Author : Parasarimbi
Genre : Family, Romantic
“Bibi...
jangan banyak bergerak dulu. Kaki dan tangan Bibi masih sakit bukan?” Seorang
gadis berparas manis dengan rambut hitam legam terurai terlihat sangat telaten
merawat seorang wanita paruh baya di tempat tidur. Tangannya cekatan dalam
mengoleskan obat gosok yang dioleskan ke betis kanan dan salah satu lengan yang
memar. Dengan hati-hati gadis muda yang memiliki tangan halus itu mencoba untuk
tak menyakiti dengan menekan bagian yang memar dengan keras.
Siapakah
kedua wanita itu? Ibu dan anak kah?
Sebenarnya
sang Gadis dan Wanita Paruh Baya itu tak saling mengenal dan tak pernah bertemu
sebelumnya. Namun kejadian yang terjadi beberapa yang lalu membuat mereka berdua
seolah dipertemukan. Wanita Paruh Baya terlibat sebuah kecelakaan kecil yang
membuat tangan dan kaki nya terkilir dan terbentuk memar warna ungu yang
terlukis di kulit putih bersihnya.
Waktu itu wanita paruh baya tengah berjalan
dengan tergesa-gesa di trotoar jalan raya. Matanya tak awas melihat jalan
karena tatapannya terarah pada barang belanjaannya yang sepertinya tertinggal
di supermarket. Naas dia tak melihat ada sebuah gundukan semen yang membuatnya
tersandung dan jatuh ke bahu jalan dan seketika sebuah mobil dengan kecepatan
tinggi menyambarnya. Teriakan memekik datang dari seoarang gadis yang menaiki
sepeda yang melihat langsung kejadian tersebut. Wanita paruh baya terlihat
sangat shock dan sedikit kesakitan, beruntung agaknya karena wanita tersebut
hanya terserempet dan tak tertabrak. Namun sang gadis yang terlihat sangat
panik langsung turun dari sepeda, seolah tak sadar ia membanting sepedanya dan
membiarkan barang belanjaannya jatuh berserakan. Sementara mobil yang
menyerempet wanita paruh baya itu melarikan diri, sang wanita terlihat sangat
kesakitan dan memegang keningnya yang terlihat berdarah karena membentur
pinggir beton trotoar.
Dengan
cepat sang gadis menghampiri dan menepikan tubuh sang wanita paruh baya itu dan
mencoba mengobati sebisa mungkin sesuai kemampuannya. Kebetulan trotoar jalan
tersebut tidak ramai dan hanya beberapa orang saja yang lewat. Sang gadis tak
bisa berbuat banyak selain mengantarkan sang wanita paruh baya tersebut ke
rumah sakit terdekat, namun sang sang wanita paruh baya tersebut tidak berkenan
untuk dibawa kerumah sakit. Ia ingin pulang kerumah dan memanggil dokter
pribadi yang biasa merawat keluarganya saat sakit. Sang gadis hanya menurut
bersedia mengantar kerumah sang wanita paruh baya sesuai permintaannya.
Beruntung sekali seorang lelaki tua di kios penjual daging seberang jalan mau
untuk menjaga sepeda sang gadis sehingga sang gadis dengan tenang bisa
mengantar wanita paruh baya dirumahnya dengan perasaan aman.
Setelah
naik taksi tak berapa lama mereka berdua sudah sampai dirumah sang wanita.
Dengan sangat hati-hati si gadis memapah hingga kamar sang wanita dan
membaringkannya di dipan yang cukup nyaman. Dan disinilah mereka berdua
akhirnya bercengkrama setelah sang gadis selesai menangani sang wanita sembari
menunggu dokter datang.
“Siapa
namamu nak?” Tanya sang wanita dengan wajah yang tersenyum sayu dan mata yang
tak lepas menatap sang gadis yang terlihat masih sibuk mengompres bagian yang
memar dengan air dingin.
“Namaku
Ayana bibi... Shirota Ayana. Senang bisa bertemu dengan Bibi walau dalam
situasi yang kurang menyenangkan.”
“Tak
apa. Bibi juga senang bertemu denganmu. Nama bibi adalah Mori, kau bisa
memanggilku dengan bibi Mori. Terimakasih sudah sejauh ini menolong bibi.”
“Sudahlah
bibi, tak perlu berkata seperti itu. sudah sewajarnya bukan saling membantu.”
Dengan
senyum mengembang sang Bibi mengucapkan terimakasih dari hatinya yang terdalam.
“Terimakasih
Ayana.”
Senyum
manis menghiasi bibir gadis yang bernama Ayana tersebut.
“Boleh
bibi tahu dimana rumahmu?”
“Rumahku
agak jauh bibi, 10 blok dari rumah bibi.”
“Kau
sudah bekerja?”
“Sudah
Bibi, aku bekerja sebagai pramuniaga di minimarket milik Paman Yoshioka.”
“Ahh Yoshioka...
ia tetangga yang baik. Kau pasti betah bekerja dengannya...”
“Iya
Bibi.. Paman Yoshioka sangat baik dan aku senang bekerja dengannya. Oh iya..
apakah Bibi tinggal sendiri? Aku tidak melihat keluarga Bibi ada dirumah...”
“Bibi
tinggal bersama suami dan kedua putra Bibi. Tapi putra tertua Bibi pergi keluar
kota untuk bekerja jadi ia tak tinggal disini lagi. Sedangkan suami Bibi bekerja dan
putra bungsu masih dengan kegiatannya di universitas. Mungkin ia akan kembali
lagi kerumah sore hari”
“Oh... pantas
saja. Rumah bibi terasa sangat sepi.” Celoteh sang gadis yang mencoba untuk
mengakrabkan suasana. “Tapi Bibi... apakah Suami dan putra Bibi sudah
diberitahu? Kalau belum akan ku....”
