Why ? Chapter V
Author : Parasarimbi
Genre : Sad, Romantic
Leght : Chapter
Cast : Temukan di dalam cerita :D
Disclaimer : Story is Mine
Memang tak mudah untuknya
menjawab pertanyaan bagaimana dia bisa menemukanku walaupun aku sudah
menggunakan nama samaran. Setelah kudesak beberapa kali akhirnya dia baru
membuka mulut. Alex mengatakan padaku
bahwa ia bisa menemukanku karena pertemuanku dengan Toru di depan minimarket
tempo hari. Alex memang berada di dalam mobil bersama sopir pribadinya, dia
mengamati gerak-gerikku dari dalam mobil. Dan dia begitu yakin bahwa saat itu
aku adalah Shoko yang pernah bersamanya saat berada di club malam beberapa
waktu yang lalu. Saat aku berlalu bersama Nakayan, tentu saja Toru yang
bersamanya tanpa curiga menjawab rasa penasaran Alex. Tapi ada satu yang
membuatnya kurang yakin adalah nama yang berbeda dengan orang yang sama. Toru mengatakan
pada Alex bahwa aku yang ditemuinya bernama Nina, sedangkan Alex hanya
mengetahui namaku adalah Shoko. Jadilah peristiwa menegangkan yang terjadi pada
sore hari itu untuk memastikan bahwa Shoko yang ditemuinya di club malam adalah
Nina seperti yang dikatakan oleh Toru.
Oke. Sejak hari dimana Alex
berhasil mengetahui siapa sebenarnya diriku, aku merasa hari-hariku kurang
bebas. Setiap hari aku harus selalu mengabari keadaan dan kegiatanku padanya.
Bila aku tak melakukan hal itu kepadanya, aku yakin beberapa anak buah Alex
akan mendatangi dan melihat kondisiku. Karena aku sudah mengalaminya sekali,
saat itu aku lupa tak membawa ponselku seharian. Dan aku benar-benar sibuk
sekali dengan mata kuliah hari itu dan tak sempat pulang untuk berganti pakaian
sebelum latihan. Kupikir semua akan berjalan baik-baik saja dan akan pulang dengan
kondisi seperti biasanya dengan lelah dan peluh yang basah di sekujur tubuh.
Namun hari itu aku benar-benar dikejutkan oleh kedatangan beberapa pria
berbadan kekar di gedung olahraga.
Kehebohan sempat terjadi di
gedung olahraga ketika latihan berjalan, aku dan teman-teman yang lain sedikit
panik dan hanya bisa berbisik-bisik. Berpikir akan ada penculikan atau apapun
itu, namun dengan penuh keberanian Yamamoto-San mendekat dan menanyakan perihal
kedatangan mereka. Setelah beberapa saat mereka berbincang akhirnya gerombolan
pria berbadan kekar itu pun pergi meninggalkan gedung setelah pandangan mereka
sempat bertabrakan ke arahku.
Setelah itu Yamamoto-San kembali melatih tanpa mengucapkan sepatah
kata pun dan tak menyinggung sesuatu tentang kejadian yang baru saja terjadi. Latihan
berlangsung lancar seperti biasanya. seusai latihan Yamamoto-San bercanda di
depan seluruh teman-temanku ketika kami sedang melakukan pendinginan latihan.
“Aoki-San... kekasihmu sangat
romantis sekali, ia mengirimkan anak buahnya kemari untuk melihat keadaanmu. Apa
kau tak mengabarinya seharian?” Seloroh Yamamoto-San di hadapan teman-teman.
Sontak riuh siulan dan kata-kata penuh
menggoda terlontar dari bibir teman-temanku. Aku sangat malu dibuatnya, ah
Alex... kau sudah mempermalukanku secara tidak langsung di depan teman-temanku.
Ah dia pikir dia itu kekasihku, berani seenaknya berbuat sesuatu padaku.
