayan. Ia tak seperti biasanya yang riang dan selalu menunjukkan wajah manis dengan gigi gingsul yang mencuat ketika ia tersenyum. Kali ini raut wajah yang kurang bersahabat terlihat dari wajahnya. Ia kurang berkonsentrasi dan terlihat sering melamun. Apakah ia sedang ada masalah di sekolahnya, atau masalah dengan temannya? Aku tak mengerti tapi akan kutanyakan padanya setelah latihan selesai nanti.

Aku lega karena saat aku latihan Alex yang duduk dibangku bertingkat itu hanya diam dan mengamati jalannya latihan. Ia tak mengeluarkan sepatah kata pun. Tapi aku yakin ia tak menikmati bagaimana jalannya latihanku karena tatapannya selalu mengarah kearahku ketika aku mencuri pandang ke arah Alex. 

Latihan sudah usai, aku sudah berada di apartemenku yang nyaman. Yang tadi itu benar-benar membuatku pusing, berulang kali aku membujuk Alex agar tidak mengikuti dan mengantarku pulang. Namun ia tetap memaksa dan mengancam jika aku tidak menuruti keinginannya sepeda berwarna coklat milikku akan disita dan akan diangkut dengan mobilnya. Dengan berat hati aku menuruti kehendak Alex untuk pulang satu mobil bersamanya, lalu dimana sepedaku? Tentu saja sangat mudah untuk diletakkan di bagasi mobil karena sepedaku adalah sepeda lipat. Beres.

Saat berada di dalam mobil  dalam perjalanan menuju apartemenku, aku sedikit merenung. Aku masih teringat sorot mata Nakayan yang melihatku sangat tajam seolah elang yang mengintai seekor anak ayam. Kelopak matanya memicing kecil tidak suka dengan kepergianku bersama Alex. Alis matanya terlihat berkerut dan bibir yang terkatup rapat. 

“Melamunkan laki-laki itu huh?”

“Hmmm...?” Aku tersadar dari lamunanku meskipun saat itu aku melihat pemandangan sekitar dari jendela mobil.

“Laki-laki itu menyukaimu. Aku tahu itu!” Nada bicara Alex terdengar sangat kesal.

“Laki-laki yang mana?” Aku tanggap kemana arah pembicaraan Alex namun aku berpura-pura tak mengerti untuk mengetahui lebih jelas siapa yang Alex maksud.

“Jangan berpura-pura bodoh! Kau pasti tahu siapa yang kumaksud!”

“Oke-oke.. Alex aku mengerti yang siapa yang kau bicarakan, tapi bisakah kau tak menggunakan nada tinggi??! Aku tidak suka!”

Alex menghembuskan nafas kesal.

“Aku hanya ingin memastikan kalau kau tak boleh dekat dengan bocah itu.” Ucap Alex ketus dan mengarahakan wajahnya kearahku,

“Hey.. apa hak mu mengatur-ngatur dengan siapa aku berteman Alex? Kau tak bisa seperti itu!” 

“Tentu saja bisa. Karena kau adalah milikku!”

“Milikmu yang mana? Aku tak merasa bahwa kita memiliki hubungan khusus. Sudahlah Alex jangan menjadi laki-laki posesif.. apalagi terhadap wanita yang bukan milikmu...”

“Akan kupastikan kau menjadi milikku Shoko... aku tak main-main dengan ucapanku!” 

“..............”

Jeda panjang mewarnai perdebatanku dan Alex.
“Dan aku tak bisa menjamin bocah itu akan baik-baik saja jika dia masih berani mendekatimu.”

“Alex...! Argggggh......” Kupalingkan wajah kembali ke jendela mobil sebelah kananku. 

“Jangan pernah menyentuhnya, ia tak seperti yang kau pikirkan..” Gumamku pelan.

“Hmm... kita lihat saja nanti...”

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~


Hoy hoy hoy.. selamat malam... adakah yang kangen sama saya? Eh salah fokus... adakah yang kangen sama ff ini...??

Ini saya terusin sambungannya ya.. maaf kalo kelamaan dan jadi sebel dan jamuran karena kelamaan hahaha.

Saya ga ngasih note panjang lebar deh karena saya lagi ga pengen ngetik banyak-banyak.. Oke selamat menikmati malam kamis ya...
Selamat Malam...
.
.
.
Terimakasih Sudah Berkunjung.
.
.
.
Kapan-kapan Main Lagi Ya...
.
 




2 komentar:

Feel free to comment... silahkan....