Minggu, 06 April 2014

Fanfiction One Ok Rock The Last Letter





The Last Letter

Author  : Parasarimbi

Genre   : Sad

Lenght : Ficlet

Main Cast  : Tomoya, Girl

Disclaimer  : Story is mine.



Seorang pria tengah berlari-lari di trotoar jalan dengan nafas memburu dan tergesa-gesa. Diterobosnya kerumunan orang-orang yang dirasa menghalangi jalannya. Beberapa kali ia menerobos beberapa kali pula ia meminta maaf dan mengatakan sedang terburu-buru ketika ada seseorang yang mengumpat kearahnya. Pikirannya sangat kalut, sehingga ia tak bisa berpikir dengan baik. Ada apa sebenarnya?

Nama laki-laki itu Tomoya. Laki-laki dengan rambut gondrong yang biasa memasang wajah jenaka seakan sirna. Raut wajah tegang dan gelisah menghiasi wajahnya dengan tetes keringat yang mengalir basah. Dipacunya kecepatan berlari hingga titik maksimal agar segera sampai ditempat yang ia tuju. 

Stasiun Kereta.

Ada seseorang yang harus segera ia temui dalam waktu sesingkat mungkin, dan jika ia hanya berlari santai bukan tidak mungkin ia akan kehilangan sebuah kesempatan. Seseorang yang sangat berarti baginya dan memberi pengaruh yang baik untuknya. Dia berpikir kesempatan hanya bisa didapat satu kali, jika ia melewatkan kesempatan itu takkan ada lagi kesempatan berikutnya. 

Sampailah Tomoya di stasiun kereta setelah beberapa saat ia menguras sebagian besar tenaganya untuk berlari. Matanya melihat ke segala arah, kalau-kalau seseorang yang ia cari ada disana. Koridor stasiun ia lewati dan melihat ke papan pengumuman jadwal keberangkatan kereta, 10 menit lagi.

Diedarkan pandangannya ke setiap sudut dan ternyata dia ada disana...

Gadis kurus, berhidung mungil dan berambut sebahu. Duduk di bangku stasiun menanti kereta datang, raut wajah sedih terlihat dari wajahnya meskipun gadis itu membaca komik lucu. Tak ada tawa yang menghiasi wajahnya, senyum pun tidak. 

Langkah demi langkah, Tomoya mendekat ke arah gadis itu. Semakin dekat dan Tomoya tak mengatakan sepatah katapun saat ia duduk disamping gadis itu. Sang gadis tersadar setelah seseorang yang duduk disampingnya adalah Tomoya, dengan mencium bau parfum yang biasa Tomoya gunakan. 

“Kau sudah datang?”

Wajah Tomoya yang muram seakan menjawab pertanyaan si gadis.

“Kenapa kau harus pergi?”

“Apakah tidak ada pertanyaan atau pernyataan yang lain?”

“Kenapa kau harus pergi?” Ulang Tomoya.

“Bukankah sudah jelas apa yang tertulis di suratku yang terakhir kau terima?”

“Tapi kenapa kau harus pergi!!!” Emosi Tomoya mulai meledak.

Si gadis tersentak.

“Tak perlu kujawab, aku malas menghadapi orang yang sedang tempramen tinggi.” Jawab si Gadis dengan ketus.

“Aku tidak rela jika kau pergi,” 

“Tapi aku harus pergi, sudahlah jangan seperti anak gadis yang suka merengek. Hadapilah kenyataan. Kita tak bisa bersama.”

Ucapan Sang Gadis menambah keterpurukan Tomoya. Ia merasa belum siap kehilangan gadis itu walaupun sebenarnya dia belum sempat memiliki si Gadis. Ia sudah berkali-kali mengutarakan perasaannya terhadap gadis yang dikenalnya sebagai pramuniaga di toko alat musik milik temannya yang biasa ia datangi. Ia pikir dengan mudah akan bisa mendapatkan gadis itu, namun apa yang dipikirannya meleset total dari perkiraan. Gadis ini seperti belut, sangat licin. Ia bisa dengan mudahnya diajak bergaul, namun tidak demikian dengan mengajaknya untuk saling berbagi rasa.

“Aku mempunyai surat terakhir untukmu.”

Tomoya mendongak ke arah si gadis yang rupanya sudah berdiri di hadapannya.

“Aku tak butuh..”

Si gadis mendecak kesal.

“Tapi kau harus membaca ini. Nanti.” Paksa si Gadis

“Kubilang aku tak butuh suratmu, kau ada disini didepanku! Bicarakan saja!”

Si Gadis makin kesal.

Terdengar suara pemberitahuan dari stasiun bahwa kereta yang akan ditumpangi Si Gadis akan segera datang.

“Aku hanya butuh dirimu, bukan suratmu...” Ucap Tomoya lirih.

