Senin, 18 Agustus 2014

Fanfiction One Ok Rock The Same As Part 1

Fanfiction One Ok Rock The Same As Part 1

Author : Parasarimbi
Genre : Family, Romantic








“Bibi... jangan banyak bergerak dulu. Kaki dan tangan Bibi masih sakit bukan?” Seorang gadis berparas manis dengan rambut hitam legam terurai terlihat sangat telaten merawat seorang wanita paruh baya di tempat tidur. Tangannya cekatan dalam mengoleskan obat gosok yang dioleskan ke betis kanan dan salah satu lengan yang memar. Dengan hati-hati gadis muda yang memiliki tangan halus itu mencoba untuk tak menyakiti dengan menekan bagian yang memar dengan keras.

Siapakah kedua wanita itu? Ibu dan anak kah?

Sebenarnya sang Gadis dan Wanita Paruh Baya itu tak saling mengenal dan tak pernah bertemu sebelumnya. Namun kejadian yang terjadi beberapa yang lalu membuat mereka berdua seolah dipertemukan. Wanita Paruh Baya terlibat sebuah kecelakaan kecil yang membuat tangan dan kaki nya terkilir dan terbentuk memar warna ungu yang terlukis di kulit putih bersihnya. 

Waktu itu wanita paruh baya tengah berjalan dengan tergesa-gesa di trotoar jalan raya. Matanya tak awas melihat jalan karena tatapannya terarah pada barang belanjaannya yang sepertinya tertinggal di supermarket. Naas dia tak melihat ada sebuah gundukan semen yang membuatnya tersandung dan jatuh ke bahu jalan dan seketika sebuah mobil dengan kecepatan tinggi menyambarnya. Teriakan memekik datang dari seoarang gadis yang menaiki sepeda yang melihat langsung kejadian tersebut. Wanita paruh baya terlihat sangat shock dan sedikit kesakitan, beruntung agaknya karena wanita tersebut hanya terserempet dan tak tertabrak. Namun sang gadis yang terlihat sangat panik langsung turun dari sepeda, seolah tak sadar ia membanting sepedanya dan membiarkan barang belanjaannya jatuh berserakan. Sementara mobil yang menyerempet wanita paruh baya itu melarikan diri, sang wanita terlihat sangat kesakitan dan memegang keningnya yang terlihat berdarah karena membentur pinggir beton trotoar. 

Dengan cepat sang gadis menghampiri dan menepikan tubuh sang wanita paruh baya itu dan mencoba mengobati sebisa mungkin sesuai kemampuannya. Kebetulan trotoar jalan tersebut tidak ramai dan hanya beberapa orang saja yang lewat. Sang gadis tak bisa berbuat banyak selain mengantarkan sang wanita paruh baya tersebut ke rumah sakit terdekat, namun sang sang wanita paruh baya tersebut tidak berkenan untuk dibawa kerumah sakit. Ia ingin pulang kerumah dan memanggil dokter pribadi yang biasa merawat keluarganya saat sakit. Sang gadis hanya menurut bersedia mengantar kerumah sang wanita paruh baya sesuai permintaannya. Beruntung sekali seorang lelaki tua di kios penjual daging seberang jalan mau untuk menjaga sepeda sang gadis sehingga sang gadis dengan tenang bisa mengantar wanita paruh baya dirumahnya dengan perasaan aman. 

Setelah naik taksi tak berapa lama mereka berdua sudah sampai dirumah sang wanita. Dengan sangat hati-hati si gadis memapah hingga kamar sang wanita dan membaringkannya di dipan yang cukup nyaman. Dan disinilah mereka berdua akhirnya bercengkrama setelah sang gadis selesai menangani sang wanita sembari menunggu dokter datang.

“Siapa namamu nak?” Tanya sang wanita dengan wajah yang tersenyum sayu dan mata yang tak lepas menatap sang gadis yang terlihat masih sibuk mengompres bagian yang memar dengan air dingin.

“Namaku Ayana bibi... Shirota Ayana. Senang bisa bertemu dengan Bibi walau dalam situasi yang kurang menyenangkan.” 

