A Pathetic Girl with a Stubborn Boy Chapter XI
Author : Parasarimbi
Genre : Romantic
Length : Chapter
Cast : Manami
Taka
Toru
Ryota
Tomoya
Disclaimer : Cerita punya saya,
tapi tokoh bukan punya saya. Fanfiction One Ok Rock ini dibuat hanya untuk
koleksi dan kesenangan semata.
~~~~~~~~~~~~~~~~~
“Manami-San......” Seseorang
mengetuk pintu ruang kerjaku.
“Masuklah..” Jawabku.
Seorang gadis muda berpakaian
rapi dengan rok dan blazer berwarna abu-abu dan rambut yang dicepol. Gadis itu
adalah salah satu karyawanku ah lebih tepatnya sekretarisku. Ia membuka pintu
kemudian melongokkan kepalanya dan menyampaikan sesuatu.
“Ada yang ingin bertemu dengan
anda...”
“Oh, baiklah. Terimakasih
Sakura-San. Akan segera kutemui dalam lima menit.” Aku masih duduk di balik
meja dengan beberapa lembar berkas yang harus kuteliti sebelum akhirnya ku
tanda tangani. Kulepaskan kacamata bingkai hitam yang sebelumnya terdiam nyaman
diatas tulang hidungku.
“Ha’i” Jawab Sakura sembari
meninggalkan ruanganku.
Sesaat kemudian aku bergegas
merapikan berkas yang sudah dan yang belum bertanda tangan kupisahkan di dua
tempat yang berbeda. Aku harus segera menemui klien yang meminta untuk bertemu
denganku, dan biasa seperti ini jika ada klien yang ingin menitipkan bayi atau
balita nya di kantor ku. Yahh begitulah.. aku memang bekerja di tempat
penitipan bayi dan anak. Aku berposisi sebagai direktur. Bukan kantor yang
besar, tapi cukup lumayan untuk sebuah perusahaan yang sedang berkembang ke
arah yang lebih bagus.
Lima tahun sudah aku berada
kantor ini, mengembangkan sayap perusahaan ini setelah sebelumnya dikelola oleh
direktur sebelum aku menjabat. aku memang menerapkan pelayanan dan keramah
tamahan pada klien yang hendak menitipkan anaknya. Karena kedua hal itu lah
yang akan membuat klien merasa aman dan nyaman untuk menitipkan buah hatinya. Karena
hal itulah yang mungkin membuat perusahaan pentitipan anak ini menjadi semakin
terkenal dan bisa memperkerjakan karyawan yang lumayan banyak.
Kulangkahkan kaki menuju ruang
tamu kantor, secepatnya kutemui klien yang hendak memakai jasa dari dari
pekerja di perusahaanku. Sesampainya di depan pintu ruang tamu kantor aku merapikan
sedikit pakaian dan tatanan rambutku agar lebih pantas dan beretika di depan
tamu. Seraya berdehem aku membuka pintu ruang tamu dan menyapa sang tamu,
“Selamat siang...” Aku menyapa
hangat dan tersenyum ramah kemudian berjalan mendekat ke arah mereka.
Ternyata sepasang tamu yang duduk
di sofa empuk dengan menggendong seorang bayi kecil yang cantik. Mereka berdua
langsung berdiri begitu mendengar salamku.
“Selamat siang...” Jawab sang tamu
serempak dan saling menatap dan berjabat tangan,
Tunggu.
Aku merasa tak asing dengan tamu
laki-laki ini, aku mengenalnya. Aku yakin...
“Manami...” Gumam sang tamu
laki-laki.
“Errr....” Aku menatap lekat
sembari mengingat-ingat sementara intonasi suaraku penuh dengan tanda tanya.
“Kau ingat padaku? Aku Ryota! Temanmu
saat di bangku kuliah.” jawabnya dengan sangat antusias.
“Oh My....” Aku menepuk dahiku
pelan. aku teringat dengan lelaki ini. Ternyata dia Ryota, teman pertamaku saat
di kampus.
