Senin, 14 Juli 2014

Fanfiction One Ok Rock a Pathetic Girl With a Stubborn Boy Chapter XIII

Fanfiction One Ok Rock a Pathetic Girl With a Stubborn Boy Chapter XIII

Author : Parasarimbi

Genre : Romantic

Lenght : Chapter

Disclaimer : Story is mine





~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~



Persis seperti dugaanku ketika Ryota melihat kehadiran Kanna didekatku saat ia dan istrinya menjemput Mika pulang sore itu. Saat itu ia menatapku dengan pandangan penuh tanya, ketika Kanna datang dan menarik-narik ujung blus atasanku sembari merengek tak sabar, “Ibu.. aku mau eskrim..Ibu aku ingin eskrim sekarang...”

Dan ketika aku menjawab dengan kata-kata, “Iya sayang, Ibu akan membelikanmu eskrim sekarang juga, tapi Kanna harus jadi anak manis. Ayo beri salam pada Paman dan Bibi...”

Dengan patuh Kanna menuruti apa yang kukatakan, semakin bertambah bingunglah Ryota ketika aku melirik singkat kearahnya dan melihat wajah dengan dahi yang berkerut dan kedua alis yang seakan hampir menyambung. Ketika mereka berdua pamit untuk pulang ke hotel tempat mereka menginap, Ryota sempat mendekatiku dan berbisik pelan.