“Ayana.....
“ Potong Bibi Mori dengan cepat.
“Iya
Bibi.....”
“Aku
tidak ingin mengganggu aktivitas mereka, mereka pasti tidak akan konsentrasi di
luar sana. Jadi lebih baik tak usah memberitahu mereka. Bibi mohon padamu
Ayana....”
Binar
keibuan yang memancar dari kedua bola mata wanita bernama Bibi Mori agaknya
membuat hati sang gadis Ayana luluh, apalagi saat itu Bibi Mori menggenggam
lembut kedua telapak tangan Ayana menyiratkan harapan penuh. Ayana hanya
mengangguk tanda mengerti.
“Ah.. sebentar
lagi mungkin dokter akan datang, lebih baik Bibi berbaring dengan nyaman agar
luka yang Bibi rasakan tidak semakin terasa. Aku akan memasak sup hangat untuk
Bibi...”
Ayana
menyelimuti Bibi Mori hingga leher. Membiarkan Bibi Mori agar bisa memulihkan
sejenak rasa shock yang mungkin masih belum hilang usai peristiwa kecelakaan
kecil di jalan raya beberapa waktu yang lalu. Setelah Bibi Mori mulai
memejamkan matanya, Ayana langsung menuju dapur dan menggeledah isi lemari es
dan lemari buffet penyimpanan bahan makanan untuk mencari sesuatu yang bisa ia
sulap menjadi satu panci soup yang nantinya bisa dinikmati oleh Bibi Mori.
Terlalu
asyik memasak, Ayana tak sadar seseorang masuk ke dalam rumah dan memasuki
dapur. Ayana tengah mengangkat panci kecil berisi soup yang sudah masak untuk
nantinya ia letakkan di atas meja dapur. Ayana berbalik dan terkejut melihat
seorang pemuda yang menatapnya dengan pandangan bingung dan curiga.
“Kau
siapa? Bagaimana bisa kau masuk kerumahku dan mengacak-acak dapurku?”
Ayana
langsung tersadar dan berpikir mungkin laki-laki itu adalah salah satu putra
Bibi yang tadi sempat diceritakan olehnya. Dengan cepat diletakkan panci yang
masih panas itu dimeja dapur dan memberi salam.
“Maaf
bila aku lancang dan membuat kotor dapurmu. Aku sedang membuat soup untuk Bibi.
Maaf...”
Anggukan
yang dipaksakan oleh pemuda itu semakin membuat Ayana semakin tak enak.Pemuda
itu tak mengatakan sepatah katapun untuk membalas salam dari Ayana, ia hanya
bergegas menuju kamar Ibunya yang letaknya agak belakang dekat dengan taman dan
kolam kecil di halaman belakang rumah.
Ayana
sudah siap dengan nampan dan mangkuk soup hangat diatasnya, di samping mangkuk
terdapat sebuah sendok lebar dan juga segelas air putih dan secangkir teh
hangat. Dengan hati-hati ia bawa menuju kamar Bibi Mori. Ayana mendengar
sedikit pembicaraan keduanya.
“Ibu...
Aku sangat khawatir dengan keadaan Ibu. Aku tak tahan untuk segera pulang dan
menemui Ibu. Tapi syukurlah aku lega Ibu hanya terluka kecil.”
“Hiro...
kalau Ibu boleh tahu siapa yang memberitahumu? Ibu sebenarnya tak ingin
membuatmu khawatir pada Ibu.”
“Paman
Yoshioka yang memberitahuku Bu, Paman melihat sendiri kejadian sewaktu
kecelakaan itu dan dia menghubungiku lewat ponsel.. ah iya aku juga sudah
memberi kabar pada Ayah dan Kakak.”
“Hiro....
kau ini....”
Ayana
menginterupsi dengan kedatangannya di kamar Bibi Mori dan meletakkan nampan di
atas meja kamar. Pembicaraan Ibu dan anak laki-lakinya terhenti sebentar dengan
masuknya Ayana didalam sana.
“Bibi...
ini soup hangatnya.. semoga Bibi cepat sembuh. Karena keluarga Bibi sudah
datang aku pamit pulang untuk mengambil sepeda yang tadi kutitipkan dirumah
paman pemilik toko daging.”
Bibi
Mori mengulurkan tangan ke arah Ayana, dengan sigap Ayana menyambutnya dan kini
tangan mereka berdua saling mengenggam. Sementara putra Bibi Mori yang
diketahui bernama Hiro hanya terdiam menyaksikan dari pinggir tempat tidur
dimana ia duduk.
“Terimakasih
sudah membantu Bibi. Kau benar-benar sangat baik. Bibi akan tunggu kedatanganmu
besok untuk menjenguk Bibi lagi. Hati-hati dijalan Ayana...”
“Sama-sama
Bibi... semoga Bibi cepat sembuh dan bisa melakukan kegiatan lagi seperti yang
biasa Bibi lakukan tiap harinya. Aku pergi dulu Bibi...”
Bersambung.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Oi oi oi.. balik lagi nih dengan ff baru. besok dilanjutin lagi dah sekalian posting ff yang lain & sebelum-belumnya. okay...
Udah mendekati subuh gw langsung capcay aja ya.. #eh capcus maksudnya.
Bye...
Selamat Dini Hari...
.
.
.
Terimakasih Sudah Berkunjung.
.
.
.
Kapan-kapan Main Lagi Ya...
.
.
.
Jadi penasaran Taka kerja jadi apa & dimana :3 Lanjut terus kak, tapi jangan sampai memaksakan diri ^^V #KutuHitamPemalas
BalasHapusMakasih dear.... moag2 aja bisa cepet ya... :D
Hapus