Fanfiction One Ok Rock a Pathetic Girl With a Stubborn Boy Chapter XIII
Author : Parasarimbi
Genre : Romantic
Lenght : Chapter
Disclaimer : Story is mine
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Persis seperti dugaanku ketika
Ryota melihat kehadiran Kanna didekatku saat ia dan istrinya menjemput Mika
pulang sore itu. Saat itu ia menatapku dengan pandangan penuh tanya, ketika
Kanna datang dan menarik-narik ujung blus atasanku sembari merengek tak sabar,
“Ibu.. aku mau eskrim..Ibu aku ingin eskrim sekarang...”
Dan ketika aku menjawab dengan
kata-kata, “Iya sayang, Ibu akan membelikanmu eskrim sekarang juga, tapi Kanna
harus jadi anak manis. Ayo beri salam pada Paman dan Bibi...”
Dengan patuh Kanna menuruti apa
yang kukatakan, semakin bertambah bingunglah Ryota ketika aku melirik singkat
kearahnya dan melihat wajah dengan dahi yang berkerut dan kedua alis yang
seakan hampir menyambung. Ketika mereka berdua pamit untuk pulang ke hotel
tempat mereka menginap, Ryota sempat mendekatiku dan berbisik pelan.
“Kita bicarakan ini nanti...”
~~~~~~~~~~~~
Lalu.. bagaimana gadis kecil bisa
hadir?” Ryota terlihat berpikir, “Sebentar-sebentar... umur Kanna saat ini
hampir 5 tahun dan terakhir kulihat kau berhubungan dengan laki-laki.....
bolehkan kutebak jika Ayah biologis Kanna adalah......”
Ryota tak meneruskan kalimatnya,
mulutnya terlihat menganga dan matanya terus menerus melihat tepat di mataku
seolah mencari jawaban sesegera mungkin. Mencoba memaksaku untuk segera membuka
mulut dan mengeluarkan beberapa patah kata.
“..................” Aku balik
menatap Ryota, menganggukkan kepala dua kali.
“Jadi tebakanku tepat...” Gumam
Ryota pelan dan terlihat merenung.
“Tanpa aku menjawab pun kau sudah
mengetahui jawabannya bukan?”
Kami sempat terdiam lama dan
Ryota semakin asik bermain dengan kepulan asap rokoknya yang membubung tinggi
dan ia lakukan berulang-ulang. Desiran angin malam menambah situasi menjadi
seolah makin hening walau sesekali kendaraan bermotor melewati jalan besar yang
berada tepat di depan kami duduk.
“Kanna sudah tahu siapa ayahnya?”
“Eummm... Tidak.” Gumamku pelan.
“Lalu bagaimana nanti jika Kanna
mempertanyakan hal itu berulang kali, Kanna semakin bertambah besar dan aku
yakin ia akan lebih kritis dengan semua pertanyaan-pertanyaan yang mungkin
membuatmu tak siap untuk menjawabnya.”
“Hmmm.. Sebenarnya itulah hal
yang kutakutkan. Tapi aku akan memikirkannya kembali dan memberitahunya
pelan-pelan.” Aku menghembuskan nafas pelan, melawan ketakutanku yang selama
ini menghantui hidupku. Meskipun aku merasa sangat bahagia bersama Kanna, aku
merasa ada hal yang membuatku tak tenang. Status Kanna. Cepat atau lambat ia
pasti menanyakan siapa ayah kandungnya yang tak pernah ia lihat semenjak ia
lahir.
“Sudah jangan dipikirkan...”
Suara berat Ryota menyadarkanku.
Aku tersenyum masam.
“Aku tak bermaksud untuk
membuatmu sedih dan khawatir dengan ucapanku barusan. Tak usah merasa khawatir,
kau tak sendirian.. sebagai temanmu aku pasti akan membantumu semampu yang yang ku
bisa.”
“Terimakasih Ryota. Kau sedikit
meringankan bebanku.”
Kepulan asap Ryota menjawab
ucapan terimakasihku. Hening kembali beberapa saat sembari menikmati musik yang
berasal dari deru mesin mobil yang melintas di depan kami.
“Jadi... terakhir aku melihatmu,
kau sedang mengandung putrimu?”
“Iya, kau benar sekali. Aku
sedang hamil saat itu, eum.. apa kau tak menyadarinya?”