Taka
saja tak seperti itu... ahhh nama itu lagi yang terucap. Dia seperti tak bisa
hilang dari pikiranku. Rambut keriting, janggut tipis di dagunya dan suara yang
sangat lembut itu selalu terbayang dan tak pernah mau pergi. Aku sedikit
merindukannya, apa kabarmu Taka?
~~~~~~~~~~~~~
Hari ini Alex bersikeras ingin
mengantar dan menemaniku berlatih voli di lapangan taman kota. Padahal aku
sudah menolak dan tak mau jika ada yang melihatku latihan. Tapi dia tetap
memaksa dan tak perduli pada
penolakanku, dia mengabari akan menjemputku pukul 4 sore dengan mobil beserta
anak buahnya. Tapi aku sudah punya siasat untuk mengelabuinya dengan berangkat
sebelum jam 4 sore. Silahkan saja menunggu di depan apartemenku sampai dia tua.
Rasakan kau Alex !
Jam 3 sore berangkat dari
apartemen menuju ke lapangan kota membutuhkan waktu setengah jam menggunakan sepeda.
Ketika sampai di taman kota pukul setengah empat aku masih menemukan lapangan
yang sepi, belum ada seorang pun yang datang. Kuletakkan sepeda di parkiran
dekat lapangan dan tas di bangku bertingkat pinggir lapangan. Sambil membunuh
waktu aku melakukan pemanasan sendiri, berlari-lari dan sekedar mencari
keringat mengitari taman kota. Aku memakai celana olahraga pendek selutut dan
kaos yang kututupi jaket training agar keringat lebih cepat keluar. Udara sore
hari ini cukup bagus dan menyenangkan, aku jadi bersemangat untuk berlatih hari
ini.
Saat dirasa keringat sudah cukup
banyak keluar, aku berhenti berlari dan melepas jaket untuk membiarkan angin
sore yang segar menerpa badanku. Kaosku sudah cukup basah oleh keringat
sehingga rentan dengan bau badan jika kubiarkan jaket ini kupakai berlama-lama.
Aku yakin beberapa orang sudah berdatangan di lapangan, sehingga kuputuskan
untuk berjalan cepat menuju lapangan. Baru beberapa langkah sambil melipat
jaket agar terlihat lebih rapi saat kubawa, sebuah suara yang cukup keras
mengagetkanku dari belakang.
“Jadi seperti inikah gadis yang
suka mengingkari janji...”
Aku bagai tersengat listrik.
Pasti Alex.
Aku menoleh ke arah suara yang
berasal dari belakangku, lelaki itu berjalan santai dengan beberapa pengawal di
belakangnya. Alex memakai atasan kaos lengan pendek berwarna biru polos dipadu
dengan celana pendek cargo yang sempat membuatku terpesona beberapa saat. Namun
aku segera tersadar dan menggeleng-gelengkan kepalaku untuk membuang bayangan
itu.
“Darimana kau bisa tahu kalau
aku sudah sampai disini?” Aku
memalingkan wajah dan kembali lagi ke aktifitasku semula. Melipat jaket.
“Aku mengikutimu dari belakang
dan harus kau ingat-ingat lagi, kecepatan sepedamu dengan mobilku itu berbeda.”
Sahut Alex cepat sembari melangkah semakin mendekatiku.
“Ya..ya...ya.... Kupikir kau akan
percaya pada ucapanku...” Ucapku masih cuek melipat jaketku.
“Tentu saja tidak, kau pikir
pertemuan pertama tak akan membekas di ingatanku?” Kini Alex sudah berada tepat
di hadapanku dengan posisi wajah agak menunduk hanya beberapa centi didepanku.
Aku mendongakkan wajahku untuk
menemukan titik temu antara mataku dan mata Alex seraya berkata,
“Bagus! Jadi jangan pernah
percaya kata-kataku lagi seterusnya. Oke!”
“Baiklah, itu maumu.”
“Yap, lelaki pintar. Jadi bisakah
kau pulang saja dan duduk manis menonton tv? Aku paling tidak bisa jika
latihanku ditunggui seseorang.”