Si Gadis tak mengatakan apapun, dia meraih tangan Tomoya kemudian meletakkan secarik kertas surat disana. Tak berapa lama kereta pun datang, Si Gadis pun bersiap-siap masuk menuju kereta.

“Bacalah surat ini jika aku sudah menaiki kereta. Selamat tinggal Tomoya.” Bisik si Gadis.

Si gadis mulai memasuki kereta dengan membawa beberapa tas dan koper yang cukup merepotkan ia bawa sendirian. Tomoya hanya melihat pamandangan itu di bangku yang masih ia duduki, ia seakan tak punya tenaga untuk membantu gadis itu membawakan tas maupun kopernya. Kakinya terlalu lemas untuk itu. Ia hanya melihat dimana keberadaan gadis itu sampai kemudian menghilang menuju tempat duduknya di kereta yang jauh dari jangkauan matanya.

Tomoya tertunduk lesu.

Hingga sekitar sepuluh menitan ia duduk di bangku tersebut, pikirannya teralih pada surat di telapak tangannya. Surat berwarna merah muda yang terlihat masih sangat baru. Diamatinya berulangkali surat itu. Ia tak berminat membaca saat ini, namun ada sesuatu yang mendorongnya untuk segera membaca surat tersebut. Tomoya berpikir mungkin Si Gadis memberikan sebuah harapan ataupun pesan yang tertulis dalam surat tersebut. Tiba-tiba semangatnya muncul kembali, diseretnya langkah keluar stasiun menuju kedai okonomiyaki di seberang jalan. Setelah habis seporsi okonomiyaki untuk mengembalikan tenaganya, disobeknya surat itu dan ia mulai membaca.

##############################

Dear Tomoya.

Kau tak akan mengerti tentang alasanku yang menolakmu jika belum kuberikan penjelasan yang membuat hatimu puas.

Maafkan atas semua sikapku yang terlalu keras padamu, sebenarnya aku tak bermaksud demikian. Itu semua demi kebaikanmu dan kebaikan kita berdua. Sebenarnya aku pindah ke Thailand bukan untuk belajar maupun bekerja, aku berbohong padamu. Maaf atas kebohongannku.


Aku akan tinggal di Wat Prabaht Nampu Thailand, tempat penampungan bagi orang-orang berpenyakit sepertiku.

Tak ada seorangpun yang ingin diberikan penyakit seperti ini, begitu pula denganku.

Berawal saat usiaku 18 tahun dan baru saja lulus sekolah, saat itu aku bekerja paruh waktu di sebuah kedai okonomiyaki dengan pemilik sepasang suami istri tua yang sangat baik. Aku bekerja disana dengan perasaan yang senang dan bahagia sehingga kedai okonomiyaki menjadi ramai. Banyak yang menjadi pelanggan tetap di kedai, termasuk salah seorang lelaki berusia tiga puluh tahunan yang sering mengunjungi dan mengamatiku saat bekerja. Lama kelamaan aku pun jatuh cinta pada lelaki itu dan menjalin sebuah hubungan lebih dekat. Semuanya begitu indah seakan aku dan lelaki itu adalah sepasang suami istri, namun semua itu buyar manakala aku mengantarkan lelaki yang saat itu menjadi kekasihku ke rumah sakit karena penyakit yang dideritanya tak kunjung sembuh. Kau pasti tak tahu apa yang kurasakan saat itu ketika dokter mengatakan penyakit yang diderita kekasihku tak akan bisa disembuhkan. Penyakit dengan harapan hidup yang tipis, penyakit yang dianggap kotor oleh sebagian besar masyarakat. 

Bagian paling menyakitkan adalah ketika dokter mengatakan penyakit itu bisa menular melalui transfusi darah, jarum suntik, Ibu hamil yang sudah terinfeksi, dan  hubungan seksual. Duniaku seakan gelap dan suram. Seakan tak ingin lagi menjalani hidup seperti yang biasa yang kulakukan sehari-hari. Menurut dokter kekasihku sudah lama mengidap penyakit ini dan divonis oleh dokter harapan hidupnya tak lebih dari 3 tahun (Kudengar ia sudah meninggal 5 tahun yang lalu).

Setelah pulang dari rumah sakit aku membereskan barang-barangku dan pergi dari rumah kekasihku kemudian mencari tempat tinggal sendiri. Keluar dari pekerjaanku dan mencari pekerjaan yang lain. Hidupku seakan terombang-ambing tanpa tujuan hingga aku bertemu dengan Yumiko pemilik Toko Musik yang aku bekerja disana. Ia memperkerjakan aku karena miris melihat nasibku yang sebelumnya adalah gadis sehat dan ceria kemudian berubah menjadi gadis yg tertular penyakit kotor. Yumiko juga mempunyai saudara yang terinfeksi penyakit yang sama, walaupun kemudian meninggal bunuh diri karena tak kuat menahan beban. 