Akhirnya aku dan Ryota tertawa
bersama.
“Bagaimana kabarmu? Sudah lama
sekali kau tak terlihat.” Sambung Ryota, “Oh iya Istriku, Manami ini temanku
saat di universitas, dan Manami... ini istriku dan bayi kecil ini putriku.”
Aku menjabat hangat tangan istri
Ryota, dan menggoda pada gadis kecil yang berada di gendongan sang istri. Istri
Ryota sangat cantik dengan rambut sebahu dan berhidung mancung seperti Ryota,
sedangkan si kecil sangat lucu dengan celoteh nya yang tak pernah henti sembari
menyunggingkan sebuah senyuman.
“Seperti yang kau lihat, aku
baik-baik saja dan sehat.” Jawabku saat kembali terfokus pada pembicaraan yang
akan berlangsung.
“Syukurlah.... Aku tak menyangka
kita bisa bertemu disini.”
“Sama halnya denganku, aku juga
tak menyangka bisa bertemu dengan teman lama di kantorku, Oh iya silahkan duduk
kembali.”
Aku mempersilahkan Ryota dan
istrinya untuk duduk di sofa dan memulai obrolan serius. Ryota berencana memakai
jasa di perusahaanku untuk menitipkan putrinya yang bernama Mika dalam beberapa
hari saat pagi hingga sore hari. Ryota mendapat tugas luar dari kantornya dan
tidak memungkinkan membawa seorang bayi kecil yang nantinya pasti akan
merepotkan pekerjaannya. Ryota mengatakan bahwa perusahaanku ini cukup terkenal
dan mendapat banyak rekomendasi. Hingga akhirnya sampailah dia disini.
Surat perjanjian penitipan,
kesepakatan dan beberapa tetek bengek lainnya sudah selesai ditanda-tangani
oleh kedua pihak. Lusa, Ryota akan menitipkan bayinya di kantorku untuk dijaga
oleh pengasuh yang sudah kutunjuk dan disetujui oleh mereka berdua selaku
orangtua dari bayi.
Ryota dan istrinya segera
berpamitan dan terlihat terburu-buru kembali ke hotel karena ada suatu urusan,
jadi aku tak sempat untuk melanjutkan obrolan santai tentang kabar dan
keadaannya selama ini. Kami berjabat tangan kembali dan mengantarkan mereka
hingga di halaman kantor yang luas dimana mereka memarkirkan mobilnya.
“Kita akan bicara kembali setelah
aku selesai dengan kesibukan kantorku. Oke Manami, aku pergi dulu...” Ryota
memasuki mobil setelah meletakkan bayinya di kursi bayi di jok belakang
kemudian membukakan pintu untuk istrinya.
Aku menganggukkan kepala dan
melambaikan tangan pada mereka setelah mobil berjalan mundur dan meninggalkan
halaman parkir kantor. Aku berdiri termenung setelah mobil benar-bener
menghilang dari pandangan. Kehadiran Ryota yang tanpa diduga membuat
kerinduanku terhadap seseorang kembali menguar.
Aku masih memikirkannya.
Entah selama beberapa menit aku
disini ketika tangis seorang bayi yang sedang diasuh oleh salah satu pekerjaku menggugah
lamunanku. Aku tersadar dan harus segera kembali ke ruanganku untuk melanjutkan
pekerjaanku yang sempat tertunda. Kuabaikan kembali pikiran yang sempat melintas
dibenakku. Aku kembali larut setelah menempati kursi yang berada di balik meja
kerjaku, pekerjaan hari ini tak terlalu banyak dan aku bisa sedikit bersantai
sambil menyesap teh hijau hangat yang harum.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
“Kanna... mari pulang Nak..”
Sapaku pada gadis kecilku.