“Sama sekali tak terpikirkan
olehku. Aku hanya melihat saat itu kau terlihat sedikit gemuk dan benar-benar
tak mengira kalau kau sedang mengandung saat itu.”
Aku menghela napas pelan.
“Sejak dia lenyap tanpa kabar,
aku bersumpah akan merawat anak ini sendirian.”
“Menyedihkan.” Ucap Ryota sambil
berdecak.
“Ya.. sangat menyedihkan untukku.
Namun aku belajar banyak dari pengalaman itu, bahwa mungkin itu suatu karma
untukku yang pernah meninggalkan orang-orang yang mencintaiku tanpa kabar.
Sangat menyakitkan.”
“Kau tak berpikiran untuk
menikah?”
“Entahlah.. aku masih tak ingin
fokusku pada Kanna terganggu dengan kehadiran orang lain. Aku masih belum siap
untuk itu.”
Ryota terlihat mengangguk-angguk
dan terus menikmati puntung rokok yang ia nyalakan lagi sebatang setelah rokok
sebelumnya sudah habis.
“Bagaimana dengan lelaki ‘yang
kau tahu maksudku’? Kau pernah bertemu dengannya?” Ryota menekankan nada
bicaranya saat membicarakan seseorang dengan anonim nama ‘yang kau tahu
maksudku’.
“Tidak lagi, sejak kejadian
perkelahian itu lelaki itu tak pernah lagi mengajakku berbicara. Hingga saat
wisuda pun ia tak mau menerima jabat tanganku. Ia benar-benar sangat marah
padaku.”
“Ya sebagai laki-laki aku bisa
merasakan apa yang dirasakan olehnya, hatinya benar-benar terluka saat itu dan
tak ada yang bisa mengobatinya dengan apapun.”
“Aku menyesal pernah menyakiti
hatinya..”
“Apa artinya kau memiliki rasa
kepadanya?”
“Tidak, aku masih menganggapnya
adalah salah satu teman baikku. Seperti kau.”
“Lalu.. kenapa kau menyesal?”
“Aku menyesal, tidak pernah bisa
membuka hati untuknya... padahal ia adalah laki-laki yang sangat baik.
“Wow...” Gumam Ryota sambil tersenyum
“Wow? Untuk apa? Apakah ada
kata-kataku yang terdengar spektakuler?”
“Aku sangat terkejut melihat
perubahan besar darimu. Kau sangat berbeda dari 5 tahun yang lalu.”
“Oh iya? Berbeda bagaimana?”
“Kau semakin dewasa dan terbuka.
Kau bukan lagi gadis apatis yang dulu kukenal ketika kita sama-sama di
universitas. Tak peduli pada apapun dan yaahh jika boleh aku jujur kau ini
sangat ‘heartless’...”
“Hahahahahahahaha........” Tawa
renyah memecah malam di taman yang berlangit semakin pekat.
“Kupikir kau akan marah saat
kukatakan itu.”
“Tentu saja tidak, untuk apa aku
marah mendengar penuturan jujur dari salah satu sahabat baikku tentang diriku
di masa lalu. Justru aku ingin tertawa ternyata dalam waktu lima tahun aku
sifatku seperti demikian.”
“Dan hebatnya adalah kau bisa
berubah sedrastis ini, dan yang lebih mengherankan lagi aku bisa bertemu
kembali denganmu ditempat yang aku sendiri tak pernah mengiranya.”
“Aku juga tak mengira akan ada
seseorang yang memuji perubahan baik pada diriku. Aku merasa sangat terhormat
sekali. Terimakasih sekali lagi Ryota.”
“Mungkin memang benar seperti
yang dikatakan orang-orang, perubahan status seseorang bisa juga merubah
kepribadian. Pendewasaan diri terkadang tumbuh bersama naluri dan sedikit
paksaan.”
“Yahh.. bisa saja terjadi...”
Aku melihat jam tangan yang
terikat manis di pergelangan tangan kiriku. Sudah pukul 1 dini hari. Sepertinya
aku harus segera pulang dan tidur memeluk Kanna.
“Ryota... pagi sudah
menjelang. Aku harus segera pulang dan
menemani Kanna tidur.”