Yumiko sangat menghargai aku dan tak pernah sekalipun ia menyinggung tentang penyakit yang kuderita. Ia melihatku sebagai gadis yang tetap bersemangat walau hidupku menunggu kematian , itulah yang membuat kami sangat akrab. Terimakasih dan maafkan aku Yumiko (Ia menangis semalaman saat ku utarakan niatku).

Sebenarnya aku sama sekali tak berkeinginan pergi keluar dari Jepang, semua laki-laki yang berusaha mendekatiku satu persatu mundur dengan mudahnya saat aku mengatakan tidak. Namun kau berbeda. Kau sangat keras kepala dan membuat hatiku agak goyah. Aku sedikit terusik dengan semua yang kau lakukan, yang kau korbankan dan perasaan yang kau berikan.
Aku tak pernah memusingkan apakah cinta itu harus memiliki atau tidak, karena aku tak pernah peduli akan hal itu. Yang aku pedulikan adalah dirimu. Kau lelaki baik dan sehat, kau tak pantas bersamaku yang seorang gadis berpenyakit kotor. Jadi inilah jalan satu-satunya yang terbaik. Pergi meninggalkan semuanya, termasuk cintamu. 

Tapi ijinkan aku mengatakan satu hal yang selama ini mengganggu pikiranku. Sepertinya aku juga menyayangimu.  Namun sangat menyakitkan ketika menyayangi tanpa bisa memiliki. 

Ah iya, apakah kau menangis saat membaca ini? Jujur aku menangis saat menulis ini, jadi lebih baik segera kuakhiri daripada nanti lantai rumahku terkena banjir yang berasal dari airmataku.
Selamat tinggal lelaki-ku yang paling baik dan kusayang. Semoga hari indah menyapamu esok pagi. Dapatkanlah gadis yang baik diluar sana, kuharap gadis itu bisa menjagamu dengan baik.

Notes : Aku hanya tak ingin seseorang menemuiku dengan keadaan menyedihkan, jadi aku pergi sejauh mungkin dan kuharap tak ada seorangpun nanti yang akan mengingatku.
Kumohon jangan pernah menemuiku disana, jika kau memang mencintaiku dan menginginkan orang yang kau cintai hidup dan pergi dengan tenang.

With Love
-Initial N- (You know me so well right?)

Tomoya meremas kertas itu dengan perasaan yang tak bisa ia jabarkan. Ia terlalu shock dengan isi surat yang telah habis ia baca. Misteri terkuak. jadi alasan itulah yang membuat gadis tangguh itu tak pernah sekalipun merespon maupun menerima cintanya. 

Tomoya tak tahu apa yang akan ia lakukan setelahnya, pikirannya kelabu. Dan yang ia inginkan hanya merokok dan mencoba menghubungi nomor Si Gadis.
Nomor sudah nonaktif.

Tomoya kembali menyesap rokoknya dalam-dalam.



~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Well Done !

Prihatin dengan fenomena cabe-cabean dan pergaulan bebas yang sudah sangat parah, jadi saya menuangkan dalam bentuk cerita ini. Betapa bahayanya seks bebas itu.

Maaf buat temen-temen yang masih menanti kehadiran chapter XI pathetic girl, karena dengan berat hati saya sampaikan kalo belum bisa dipost. Mungkin minggu depan atau minggu depannya lagi, hehehe. Saya ga bisa janji deh ya, yang penting saya punya tanggung jawab kok nglanjutin ff itu. Ya mohon maklum dengan keadaan saya yang lumayan disibukkan dengan keadaan kantor, apalagi sekarang saya mau nerusin kp di kampus #eaaa #curcolauthor.

Dan dulu ada beberapa yang minta dibuatin ff yang main castnya Tomoya. Nahhh udah saya bikinin kan... gimana ff nya? Boleh kok kasih saran atau pun kritik. Komen atau like. Hehehe
Oke dah, saya ga akan ngasih note panjang-panjang karena udah males ngetik. Dan selamat malam buat teman-teman semuanya.
.
.
Terimakasih sudah berkunjung.
.
.
Kapan-kapan Main Lagi ya....
.
.

6 komentar:

  1. Malem2 baca ini mendadak jadi ingusan(?), sedih banget kakak. Hiks

    Yowes, ntar tomoya sama aku aja yak.... Ngahaha #plak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Cieee. hahahaha emang tomoya nya mau? wkwkwk

      kok bisa ingusan? pilek ya?