“Kita bicarakan ini nanti...”

~~~~~~~~~~~~

Lalu.. bagaimana gadis kecil bisa hadir?” Ryota terlihat berpikir, “Sebentar-sebentar... umur Kanna saat ini hampir 5 tahun dan terakhir kulihat kau berhubungan dengan laki-laki..... bolehkan kutebak jika Ayah biologis Kanna adalah......”

Ryota tak meneruskan kalimatnya, mulutnya terlihat menganga dan matanya terus menerus melihat tepat di mataku seolah mencari jawaban sesegera mungkin. Mencoba memaksaku untuk segera membuka mulut dan mengeluarkan beberapa patah kata.

“..................” Aku balik menatap Ryota, menganggukkan kepala dua kali.

“Jadi tebakanku tepat...” Gumam Ryota pelan dan terlihat merenung.

“Tanpa aku menjawab pun kau sudah mengetahui jawabannya bukan?”

Kami sempat terdiam lama dan Ryota semakin asik bermain dengan kepulan asap rokoknya yang membubung tinggi dan ia lakukan berulang-ulang. Desiran angin malam menambah situasi menjadi seolah makin hening walau sesekali kendaraan bermotor melewati jalan besar yang berada tepat di depan kami duduk.

“Kanna sudah tahu siapa ayahnya?” 

“Eummm... Tidak.” Gumamku pelan.

“Lalu bagaimana nanti jika Kanna mempertanyakan hal itu berulang kali, Kanna semakin bertambah besar dan aku yakin ia akan lebih kritis dengan semua pertanyaan-pertanyaan yang mungkin membuatmu tak siap untuk menjawabnya.”

“Hmmm.. Sebenarnya itulah hal yang kutakutkan. Tapi aku akan memikirkannya kembali dan memberitahunya pelan-pelan.” Aku menghembuskan nafas pelan, melawan ketakutanku yang selama ini menghantui hidupku. Meskipun aku merasa sangat bahagia bersama Kanna, aku merasa ada hal yang membuatku tak tenang. Status Kanna. Cepat atau lambat ia pasti menanyakan siapa ayah kandungnya yang tak pernah ia lihat semenjak ia lahir. 

“Sudah jangan dipikirkan...”

Suara berat Ryota menyadarkanku.

Aku tersenyum masam.

“Aku tak bermaksud untuk membuatmu sedih dan khawatir dengan ucapanku barusan. Tak usah merasa khawatir, kau tak sendirian.. sebagai temanmu aku pasti akan membantumu semampu yang yang ku bisa.”

“Terimakasih Ryota. Kau sedikit meringankan bebanku.”

Kepulan asap Ryota menjawab ucapan terimakasihku. Hening kembali beberapa saat sembari menikmati musik yang berasal dari deru mesin mobil yang melintas di depan kami. 

“Jadi... terakhir aku melihatmu, kau sedang mengandung putrimu?”

“Iya, kau benar sekali. Aku sedang hamil saat itu, eum.. apa kau tak menyadarinya?”

“Sama sekali tak terpikirkan olehku. Aku hanya melihat saat itu kau terlihat sedikit gemuk dan benar-benar tak mengira kalau kau sedang mengandung saat itu.”

Aku menghela napas pelan.

“Sejak dia lenyap tanpa kabar, aku bersumpah akan merawat anak ini sendirian.”

“Menyedihkan.” Ucap Ryota sambil berdecak.

“Ya.. sangat menyedihkan untukku. Namun aku belajar banyak dari pengalaman itu, bahwa mungkin itu suatu karma untukku yang pernah meninggalkan orang-orang yang mencintaiku tanpa kabar. Sangat menyakitkan.”

“Kau tak berpikiran untuk menikah?”

“Entahlah.. aku masih tak ingin fokusku pada Kanna terganggu dengan kehadiran orang lain. Aku masih belum siap untuk itu.”

Ryota terlihat mengangguk-angguk dan terus menikmati puntung rokok yang ia nyalakan lagi sebatang setelah rokok sebelumnya sudah habis.

“Bagaimana dengan lelaki ‘yang kau tahu maksudku’? Kau pernah bertemu dengannya?” Ryota menekankan nada bicaranya saat membicarakan seseorang dengan anonim nama ‘yang kau tahu maksudku’.

“Tidak lagi, sejak kejadian perkelahian itu lelaki itu tak pernah lagi mengajakku berbicara. Hingga saat wisuda pun ia tak mau menerima jabat tanganku. Ia benar-benar sangat marah padaku.”

“Ya sebagai laki-laki aku bisa merasakan apa yang dirasakan olehnya, hatinya benar-benar terluka saat itu dan tak ada yang bisa mengobatinya dengan apapun.”

“Aku menyesal pernah menyakiti hatinya..”

“Apa artinya kau memiliki rasa kepadanya?”

“Tidak, aku masih menganggapnya adalah salah satu teman baikku. Seperti kau.”

“Lalu.. kenapa kau menyesal?”

“Aku menyesal, tidak pernah bisa membuka hati untuknya... padahal ia adalah laki-laki yang sangat baik.

“Wow...” Gumam Ryota sambil tersenyum

“Wow? Untuk apa? Apakah ada kata-kataku yang terdengar spektakuler?”

“Aku sangat terkejut melihat perubahan besar darimu. Kau sangat berbeda dari 5 tahun yang lalu.”

“Oh iya? Berbeda bagaimana?”

“Kau semakin dewasa dan terbuka. Kau bukan lagi gadis apatis yang dulu kukenal ketika kita sama-sama di universitas. Tak peduli pada apapun dan yaahh jika boleh aku jujur kau ini sangat ‘heartless’...”

“Hahahahahahahaha........” Tawa renyah memecah malam di taman yang berlangit semakin pekat.

“Kupikir kau akan marah saat kukatakan itu.”

“Tentu saja tidak, untuk apa aku marah mendengar penuturan jujur dari salah satu sahabat baikku tentang diriku di masa lalu. Justru aku ingin tertawa ternyata dalam waktu lima tahun aku sifatku seperti demikian.”

“Dan hebatnya adalah kau bisa berubah sedrastis ini, dan yang lebih mengherankan lagi aku bisa bertemu kembali denganmu ditempat yang aku sendiri tak pernah mengiranya.”

“Aku juga tak mengira akan ada seseorang yang memuji perubahan baik pada diriku. Aku merasa sangat terhormat sekali. Terimakasih sekali lagi Ryota.”

“Mungkin memang benar seperti yang dikatakan orang-orang, perubahan status seseorang bisa juga merubah kepribadian. Pendewasaan diri terkadang tumbuh bersama naluri dan sedikit paksaan.”

“Yahh.. bisa saja terjadi...” 

Aku melihat jam tangan yang terikat manis di pergelangan tangan kiriku. Sudah pukul 1 dini hari. Sepertinya aku harus segera pulang dan tidur memeluk Kanna.

“Ryota... pagi sudah menjelang.  Aku harus segera pulang dan menemani Kanna tidur.”

Ryota seperti diingatkan. Ia juga menatap sekilas ke arah arlojinya. 

“Ahhh.. kau benar. Aku juga harus pulang dan menemani istriku tidur. Aku tak bisa membayangkan jika istriku marah dan terpaksa aku harus tidur di luar..”

“Hahahahaha....” Aku sempat tertawa mendengar penuturan Ryota. Ia adalah lelaki yang polos dan baik.

“Baiklah hati-hati di jalan Manami. Jangan lupa datang di pesta pernikahan Tomoya. Kalau kau tak keberatan kita bisa datang bersama –sama.”

“Tentu saja. Sampaikan pada Tomoya aku akan datang.”

Setelah masing-masing dari kami memasuki mobil dan mengendarainya kemudian berpisah di ujung jalan, pikiranku melayang-layang karena memikirkan perkataan Ryota yang sempat diutarakannya tadi. Cepat-cepat segera kutepis pikiran itu dan dengan cepat kulajukan mobil agar cepat sampai rumah dan tidur disamping Kanna.