Ryota seperti diingatkan. Ia juga
menatap sekilas ke arah arlojinya.
“Ahhh.. kau benar. Aku juga harus
pulang dan menemani istriku tidur. Aku tak bisa membayangkan jika istriku marah
dan terpaksa aku harus tidur di luar..”
“Hahahahaha....” Aku sempat
tertawa mendengar penuturan Ryota. Ia adalah lelaki yang polos dan baik.
“Baiklah hati-hati di jalan
Manami. Jangan lupa datang di pesta pernikahan Tomoya. Kalau kau tak keberatan
kita bisa datang bersama –sama.”
“Tentu saja. Sampaikan pada
Tomoya aku akan datang.”
Setelah masing-masing dari kami
memasuki mobil dan mengendarainya kemudian berpisah di ujung jalan, pikiranku
melayang-layang karena memikirkan perkataan Ryota yang sempat diutarakannya
tadi. Cepat-cepat segera kutepis pikiran itu dan dengan cepat kulajukan mobil
agar cepat sampai rumah dan tidur disamping Kanna.
~~~~~~~~~~~~~~~
Hall sederhana dengan dekorasi
mewah menyambut kedatanganku dan Kanna yang rapi dengan gaun terbaik yang kami
kenakan malam ini. Kanna kudandani sangat cantik sekali, dengan rambut panjang
dan keriting yang biasa digerai kini kuikat rapi dan dicepol. Dengan tambahan
bando kecil di kepalanya semakin menambah manis penampilan Kanna. Gaun mungil
selutut makin mempertegas kecantikan Kanna yang membuat tamu yang melihat
kedatangan kami seolah takjub saat melihat gadis kecilku yang sangat cantik
ini.
Bagaimana denganku?
Ah.. aku hanya berdandan
memoleskan make up tipis dan menggunakan gaun sederhana dan tak mencolok. Namun
aku yakin aku bisa mengimbangi penampilan dari gadis kecilku yang manis seperti
bidadari.
Sebenarnya aku datang bersama
Ryota beserta anak istrinya. Walau tak bersama satu mobil, namun mobil kami
berjalan beriringan dan mobilku selalu berada tepat di belakang Ryota. Ketika
sampai di lokasi, kami pun berpisah di parkiran mobil dan dengan wajah menyesal
ia berkata bahwa tak bisa menemaniku selama acara karena ia akan sibuk membantu
acara pernikahan Tomoya agar berjalan lancar. Aku tak keberatan dan
mempersilahkan Ryota untuk melakukan tanggungjawabnya, setelah itu ia bersama
anak istrinya masuk cepat-cepat ke dalam gedung dan setelah itu entah aku tak
mengerti apa yang ia lakukan.
Hingar bingar musik dari piano
khas acara pernikahan menggema di gedung yang berwarna serba putih. Semerbak
bunga mawar menguar dan menambah suasana semakin romantis dan syahdu. Aku
terkesima dengan pesta pernikahan Tomoya yang terlihat sangat elegan, gemerlap lampu kristal yang tergantung indah di langit-langit gedung. Berkonsep
internasional tapi tak meninggalkan unsur tradisional Jepang. Kulihat beberapa
tamu wanita menggunakan kimono dengan kain yang berwarna-warni sangat cantik
sekali walau kebanyakan tamu wanita menggunakan gaun sama sepertiku. Sedangkan
tamu laki-laki menggunakan jas dan blazer yang membuat mereka terlihat gagah
dan tampan.
Kanna terlihat sangat kagum dan
beberapa kali ia menarik-narik gaunku dan mengatakan bunganya sangat harum,
ruangannya sangat indah dan tak sabar ingin segera melihat sepasang pengantin
yang sedang berbahagia di singgasana mereka.
“Ibu dimana pengantinya? Kenapa
belum datang?” Kanna mulai merengek.
“Sebentar Kanna sayang,
pengantinnya belum selesai berdandan. Mereka harus berdandan sangat cantik dan
tampan agar tak mengecewakan para tamu. Kanna paham nak?”
Kanna hanya mengangguk-angguk
tanda mengerti, setelah itu ia tak lagi merengek dan merajuk untuk bertanya
dimana mempelai pengantin yang belum terlihat. Setelah melihat-lihat gedung dan
mengetahui masih ada beberapa kursi di meja bundar yang disediakan untuk para
tamu duduk, aku pun menggandeng Kanna menuju kursi yang telah kutandai.
