Minggu, 19 Februari 2017

Fanfiction a Pathetic Girl With a Stubborn Boy Chapter 16




“Gotcha!”

 Gema suara berat seorang lelaki memenuhi koridor kantor menuju ruanganku.  Aku mengenal betul suara itu.  Suara seorang perokok yang semakin tahun semakin bertambah berat.

Aku baru saja hendak keluar dari ruang kerjaku untuk makan siang dan suara lelaki itu menyambutku hangat.

Ah Toru.

Sejak seminggu lalu setelah pertemuan di pesta pernikahan Tomoya, akhirnya kami bertemu lagi kembali. Disini. Di tempat kerjaku.

Dalam kurun waktu seminggu membuatku siap bila sewaktu-waktu bertatap mata lagi dengan Toru tanpa rasa berat dan takut. Pada dasarnya Toru adalah orang baik dan aku meyakini bahwa Toru akan selalu baik terutama padaku. Kuabaikan peristiwa seminggu yang lalu adalah pelampiasan kekesalannya akibat kebiasaanku yang kerap menghilang tanpa kabar.

“Hey....” Sapaku dengan senyum tertahan.

Kuamati lelaki ini dari atas sampai bawah, aku baru menyadari bahwa Toru terlihat lebih mempesona terutama bagian wajah dan bibirnya yang tersenyum

“Akhirnya aku berhasil menemukanmu. Mau makan siang bersama?”

“Ide bagus. “ Jawabku santai.

“Makan siang dimana?”

“Kutunjukkan tempat yang asyik untuk makan dan ngobrol.”

“Okay”

Tak membutuhkan waktu yang  lama perjalanan menuju sebuah resto untuk makan siang bersama antara aku dan Toru. Tak banyak yang dibicarakan ketika masih menyantap makanan, masing-masing dari aku dan Toru sama-sama sibuk dengan makanan masing-masing.

Setelah menghabiskan makanan yang ada di piring, aku dan Toru melanjutkan dengan obrolan ringan. Anehnya aku merasa sangat menikmati kebersamaanku dengan Toru siang ini. Entah...

“Kau sudah berhenti merokok? Tumben sekali biasanya kau seperti cerobong yang selalu berasap.”  Celetukku tiba-tiba.

Toru terkekeh geli. Sama halnya denganku.

“Begitukah?” Sambil mengangkat salah satu alisnya, senyum Toru terkembang.

“Hmmm, aku sudah hafal dengan kebiasaanmu merokok dulu.”

Toru menghembuskan nafasnya pelan, kemudiang menyandarkan punggungnya pada kursi.

“Ternyata kau masih mengingat tentang kebiasaanku.”

Aku hanya tersenyum seraya melipat kedua tanganku di atas meja makan, sedangkan Toru menundukkan wajahnya seraya melancarkan sorotan matanya kearahku.

“Aku tak merokok di depan wanita yang kucintai.”

Deggg!

Mendadak jantung yang tersembunyi apik di dalam seolah menggedor dadaku keras. Masih sama kah perasaan Toru padaku hingga sekarang? Kupikir sudah musnah ditelan amarah yang terjadi silam.

Kalimatnya membuatku salah tingkah, dan Toru melanjutkan kembali kata-katanya.

“Aku cukup senang karena ini pertama kalinya kita bisa bercerita walau belum banyak yang bisa kita bicarakan, tapi aku merasa ini sangat menggembirakan hatiku terutama kau mulai bisa menerima kehadiranku.”

“Apa maksudmu mulai bisa menerimamu? Aku sudah menerimamu sejak kita berteman dulu.” Kucubit lengan Toru dan ia mengaduh pelan seolah cubitanku ini sakit.

“Tidak. Yang ini berbeda. Aku tahu betul sejak dulu kau tak pernah bisa terbuka padaku dan yaaa aku merasa kau seolah tak pernah menganggapku ada didekatmu.”

Aku tertohok.

“Jangan kau ambil hati, itu hanya bentuk kejujuran dariku tentang dirimu terdahulu. Untuk sekarang aku sudah melihatmu sebagai orang yang berbeda. Aku senang.”

Kalimat-kalimat yang meluncur dari bibir Toru membuatku mengingat kembali perlakuan Toru, betapa dulu aku tak pernah menghargai niat baik serta berkali-kali mengabaikannya.

“Sudah jangan dipikirkan”.

Bingung harus berkata apalagi...

“Maafkan aku Toru, aku sudah sangat jahat padamu.”

“Sudahlah... makan siang bersama ini sudah cukup untukku menghapus kejadian-kejadian tak menyenangkan di masa lalu. Kuharap kau juga bisa melupakannya.”
Kenapa aku baru menyadari sekarang kalau Toru ini memiliki hati yang luar biasa baik. Aah... Toru...

“Manami... Bolehkan aku meminta sesuatu darimu?”

“Apa itu?”

Toru masih terdiam, menimbang-nimbang perkataan yang akan keluar dari bibirnya.

“Katakan Toru...”

“Aku minta... ehh.. “

“Hmmm??” Alisku mengernyit.

"Kumohon jangan pernah menghilang lagi dariku.”

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

“Apa kau tak penasaran kenapa hingga saat ini aku masih berat untuk menerima Taka?”

“Kenapa?”

“Jadi kau penasaran?”

“Tentu,”

“Sejak kapan?”

“Baru saja.”

“Hhmmmm.”Toru menghembuskan nafasnya kesal.

Aku tergelak.

“Ayo lanjutkan.”

Bersambung.

5 komentar:

  1. Baru aja aku baca kak �� tmbah penasaran nih lanjut trus ✌✌

    BalasHapus
  2. Baru aja aku baca kak �� tmbah penasaran nih lanjut trus ✌✌

    BalasHapus
  3. Mbak sampe lali ceritane :")

    BalasHapus
  4. Nunggunya hampir 2 taon .. bacanya ga sampe 2menit ..
    Ya Gustiiii ...
    giniii amaaatt nasip readers ..

    BalasHapus
  5. Akhirnyaaaaa lanjuuut juga..

    salam kenal q readers baru ff mba yg ngebut baca dari ch. 1 ampe 16 ini..
    mba cepet lanjut yah ff nya q penasaran nih sama nasib mas taka.. yg dipilih Taka atay Toru yah... klo mas Taka ga dipilih q siap qo nerima mas Taka #ngarep wkwkwkwkwk
    semangat terus mba.. jangan lama2 lanjutnya ><

    BalasHapus

Feel free to comment... silahkan....