“Maaf, kau sudah memperingatkanku
untuk tak mempercayai kata-katamu bukan?”
Sial!
Ah kenapa lelaki ini pintar
sekali membalikkan kata-kataku, lebih baik kutinggalkan saja dia dan segera
menuju lapangan. Tanpa banyak kata aku langsung pergi meninggalkan Alex bersama
pengawal-pengawalnya dan berlari kecil menuju lapangan. Benar dugaanku disana
sudah beberapa orang yang datang dengan berbagai kesibukan, ada Nakayan yang
membenahi jaring net, Yabu sedang pemanasan dan Takaki yang memompa bola yang
agak kempes. Kusapa mereka,
“Selamat Sore teman-teman...?”
Mereka serempak menoleh dan
membalas sapaanku,
“Selamat Sore kakak...”
“Oh Kak Nina, kau datang lebih
awal dari kami?”
“Kakak darimana?” Nakayan
bertanya dengan sedikit kerepotan karena membebahi jaring net sendirian.
Sahutan bertubi-tubi menyambutku.
“Iya, aku sehabis pemanasan
berkeliling taman. Nanako sudah datang?”
“Belum, mungkin akan sedikit
terlambat karena aku sempat bertemu dengan Kak Nanako di toko roti saat
berangkat menuju lapangan..” Jawab Yabu sambil terus melakukan pemanasan
peregangan otot tangan yang ia angkat tinggi-tinggi di udara.
“Ohh... “ Aku hanya ber’oh’ ria sementara Yabu hanya mengangguk-angguk sambil meneruskan pemanasan.
“Mau kubantu sesuatu?” Tanyaku pada
mereka.
“Sepertinya Nakayan butuh
bantuan,” Jawab Takaki yang tangannya masih sibuk memompa bola.
“Ah baiklah, akan kubantu...”
Akhirnya aku dan Nakayan sibuk berkutat dengan jaring net yang entah bagaimana
caranya beberapa tali di jaringnya terplintir sehingga tidak sampai pada pengait di tiang net ketika mencoba dipasang.
Hingga tanpa sengaja tangan kami bersentuhan. Dengan kikuk Nakayan meminta maaf
dan sedikit tersipu, sedangkan aku hanya tersenyum mengiyakan walaupun dadaku
sedikit berdesir.
Namun sebuah suara menginterupsi,
“Ehhheemmmm....”
Aku dan Nakayan menoleh ke arah suara.
Alex.
Sejak kapan ia disitu? Tanpa
pengawal yang selalu menemaninya.
Alex berdehem cukup keras. Ia
sudah duduk manis di bangku penonton dengan tangan yang bersedekap dan mata
yang seolah mengintimidasiku. Aku tak tahu ia sudah berada disitu entah berapa
lama, dan yang pasti ia melihat kejadian ketika tanganku dan Nakayan tanpa
sengaja bersentuhan.
Sore itu latihan tak seperti
biasanya walaupun yang mengikuti latihan sore ini cukup banyak, suasana
canggung sedikit menggelayut di pikiranku. Itu pun hanya terjadi padaku dan
Nakayan, entahlah Nakayan seperti sedikit menjaga jarak padaku. Berkali-kali tatapanku
mengarah pada Nakayan. Ia tak seperti biasanya yang riang dan selalu
menunjukkan wajah manis dengan gigi gingsul yang mencuat ketika ia tersenyum.
Kali ini raut wajah yang kurang bersahabat terlihat dari wajahnya. Ia kurang
berkonsentrasi dan terlihat sering melamun. Apakah ia sedang ada masalah di
sekolahnya, atau masalah dengan temannya? Aku tak mengerti tapi akan kutanyakan
padanya setelah latihan selesai nanti.