“Tak apa. Bibi juga senang bertemu denganmu. Nama bibi adalah Mori, kau bisa memanggilku dengan bibi Mori. Terimakasih sudah sejauh ini menolong bibi.”

“Sudahlah bibi, tak perlu berkata seperti itu. sudah sewajarnya bukan saling membantu.”

Dengan senyum mengembang sang Bibi mengucapkan terimakasih dari hatinya yang terdalam.

“Terimakasih Ayana.” 

Senyum manis menghiasi bibir gadis yang bernama Ayana tersebut.

“Boleh bibi tahu dimana rumahmu?”

“Rumahku agak jauh bibi, 10 blok dari rumah bibi.”

“Kau sudah bekerja?”

“Sudah Bibi, aku bekerja sebagai pramuniaga di minimarket milik Paman Yoshioka.”

“Ahh Yoshioka... ia tetangga yang baik. Kau pasti betah bekerja dengannya...”

“Iya Bibi.. Paman Yoshioka sangat baik dan aku senang bekerja dengannya. Oh iya.. apakah Bibi tinggal sendiri? Aku tidak melihat keluarga Bibi ada dirumah...”

“Bibi tinggal bersama suami dan kedua putra Bibi. Tapi putra tertua Bibi pergi keluar kota untuk bekerja jadi ia tak tinggal disini lagi. Sedangkan suami Bibi bekerja dan putra bungsu masih dengan kegiatannya di universitas. Mungkin ia akan kembali lagi kerumah sore hari”

“Oh... pantas saja. Rumah bibi terasa sangat sepi.” Celoteh sang gadis yang mencoba untuk mengakrabkan suasana. “Tapi Bibi... apakah Suami dan putra Bibi sudah diberitahu? Kalau belum akan ku....”

“Ayana..... “ Potong Bibi Mori dengan cepat.

“Iya Bibi.....”

“Aku tidak ingin mengganggu aktivitas mereka, mereka pasti tidak akan konsentrasi di luar sana. Jadi lebih baik tak usah memberitahu mereka. Bibi mohon padamu Ayana....”

Binar keibuan yang memancar dari kedua bola mata wanita bernama Bibi Mori agaknya membuat hati sang gadis Ayana luluh, apalagi saat itu Bibi Mori menggenggam lembut kedua telapak tangan Ayana menyiratkan harapan penuh. Ayana hanya mengangguk tanda mengerti.

“Ah.. sebentar lagi mungkin dokter akan datang, lebih baik Bibi berbaring dengan nyaman agar luka yang Bibi rasakan tidak semakin terasa. Aku akan memasak sup hangat untuk Bibi...”

Ayana menyelimuti Bibi Mori hingga leher. Membiarkan Bibi Mori agar bisa memulihkan sejenak rasa shock yang mungkin masih belum hilang usai peristiwa kecelakaan kecil di jalan raya beberapa waktu yang lalu. Setelah Bibi Mori mulai memejamkan matanya, Ayana langsung menuju dapur dan menggeledah isi lemari es dan lemari buffet penyimpanan bahan makanan untuk mencari sesuatu yang bisa ia sulap menjadi satu panci soup yang nantinya bisa dinikmati oleh Bibi Mori.

Terlalu asyik memasak, Ayana tak sadar seseorang masuk ke dalam rumah dan memasuki dapur. Ayana tengah mengangkat panci kecil berisi soup yang sudah masak untuk nantinya ia letakkan di atas meja dapur. Ayana berbalik dan terkejut melihat seorang pemuda yang menatapnya dengan pandangan bingung dan curiga.

“Kau siapa? Bagaimana bisa kau masuk kerumahku dan mengacak-acak dapurku?”

Ayana langsung tersadar dan berpikir mungkin laki-laki itu adalah salah satu putra Bibi yang tadi sempat diceritakan olehnya. Dengan cepat diletakkan panci yang masih panas itu dimeja dapur dan memberi salam.