      Hapus
    2. Aaa... Kakak tega banget dah
      Tapi kayaknya sih emang kaga mau -_-
      (Tomoya : siape elu? Aku: anak alay :v) ngahahaha

      Separo pilek separo sok2an tersedu(?) kak
      Kekeke

      Hapus
    3. Syahahahaha,
      emang gw suka tega. wkwkwk tapi boong ding.

      hahaha, masa efef gitu bisa bikin tersedu? wkwkwk

      Hapus
  2. Halo, Widi!(・∀・) Makasih sudah bikinin fanfic tentang Tomoya ♥
    Secara keseluruhan bagus kok. Aku suka temanya (maksudnya bukan tema sedihnya lho :p). Caramu untuk nggak menyebut nama penyakit tertentu cukup bikin aku jatuh cinta (///∇///) Aku suka nebak2 soalnya.
    Tapi aku mau kasih pendapatku ya ^o^)

    Kenapa sih setiap kali aku baca fanfic soal Tomoya, rata2 dia jadi orang yang patah hati dan teraniaya? Kan kasihan priaku ( ◦˘ ะท ˘◦ ) *peluk Tomoya* Tapi ya emang dia masokis sih mau gimana lagi dan emang ini jenis ff sedih ya XDD Cuma aku mendukung kalau Widi bikin fanfic yang nunjukkin kekonyolan dia kalau lagi sama cewek, entah mau gebetan atau pacar (aku nggak bakalan jeles kok *injek2 kaki Tomoya*)
    Terus aku lebih sering ngebayangin Toru ketimbang Tomoya di sini, entah kenapa. Seperti, dia ngebentak2 ceweknya kemudian meluruh, habis baca surat kemudian berusaha nelpon ceweknya dan pas nggak bisa malah ngerokok.. somehow it just doesn't sound like Tomoya, but more like Toru. :) Tomoya mungkin nggak bakal sempat mampir dan makan okonomiyaki habis ditinggalin, tapi langsung balik ke tempat ternyaman buat baca tu surat : rumah. Dan mungkin bakal nangis bombay gelundungan semalaman sampai nggak makan. Terus mungkin dia bakalan minta izin ke Toru dan langsung berkemas2 untuk segera pergi ke ke Thailand nyusul tu cewek (bagaimanapun juga ini negara favorit dia). Seharusnya tu cewek nggak usah ngasih tau kemana dia akan pergi, apalagi cuma Thailand. Lha wong yang jauh2 sampai Vancouver aja dijabanin, wakakakaka (ngawur aja)
    Walaupun aku setuju sama kamu, bahwa dia bakalan sepenuh hati kalau udah suka sama cewek. Dia tampak seperti orang yang susah jatuh cinta sama cewek soalnya. Jadi mungkin kalau ada gebetan ya bakal dikejar sampai dapat, kalau ada pasangan ya berusaha dia pertahankan dan kalau sampai patah hati begitu bakal lama sembuhnya. Tapi kalau udah ditolak kok masih ngotot... itu sih lebih mirip Toru :p
    Apalagi yaa...? Oooh soal si N dapet penyakit itu emang nggak terlalu banyak diceritain ya. Tapi menurutku kalau Tomoya tau dari awal tu cewek kurang sehat, dia bakal makin rela berkorban (cieee) dan berusaha untuk nyembuhin tu cewek. Tomoya itu menurutku adalah tipe yang berpikiran bahwa cinta itu nggak harus memiliki, nggak harus jadi pacar dsb. :p

    ...
    Kayaknya udah deh :D Udah kepanjangan juga.
    Maaf ya kalau komentarku sok tau banget :p Maaf juga kalau banyak-banyak salah. Sekali lagi makasih udah bikin fanfic Tomoya dan aku mendukungmu untuk bikin fanfic Tomoya yang lebih cheerful lagi (◕∀◕)✧

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aaaaaah mbak Dessy...... itu jawaban essay apa karya tulis mbak? wkwkwkwk
      Komentar terpanjang yang pernah daku terima inih. tapi daku suka kok mbak. hehehe

      Sebenernya bikin efef ini pengen banget nunjukin sisi serius dari Tomoya yang biasanya dia identik slalu tampil kocak, slenge'an dan jadi bahan bullyan (kasihan sekali babang tomoya)
      Jadi pengen kalo Tomoya yang kocak itu juga bisa punya prasaan yang sedih-sedih mbombay.
      Mungkin next time bakalan bikin cerita konyol tentang Tomoya, sesuai dengan keseharian dia yang emang jadi mister moodbooster

      Dan aku suka banget komentar & kritik dan saran yang sampe mendetail gitu mbak, apalagi pendapat orang kan berbeda-beda jadi bisa ngerti mana sih titik kelemahan dan titik kekurangan di cerita. Dan yang pasti makasih banget udah dukung daku untuk bikin efef tentang babang Tomoya lagi (Soalnya ff disini kebanyakan castnya mas Taka sama babang Toru)

      Thx ya mbak Dessy
      :D

      Hapus

Feel free to comment... silahkan....