Sebenarnya aku mengenal beberapa
tamu yang datang di pesta pernikahan Tomoya. Sebagaian besar adalah teman satu
angkatan Tomoya sewaktu di universitas, dan sebagaian lagi teman satu
angkatanku dan Ryota walaupun berbeda fakultas. Namun aku lebih banyak diam dan
bercengkrama dengan Kanna karena aku tak terlalu mengenal mereka dengan baik.
Aku tak terlalu tertarik untuk membaur dengan mereka mengingat pribadi dan
sikapku saat di universitas. Mungkin aku terlalu takut untuk memulai sebuah
sapaan dan larut dalam percakapan hangat, aku tak bisa... aku takut memulainya.
Sebuah tepukan kecil mendarat di
bahuku. Aku terkejut dan menoleh.
“Kau pasti Donna...”
“Kau...?”
“Aku Mitsumi, teman satu kelas
sewaktu di universitas. Kau ingat?”
“Ahhh Mitsumi... yaaa aku
mengingatmu.. sudah lama sekali kita tak bertemu... kau semakin cantik......”
Aku dan Mitsumi terlibat sebuah
percakapan yang entah kenapa kurasakan sangat mengasyikkan. Kupikir berbicara
dengan teman lama yang sudah mengetahui sikap di masa lalu akan selamanya
menganggap aku adalah orang yang sama. Namun kurasakan nafas lega ketika
Mitsumi sempat memujiku bahwa aku semakin cantik dan pintar bersosialisasi
dengan baik. Benarkah aku seperti itu? Ataukah itu semua hanya basa-basi Mitsumi
belaka? Tapi akhirnya aku bisa melawan rasa ketakutanku untuk memulai sebuah
percakapan dengan teman-teman lamaku. Aku mulai merasa nyaman dan menemukan
sebuah kepercayaan diri yang baru.
Setelah beberapa saat
bercakap-cakap, Mitsumi meninggalkanku dan membaur bersama teman-teman yang
lainnya. Setelah itu aku sendirian lagi bersama Kanna sembari menunggu kedua
mempelai tampil. Kupikir Mitsumi sama sekali tak memperhatikan gadis kecil yang
bersamaku karena ia sama sekali tak menanyakan, bahkan melirik pun tidak. Aku
merasa sedikit menyesal tak memperkenalkan Kanna kepada Mitsumi sebelumnya.
Dentingan piano membahana di
seluruh ruangan, kali ini lebih meriah dan lebih semarak bersamaan dengan
datangnya kedua mempelai yang terlihat luar biasa. Rona bahagia seolah bersinar
dan memancar dari wajah mereka berdua. Aku sangat terpukau menyaksikan mereka
berdua yang terlihat sangat bahagia tak henti-hentinya menebar senyum. Tepuk
tangan keras menggema dari seluruh tamu yang hadir dan ikut merasakan
kebahagiaan mereka. Sempat aku berandai-andai akulah sang mempelai wanita dan laki-laki
yang disebelahku adalah... Ah... tidak mungkin aku memikirkannya sekarang.
Tidak. Belum saatnya.
Kanna terlihat sangat senang
dengan mata yang tak lepas dari sang mempelai wanita dengan gaun pengantin
putih yang begitu cantik dan mekar seperti bunga. Aku berdiri di belakang Kanna
yang berdiri di kursi tempatnya duduk. Kanna menarik gaunku dan badanku condong
kearah Kanna, bibirnya mengarah ketelingaku dan membisikkan kata-kata khas
anak-anak.
“Ibu.. saat aku besar nanti aku
juga ingin menikah seperti bibi itu. Aku pasti sangat cantik dengan gaun
seperti itu...”
“Iya sayang.. saat kau besar
nanti kau pasti sangat cantik dengan gaun pengantin seperti yang dikenakan
bibi...”
“Iya Bu.. lalu apakah saat
menikah Ibu dulu juga memakai gaun cantik itu?”
Deg!