~~~~~~~~~~~~~~~

Hall sederhana dengan dekorasi mewah menyambut kedatanganku dan Kanna yang rapi dengan gaun terbaik yang kami kenakan malam ini. Kanna kudandani sangat cantik sekali, dengan rambut panjang dan keriting yang biasa digerai kini kuikat rapi dan dicepol. Dengan tambahan bando kecil di kepalanya semakin menambah manis penampilan Kanna. Gaun mungil selutut makin mempertegas kecantikan Kanna yang membuat tamu yang melihat kedatangan kami seolah takjub saat melihat gadis kecilku yang sangat cantik ini.

Bagaimana denganku?

Ah.. aku hanya berdandan memoleskan make up tipis dan menggunakan gaun sederhana dan tak mencolok. Namun aku yakin aku bisa mengimbangi penampilan dari gadis kecilku yang manis seperti bidadari.

Sebenarnya aku datang bersama Ryota beserta anak istrinya. Walau tak bersama satu mobil, namun mobil kami berjalan beriringan dan mobilku selalu berada tepat di belakang Ryota. Ketika sampai di lokasi, kami pun berpisah di parkiran mobil dan dengan wajah menyesal ia berkata bahwa tak bisa menemaniku selama acara karena ia akan sibuk membantu acara pernikahan Tomoya agar berjalan lancar. Aku tak keberatan dan mempersilahkan Ryota untuk melakukan tanggungjawabnya, setelah itu ia bersama anak istrinya masuk cepat-cepat ke dalam gedung dan setelah itu entah aku tak mengerti apa yang ia lakukan.

Hingar bingar musik dari piano khas acara pernikahan menggema di gedung yang berwarna serba putih. Semerbak bunga mawar menguar dan menambah suasana semakin romantis dan syahdu. Aku terkesima dengan pesta pernikahan Tomoya yang terlihat sangat elegan, gemerlap lampu kristal yang tergantung indah di langit-langit gedung. Berkonsep internasional tapi tak meninggalkan unsur tradisional Jepang. Kulihat beberapa tamu wanita menggunakan kimono dengan kain yang berwarna-warni sangat cantik sekali walau kebanyakan tamu wanita menggunakan gaun sama sepertiku. Sedangkan tamu laki-laki menggunakan jas dan blazer yang membuat mereka terlihat gagah dan tampan.

Kanna terlihat sangat kagum dan beberapa kali ia menarik-narik gaunku dan mengatakan bunganya sangat harum, ruangannya sangat indah dan tak sabar ingin segera melihat sepasang pengantin yang sedang berbahagia di singgasana mereka. 

“Ibu dimana pengantinya? Kenapa belum datang?” Kanna mulai merengek.

“Sebentar Kanna sayang, pengantinnya belum selesai berdandan. Mereka harus berdandan sangat cantik dan tampan agar tak mengecewakan para tamu. Kanna paham nak?”