Hari sudah sore, semua bayi dan
balita sudah diambil oleh masing-masing orang tuanya. Para pekerja juga sudah
pulang, walaupun masih ada beberapa yang masih bekerja membersihkan
ruangan-ruangan yang terlihat masih kotor.
Kanna.
Dia putriku, satu-satunya harta
berharga yang kumiliki setelah keluargaku tiada. Usianya belum genap lima tahun
dan ia tumbuh menjadi anak yang cerdas. Ah, hampir 5 tahun sudah aku hidup bersama Kanna putriku.
Ayahku meninggal setelah beberapa
hari aku kembali tinggal bersamanya. Sebelum meninggal Ayah berkata, bahwa
beliau bahagia ketika aku mau hidup bersamanya untuk menghabiskan sisa hidupnya
yang tak akan lama lagi. Dokter pribadi Ayah yaitu Fuji-Sensei tak pernah
bercerita bahwa Ayah memiliki penyakit yang sudah stadium akhir. Ayah yang
meminta Fuji-Sensei untuk tak menceritakannya padaku, jadi aku hanya bisa
menyesali semua yang pernah terjadi. Menikmati duka yang begitu mendalam,
seperti saat aku kehilangan ibuku.
Jadilah aku sebatang kara tanpa
keluarga hingga teman Ayahku menawarkan untuk tinggal bersama keluarga mereka.
Namun aku menolak dengan halus dan lebih memilih untuk tinggal sendiri dan
kembali lagi memulai semuanya dari awal. Tak kurang akal teman Ayahku yang
bernama Yakumi-San menawarkan pekerjaan untukku yang saat itu memang
membutuhkan sekali pekerjaan. Pekerjaan yang sampai saat ini masih kugeluti. Aku
mengiyakan dan ditempatkan di posisi sekretaris karena aku lulusan universitas.
Prestasiku dipandang bagus walaupun saat itu aku hidup dengan penuh pandangan
aneh oleh beberapa orang yang heran melihat statusku. Tapi aku tetap bekerja
dengan gesit walaupun saat itu perutku membesar karena janin yang tumbuh
berkembang didalam perutku.
Hingga beberapa bulan kemudian
gadis kecilku lahir kedunia dengan selamat dan tangisannya yang melengking
merdu. Aku sangat bahagia dengan kehadirannya dan itu membuatku semakin giat
bekerja untuknya. Aku masih bisa bekerja dan tetap mengawasi putriku di kantor.
Yah setidaknya hatiku bisa tenang saat bekerja karena diasuh oleh pengasuh yang
profesional dan menyayangi anak kecil. Dan hal itu yang membuat karirku semakin
menanjak dan membuat Yakumi-San selaku pemilik dan direktur saat itu merasa sangat
puas. Sehingga jabatanku meningkat menjadi wakil direktur dan semakin membuatku
bersemangat dan bekerja keras demi perusahaan ini. Hingga sekitar dua tahun
yang lalu, Yakumi-San memutuskan pensiun dan memerintahkan tampu jabatannya
sebagai direktur diberikan kepadaku. Aku
tak menyangka dan sangat terharu dengan kebaikan hati Yakumi-San. Beliau
benar-benar menganggapku seperti putri kandungnya. Ia mempercayakan perusahaan
kepadaku yang notabene adalah hanya orang asing yang diangkatnya sebagai anak.
Yakumi-San pernah berkata
kepadaku.
“Kau pekerja keras dan dapat
dipercaya seperti Ayahmu, aku tak akan salah memilih seorang pemimpin yang akan
memimpin perusahaanku. Kelola lah dengan baik dan jadikan pekerjaan ini
hidupmu. Cintailah perusahaan ini seperti kau mencintai cucuku Kanna...”