Celoteh Kanna membuatku mulai
diterpa rasa takut. Secara tiba-tiba aku mengingat kembali perkataan Ryota
tempo hari dan sepertinya apa yang kutakutkan akan segera datang. Beribu-ribu
pertanyaan kritis dari putriku yang mulai beranjak besar pasti akan terjadi dan
sialnya aku seperti belum siap untuk menemukan semua jawaban dari pertanyaan
yang akan ditanyakan.
“Wah lihat Kanna... Paman yang
menjadi pengantin itu adalah teman Ibu...” Aku sedikit berseru riang untuk
menghindari pertanyaan dari Kanna. Maafkan Ibu Nak..
Aku menatap wajah putriku, raut
wajah antusias tak henti-hentinya terlihat dari wajah Kanna ketika matanya
fokus terarah pada pengantin yang baru memasuki gedung dan duduk di singgasana
pengantin.
Seusai prosesi pernikahan, para
tamu undangan dipersilahkan untuk mengambil jamuan makan malam yang telah
disediakan di masing-masing sudut ruangan. Karena masih sangat ramai dan malas
berebutan mengambil makanan dengan tamu undangan lainnya, aku memilih untuk
menunggu di tempatku berada sambil bercanda dengan Kanna. Tiba-tiba aku seperti
merasa diperhatikan seseorang, aku menoleh ke seluruh penjuru ruangan.
Gotcha!
Ternyata dia.
Dengan mata yang tajam ia
menatapku penuh selidik seolah elang yang hendak menyambar buruannya. Berdiri
dan bersandar di dinding dengan gelas wine di tangan kanannya dan tangan kiri
yang disembunyikan saku celana. Matanya tak lepas melihatku.
Sudah lama aku tak melihatnya...
Bersambung......
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Hai hai...
Sudah lama sekali ga ngepost
sesuatu di blog. Dan gw balik lagi bawa ff lanjutan.
Gw baru bangun tidur, ngepas
banget sama adzan maghrib buka puasa yaudah deh langsung buka aja haha. Okay
met hepi-hepi buka puasa ya.. asal jangan kebablasan.
Slamat Petang.
.
.
.
Trimakasih Sudah Berkunjung
.
.
.
Kapan-kapan Main Lagi Ya...
.
.
.
Lanjut kak, buat penasaran aja. Jangan" itu Taka :O . Nama facebook kakak namanya apa? :3 #Liberta Geovani
BalasHapusHallo Liberta, hahaha penasaran ya... tunggu kelanjutannya ya
Hapusini fbku widiwidu@yahoo.co.id
mbak, ini gak lanjutt? :|
BalasHapusLanjut, hahaha
Hapusditunggu aja
lanjutannya mba widiii ...
BalasHapusokeeeeeee
Hapusmba widiiii ...
BalasHapusmana janji manismuu mba ??
ini udah januari 2015 ..
*huh hah huh hahh ..
ga sabar sudahh aku bacanyaa
lagi proses ngetik inih, tunggu ya
Hapusaasssseeeekkkk ^^
BalasHapusUdah lama gak baca ff, tadi iseng aja ngubek-ngubek google tentang Taka eh ketemu blog ini hehehe
BalasHapusAku gak sabar nunggu lanjutannya, mbak author pliiiss hihi
Hallo Nurul.....
Hapussalam kenal ya...
iya lagi proses ini lama banget karena banyak halangan dan kendala segala macem.
sabar ya :D hihihihi
mba widiii ...
BalasHapusudah 3 kali baca efef ini ... dan itu menandakan kalo sabarku sedang di ujiii ... *lebay hahahahaaa
ayo mba widii ...
posting dong posting ...
Hahahahhaa dikit lagi ini...
Hapusmungkin besok tanggal 14/15 baru bisa posting.
sabar yaaaa
hai mbak widi..
BalasHapusakhirnya aku bisa komen disini setelah sekian lama jadi silent reader hehe..
ffnya keeren sumpah. tolong dilanjut yaa
halo mantan siders izzah safira
Hapushehehe
makasih dan tunggu aja ya :D
Kakak ffnya yang phatetic girl ini dilanjut dong, pdahal ffnya ini udh lama diposting ya tp aku baru baja akhir thn kemarin 😁 tp bagus bgt feelnya dpt pas baca sambil ngebayangin
BalasHapusHai Eka.. iya Insya Allah dilanjut ya.
HapusMakasih udah baca sambil ngebayangin ahihihi, semoga betah nongkrong disini