Kanna hanya mengangguk-angguk tanda mengerti, setelah itu ia tak lagi merengek dan merajuk untuk bertanya dimana mempelai pengantin yang belum terlihat. Setelah melihat-lihat gedung dan mengetahui masih ada beberapa kursi di meja bundar yang disediakan untuk para tamu duduk, aku pun menggandeng Kanna menuju kursi yang telah kutandai. 

Sebenarnya aku mengenal beberapa tamu yang datang di pesta pernikahan Tomoya. Sebagaian besar adalah teman satu angkatan Tomoya sewaktu di universitas, dan sebagaian lagi teman satu angkatanku dan Ryota walaupun berbeda fakultas. Namun aku lebih banyak diam dan bercengkrama dengan Kanna karena aku tak terlalu mengenal mereka dengan baik. 

Aku tak terlalu tertarik untuk membaur dengan mereka mengingat pribadi dan sikapku saat di universitas. Mungkin aku terlalu takut untuk memulai sebuah sapaan dan larut dalam percakapan hangat, aku tak bisa... aku takut memulainya. 

Sebuah tepukan kecil mendarat di bahuku. Aku terkejut dan menoleh.

“Kau pasti Donna...”

“Kau...?”
 
“Aku Mitsumi, teman satu kelas sewaktu di universitas. Kau ingat?”

“Ahhh Mitsumi... yaaa aku mengingatmu.. sudah lama sekali kita tak bertemu... kau semakin cantik......”

Aku dan Mitsumi terlibat sebuah percakapan yang entah kenapa kurasakan sangat mengasyikkan. Kupikir berbicara dengan teman lama yang sudah mengetahui sikap di masa lalu akan selamanya menganggap aku adalah orang yang sama. Namun kurasakan nafas lega ketika Mitsumi sempat memujiku bahwa aku semakin cantik dan pintar bersosialisasi dengan baik. Benarkah aku seperti itu? Ataukah itu semua hanya basa-basi Mitsumi belaka? Tapi akhirnya aku bisa melawan rasa ketakutanku untuk memulai sebuah percakapan dengan teman-teman lamaku. Aku mulai merasa nyaman dan menemukan sebuah kepercayaan diri yang baru.

Setelah beberapa saat bercakap-cakap, Mitsumi meninggalkanku dan membaur bersama teman-teman yang lainnya. Setelah itu aku sendirian lagi bersama Kanna sembari menunggu kedua mempelai tampil. Kupikir Mitsumi sama sekali tak memperhatikan gadis kecil yang bersamaku karena ia sama sekali tak menanyakan, bahkan melirik pun tidak. Aku merasa sedikit menyesal tak memperkenalkan Kanna kepada Mitsumi sebelumnya.

Dentingan piano membahana di seluruh ruangan, kali ini lebih meriah dan lebih semarak bersamaan dengan datangnya kedua mempelai yang terlihat luar biasa. Rona bahagia seolah bersinar dan memancar dari wajah mereka berdua. Aku sangat terpukau menyaksikan mereka berdua yang terlihat sangat bahagia tak henti-hentinya menebar senyum. Tepuk tangan keras menggema dari seluruh tamu yang hadir dan ikut merasakan kebahagiaan mereka. Sempat aku berandai-andai akulah sang mempelai wanita dan laki-laki yang disebelahku adalah... Ah... tidak mungkin aku memikirkannya sekarang. Tidak. Belum saatnya.

Kanna terlihat sangat senang dengan mata yang tak lepas dari sang mempelai wanita dengan gaun pengantin putih yang begitu cantik dan mekar seperti bunga. Aku berdiri di belakang Kanna yang berdiri di kursi tempatnya duduk. Kanna menarik gaunku dan badanku condong kearah Kanna, bibirnya mengarah ketelingaku dan membisikkan kata-kata khas anak-anak.

“Ibu.. saat aku besar nanti aku juga ingin menikah seperti bibi itu. Aku pasti sangat cantik dengan gaun seperti itu...”

“Iya sayang.. saat kau besar nanti kau pasti sangat cantik dengan gaun pengantin seperti yang dikenakan bibi...”

“Iya Bu.. lalu apakah saat menikah Ibu dulu juga memakai gaun cantik itu?”

Deg!