Aku sangat terharu dengan
kata-kata Yakumi-San dan berjanji untuk melakukan apa yang sudah beliau
percayakan kepadaku. Bahkan beliau juga menganggap Kanna sebagai cucu
kandungnya. Dan Kanna pun sangat akrab dengan Yakumi-San ketika sesekali aku
mengajak Kanna mengunjungi rumah Yakumi-San. Kanna juga mengenali Yakumi-San
sebagai kakek yang sangat menyayanginya. Meski begitu aku tak pernah lupa
mengenalkan kakek dan nenek kandungnya mesti hanya lewat beberapa lembar foto
yang sudah terbingkai cantik.
Kucurahkan kasih sayang penuh
kepada putri kecilku yang semakin hari semakin tumbuh besar dan cantik. Rambutnya
tergerai panjang dan lebat, wajahnya sangat manis dihiasi mata yang bulat. Banyak
yang mengatakan Kanna berwajah mirip denganku, tentu saja Kanna putriku jadi ia
sangat mirip denganku, Ibunya.
“Ibu...”
Kanna memanggilku di kursi
penumpang belakang dengan boneka teddy bear yang menemaninya. Seatbelt ganda
melingkar di pundak dan di perutnya saat aku berkonsentrasi menyetir mobil.
“Iya sayang...” Jawabku pendek
“Aku rindu pada Kakek Yakumi,
maukah Ibu mengantarku kesana?”
“Tentu saja Kanna, Ibu juga sudah
rindu pada Kakek Yakumi. Ingatkan Ibu untuk membawakan makanan kesukaan Kakek
ya..”
“Asiiik.... terimakasih Ibu...”
Jawab Kanna sembari memeluk erat boneka kesayangannya. Wajahnya terlihat sangat
senang dengan senyum lebar di wajahnya.
Tak berapa lama suara senyap
berganti dengkuran halus yang keluar dari bibir Kanna, ia tertidur pulas di jok
mobil. Mungkin ia sudah lelah setelah seharian beraktifitas di sekolah taman
kanak-kanak yang berada di satu kantor dengan perusahaanku.
To be continued
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Wohooooo... sapa yang udah kangen
sama chapter ke 3759357293549858273895 pathetic girl? Ini permintaan kalian
sudah daku wujudkan (brasa om jin, hahaha)
Masih mau lanjutan kan? Iya kan? Iya
dong...
Nah kalo masih mau lanjutan boleh
dong minta komen, hahaha...
Kalo komennya banyak lanjutannya
cepet, kalo yang komen dikit lanjutannya kayaknya bakalan lama. Hahahaha
Beberapa malem kemaren saya galau
abis gara-gara saya kepikiran sama rencana main ke jakarta mampir ke ennichisai
trus backpacker ke Bogor dan Cilegon. Dan akhirnya batal deh itu rencana karena
kerjaan ga bisa ditinggal dan ada hal lain dan sebagainya. Mungkin lain hari
saya bisa backpacker kemana gitu, Bali
kek Lombok kek. Yang penting bisa mewujudkan balas dendam karena kecewa batal
pergi ke jakarta. Tapi setelah gajadi pergi, galau tiba-tiba ilang dan jadi
semangat buat nulis ff.
Oke. Trimakasih ya kopi. Berkat kamu
ff ini ada lanjutannya. Hehehehe
.
.
.
Selamat Malam
.
.
.
Terimakasih Sudah Berkunjung
.
.
.
Kapan-kapan Main Lagi ya.....
.
.
yes.. dikontinyuin.. haha si toru sama taka kumaha eta mba kelanjutan nasibna? si manami na ujug ujug boga buntut? #kemudianroaming
BalasHapusga sabar next chapternya
hehe, ikutin terus aja lanjutannya ya.. :D
HapusMbakk si taka kemana mbakk ???
BalasHapusDia lagi bobok dek :ngakak
Hapusmbak, itu Manami hamil sama Taka ya?? /ehh/ :P
BalasHapushuhuuu..... terus nasib Taka gmana dong??
terus gimana bisa Manami ditinggal Taka??
hehhe.kebanyakan terus :D
Hehehe jawabannya ada di chapter selanjutnya dek. ikutin yak :D
Hapus