“Maaf bila aku lancang dan membuat kotor dapurmu. Aku sedang membuat soup untuk Bibi. Maaf...”

Anggukan yang dipaksakan oleh pemuda itu semakin membuat Ayana semakin tak enak.Pemuda itu tak mengatakan sepatah katapun untuk membalas salam dari Ayana, ia hanya bergegas menuju kamar Ibunya yang letaknya agak belakang dekat dengan taman dan kolam kecil di halaman belakang rumah.

Ayana sudah siap dengan nampan dan mangkuk soup hangat diatasnya, di samping mangkuk terdapat sebuah sendok lebar dan juga segelas air putih dan secangkir teh hangat. Dengan hati-hati ia bawa menuju kamar Bibi Mori. Ayana mendengar sedikit pembicaraan keduanya.

“Ibu... Aku sangat khawatir dengan keadaan Ibu. Aku tak tahan untuk segera pulang dan menemui Ibu. Tapi syukurlah aku lega Ibu hanya terluka kecil.”

“Hiro... kalau Ibu boleh tahu siapa yang memberitahumu? Ibu sebenarnya tak ingin membuatmu khawatir pada Ibu.”

“Paman Yoshioka yang memberitahuku Bu, Paman melihat sendiri kejadian sewaktu kecelakaan itu dan dia menghubungiku lewat ponsel.. ah iya aku juga sudah memberi kabar pada Ayah dan Kakak.”

“Hiro.... kau ini....”

Ayana menginterupsi dengan kedatangannya di kamar Bibi Mori dan meletakkan nampan di atas meja kamar. Pembicaraan Ibu dan anak laki-lakinya terhenti sebentar dengan masuknya Ayana didalam sana. 

“Bibi... ini soup hangatnya.. semoga Bibi cepat sembuh. Karena keluarga Bibi sudah datang aku pamit pulang untuk mengambil sepeda yang tadi kutitipkan dirumah paman pemilik toko daging.”

Bibi Mori mengulurkan tangan ke arah Ayana, dengan sigap Ayana menyambutnya dan kini tangan mereka berdua saling mengenggam. Sementara putra Bibi Mori yang diketahui bernama Hiro hanya terdiam menyaksikan dari pinggir tempat tidur dimana ia duduk.

“Terimakasih sudah membantu Bibi. Kau benar-benar sangat baik. Bibi akan tunggu kedatanganmu besok untuk menjenguk Bibi lagi. Hati-hati dijalan Ayana...” 

“Sama-sama Bibi... semoga Bibi cepat sembuh dan bisa melakukan kegiatan lagi seperti yang biasa Bibi lakukan tiap harinya. Aku pergi dulu Bibi...”

Tangan mereka berdua yang semula tergenggam kini terlepas lagi dan saling berjanji bahwa kedua tangan ini akan bertamu lagi esok harinya. Ayana membungkuk hormat kepada Bibi Mori sebelum berbalik meninggalkan kamar Bibi Mori. Sedangkan pada Hiro ia hanya mengangguk dan memberi senyum kecil dan hanya dibalas dengan anggukan yang sama. Selepas Ayana keluar dari rumah Bibi Mori, ia menaiki bis setelah sebelumnya ia menunggu di halte dan bersiap untuk mengambil sepeda yang sudah ia titipkan sebelumnya dan bersiap untuk melakukan aktifitas rutin yang biasa ia jalani sehari-hari.

 Bersambung.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Oi oi oi.. balik lagi nih dengan ff baru. besok dilanjutin lagi dah sekalian posting ff yang lain & sebelum-belumnya. okay... 
Udah mendekati subuh gw langsung capcay aja ya.. #eh capcus maksudnya.
Bye...
Selamat Dini Hari...
.
.
.
Terimakasih Sudah Berkunjung.
.
.
.
Kapan-kapan Main Lagi Ya...
.
.
.

2 komentar:

  1. Jadi penasaran Taka kerja jadi apa & dimana :3 Lanjut terus kak, tapi jangan sampai memaksakan diri ^^V #KutuHitamPemalas

    BalasHapus

Feel free to comment... silahkan....