Celoteh Kanna membuatku mulai diterpa rasa takut. Secara tiba-tiba aku mengingat kembali perkataan Ryota tempo hari dan sepertinya apa yang kutakutkan akan segera datang. Beribu-ribu pertanyaan kritis dari putriku yang mulai beranjak besar pasti akan terjadi dan sialnya aku seperti belum siap untuk menemukan semua jawaban dari pertanyaan yang akan ditanyakan.

“Wah lihat Kanna... Paman yang menjadi pengantin itu adalah teman Ibu...” Aku sedikit berseru riang untuk menghindari pertanyaan dari Kanna. Maafkan Ibu Nak..

Aku menatap wajah putriku, raut wajah antusias tak henti-hentinya terlihat dari wajah Kanna ketika matanya fokus terarah pada pengantin yang baru memasuki gedung dan duduk di singgasana pengantin.

Seusai prosesi pernikahan, para tamu undangan dipersilahkan untuk mengambil jamuan makan malam yang telah disediakan di masing-masing sudut ruangan. Karena masih sangat ramai dan malas berebutan mengambil makanan dengan tamu undangan lainnya, aku memilih untuk menunggu di tempatku berada sambil bercanda dengan Kanna. Tiba-tiba aku seperti merasa diperhatikan seseorang, aku menoleh ke seluruh penjuru ruangan.

Gotcha!

Ternyata dia.

Dengan mata yang tajam ia menatapku penuh selidik seolah elang yang hendak menyambar buruannya. Berdiri dan bersandar di dinding dengan gelas wine di tangan kanannya dan tangan kiri yang disembunyikan saku celana. Matanya tak lepas melihatku.

Sudah lama aku tak melihatnya...


 Bersambung......
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~


Hai hai...
Sudah lama sekali ga ngepost sesuatu di blog. Dan gw balik lagi bawa ff lanjutan.
Gw baru bangun tidur, ngepas banget sama adzan maghrib buka puasa yaudah deh langsung buka aja haha. Okay met hepi-hepi buka puasa ya.. asal jangan kebablasan.
Slamat Petang.
.
.
.
Trimakasih Sudah Berkunjung
.
.
.
Kapan-kapan Main Lagi Ya...
.
.
.

17 komentar:

  1. Lanjut kak, buat penasaran aja. Jangan" itu Taka :O . Nama facebook kakak namanya apa? :3 #Liberta Geovani

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hallo Liberta, hahaha penasaran ya... tunggu kelanjutannya ya

      ini fbku widiwidu@yahoo.co.id

      Hapus
  2. mba widiiii ...
    mana janji manismuu mba ??
    ini udah januari 2015 ..
    *huh hah huh hahh ..
    ga sabar sudahh aku bacanyaa

    BalasHapus
  3. Udah lama gak baca ff, tadi iseng aja ngubek-ngubek google tentang Taka eh ketemu blog ini hehehe
    Aku gak sabar nunggu lanjutannya, mbak author pliiiss hihi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hallo Nurul.....
      salam kenal ya...

      iya lagi proses ini lama banget karena banyak halangan dan kendala segala macem.
      sabar ya :D hihihihi

      Hapus
  4. mba widiii ...
    udah 3 kali baca efef ini ... dan itu menandakan kalo sabarku sedang di ujiii ... *lebay hahahahaaa
    ayo mba widii ...
    posting dong posting ...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahahahhaa dikit lagi ini...
      mungkin besok tanggal 14/15 baru bisa posting.
      sabar yaaaa

      Hapus
  5. hai mbak widi..
    akhirnya aku bisa komen disini setelah sekian lama jadi silent reader hehe..
    ffnya keeren sumpah. tolong dilanjut yaa

    BalasHapus
    Balasan
    1. halo mantan siders izzah safira
      hehehe
      makasih dan tunggu aja ya :D

      Hapus
  6. Kakak ffnya yang phatetic girl ini dilanjut dong, pdahal ffnya ini udh lama diposting ya tp aku baru baja akhir thn kemarin 😁 tp bagus bgt feelnya dpt pas baca sambil ngebayangin

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hai Eka.. iya Insya Allah dilanjut ya.
      Makasih udah baca sambil ngebayangin ahihihi, semoga betah nongkrong disini

      Hapus

Feel free to comment... silahkan....