Aku lega karena saat aku latihan
Alex yang duduk dibangku bertingkat itu hanya diam dan mengamati jalannya
latihan. Ia tak mengeluarkan sepatah kata pun. Tapi aku yakin ia tak menikmati
bagaimana jalannya latihanku karena tatapannya selalu mengarah kearahku ketika
aku mencuri pandang ke arah Alex.
Latihan sudah usai, aku sudah
berada di apartemenku yang nyaman. Yang tadi itu benar-benar membuatku pusing,
berulang kali aku membujuk Alex agar tidak mengikuti dan mengantarku pulang.
Namun ia tetap memaksa dan mengancam jika aku tidak menuruti keinginannya
sepeda berwarna coklat milikku akan disita dan akan diangkut dengan mobilnya. Dengan
berat hati aku menuruti kehendak Alex untuk pulang satu mobil bersamanya, lalu
dimana sepedaku? Tentu saja sangat mudah untuk diletakkan di bagasi mobil
karena sepedaku adalah sepeda lipat. Beres.
Saat berada di dalam mobil dalam perjalanan menuju apartemenku, aku
sedikit merenung. Aku masih teringat sorot mata Nakayan yang melihatku sangat tajam
seolah elang yang mengintai seekor anak ayam. Kelopak matanya memicing kecil
tidak suka dengan kepergianku bersama Alex. Alis matanya terlihat berkerut dan
bibir yang terkatup rapat.
“Melamunkan laki-laki itu huh?”
“Hmmm...?” Aku tersadar dari
lamunanku meskipun saat itu aku melihat pemandangan sekitar dari jendela mobil.
“Laki-laki itu menyukaimu. Aku tahu
itu!” Nada bicara Alex terdengar sangat kesal.
“Laki-laki yang mana?” Aku
tanggap kemana arah pembicaraan Alex namun aku berpura-pura tak mengerti untuk
mengetahui lebih jelas siapa yang Alex maksud.
“Jangan berpura-pura bodoh! Kau pasti
tahu siapa yang kumaksud!”
“Oke-oke.. Alex aku mengerti yang
siapa yang kau bicarakan, tapi bisakah kau tak menggunakan nada tinggi??! Aku tidak
suka!”
Alex menghembuskan nafas kesal.
“Aku hanya ingin memastikan kalau
kau tak boleh dekat dengan bocah itu.” Ucap Alex ketus dan mengarahakan wajahnya kearahku,
“Hey.. apa hak mu mengatur-ngatur
dengan siapa aku berteman Alex? Kau tak bisa seperti itu!”
“Tentu saja bisa. Karena kau
adalah milikku!”
“Milikmu yang mana? Aku tak
merasa bahwa kita memiliki hubungan khusus. Sudahlah Alex jangan menjadi
laki-laki posesif.. apalagi terhadap wanita yang bukan milikmu...”
“Akan kupastikan kau menjadi
milikku Shoko... aku tak main-main dengan ucapanku!”
“..............”
Jeda panjang mewarnai perdebatanku dan Alex.
“Dan aku tak bisa menjamin bocah
itu akan baik-baik saja jika dia masih berani mendekatimu.”
“Alex...! Argggggh......”
Kupalingkan wajah kembali ke jendela mobil sebelah kananku.
“Jangan pernah menyentuhnya, ia
tak seperti yang kau pikirkan..” Gumamku pelan.
“Hmm... kita lihat saja nanti...”
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Hoy hoy hoy.. selamat malam...
adakah yang kangen sama saya? Eh salah fokus... adakah yang kangen sama ff
ini...??
Ini saya terusin sambungannya
ya.. maaf kalo kelamaan dan jadi sebel dan jamuran karena kelamaan hahaha.
Saya ga ngasih note panjang lebar
deh karena saya lagi ga pengen ngetik banyak-banyak.. Oke selamat menikmati
malam kamis ya...
Selamat Malam...
.
.
.
Terimakasih Sudah Berkunjung.
.
.
.
Kapan-kapan Main Lagi Ya...
.
mba widii... lanjutin dong ff nya
BalasHapussiappppp
Hapus