The Last Letter
Author : Parasarimbi
Genre : Sad
Lenght : Ficlet
Main Cast : Tomoya, Girl
Disclaimer : Story is mine.
Seorang pria tengah berlari-lari di
trotoar jalan dengan nafas memburu dan tergesa-gesa. Diterobosnya kerumunan
orang-orang yang dirasa menghalangi jalannya. Beberapa kali ia menerobos
beberapa kali pula ia meminta maaf dan mengatakan sedang terburu-buru ketika
ada seseorang yang mengumpat kearahnya. Pikirannya sangat kalut, sehingga ia
tak bisa berpikir dengan baik. Ada apa sebenarnya?
Nama laki-laki itu Tomoya.
Laki-laki dengan rambut gondrong yang biasa memasang wajah jenaka seakan sirna.
Raut wajah tegang dan gelisah menghiasi wajahnya dengan tetes keringat yang
mengalir basah. Dipacunya kecepatan berlari hingga titik maksimal agar segera
sampai ditempat yang ia tuju.
Stasiun Kereta.
Ada seseorang yang harus segera
ia temui dalam waktu sesingkat mungkin, dan jika ia hanya berlari santai bukan
tidak mungkin ia akan kehilangan sebuah kesempatan. Seseorang yang sangat
berarti baginya dan memberi pengaruh yang baik untuknya. Dia berpikir
kesempatan hanya bisa didapat satu kali, jika ia melewatkan kesempatan itu
takkan ada lagi kesempatan berikutnya.
Sampailah Tomoya di stasiun
kereta setelah beberapa saat ia menguras sebagian besar tenaganya untuk
berlari. Matanya melihat ke segala arah, kalau-kalau seseorang yang ia cari ada
disana. Koridor stasiun ia lewati dan melihat ke papan pengumuman jadwal
keberangkatan kereta, 10 menit lagi.
Diedarkan pandangannya ke setiap
sudut dan ternyata dia ada disana...
Gadis kurus, berhidung mungil dan
berambut sebahu. Duduk di bangku stasiun menanti kereta datang, raut wajah
sedih terlihat dari wajahnya meskipun gadis itu membaca komik lucu. Tak ada
tawa yang menghiasi wajahnya, senyum pun tidak.
Langkah demi langkah, Tomoya
mendekat ke arah gadis itu. Semakin dekat dan Tomoya tak mengatakan sepatah
katapun saat ia duduk disamping gadis itu. Sang gadis tersadar setelah
seseorang yang duduk disampingnya adalah Tomoya, dengan mencium bau parfum yang
biasa Tomoya gunakan.
“Kau sudah datang?”
Wajah Tomoya yang muram seakan
menjawab pertanyaan si gadis.
“Kenapa kau harus pergi?”
“Apakah tidak ada pertanyaan atau
pernyataan yang lain?”
“Kenapa kau harus pergi?” Ulang
Tomoya.
“Bukankah sudah jelas apa yang
tertulis di suratku yang terakhir kau terima?”
“Tapi kenapa kau harus pergi!!!”
Emosi Tomoya mulai meledak.
Si gadis tersentak.
“Tak perlu kujawab, aku malas
menghadapi orang yang sedang tempramen tinggi.” Jawab si Gadis dengan ketus.
“Aku tidak rela jika kau pergi,”
“Tapi aku harus pergi, sudahlah
jangan seperti anak gadis yang suka merengek. Hadapilah kenyataan. Kita tak
bisa bersama.”
Ucapan Sang Gadis menambah
keterpurukan Tomoya. Ia merasa belum siap kehilangan gadis itu walaupun
sebenarnya dia belum sempat memiliki si Gadis. Ia sudah berkali-kali
mengutarakan perasaannya terhadap gadis yang dikenalnya sebagai pramuniaga di
toko alat musik milik temannya yang biasa ia datangi. Ia pikir dengan mudah
akan bisa mendapatkan gadis itu, namun apa yang dipikirannya meleset total dari
perkiraan. Gadis ini seperti belut, sangat licin. Ia bisa dengan mudahnya
diajak bergaul, namun tidak demikian dengan mengajaknya untuk saling berbagi
rasa.
“Aku mempunyai surat terakhir untukmu.”
Tomoya mendongak ke arah si gadis
yang rupanya sudah berdiri di hadapannya.
“Aku tak butuh..”
Si gadis mendecak kesal.
“Tapi kau harus membaca ini.
Nanti.” Paksa si Gadis
“Kubilang aku tak butuh suratmu,
kau ada disini didepanku! Bicarakan saja!”
Si Gadis makin kesal.
Terdengar suara pemberitahuan
dari stasiun bahwa kereta yang akan ditumpangi Si Gadis akan segera datang.
“Aku hanya butuh dirimu, bukan
suratmu...” Ucap Tomoya lirih.
Si Gadis tak mengatakan apapun,
dia meraih tangan Tomoya kemudian meletakkan secarik kertas surat disana. Tak
berapa lama kereta pun datang, Si Gadis pun bersiap-siap masuk menuju kereta.
“Bacalah surat ini jika aku sudah
menaiki kereta. Selamat tinggal Tomoya.” Bisik si Gadis.
Si gadis mulai memasuki kereta
dengan membawa beberapa tas dan koper yang cukup merepotkan ia bawa sendirian.
Tomoya hanya melihat pamandangan itu di bangku yang masih ia duduki, ia seakan
tak punya tenaga untuk membantu gadis itu membawakan tas maupun kopernya.
Kakinya terlalu lemas untuk itu. Ia hanya melihat dimana keberadaan gadis itu
sampai kemudian menghilang menuju tempat duduknya di kereta yang jauh dari
jangkauan matanya.
Tomoya tertunduk lesu.
Hingga sekitar sepuluh menitan ia
duduk di bangku tersebut, pikirannya teralih pada surat di telapak tangannya.
Surat berwarna merah muda yang terlihat masih sangat baru. Diamatinya
berulangkali surat itu. Ia tak berminat membaca saat ini, namun ada sesuatu
yang mendorongnya untuk segera membaca surat tersebut. Tomoya berpikir mungkin
Si Gadis memberikan sebuah harapan ataupun pesan yang tertulis dalam surat
tersebut. Tiba-tiba semangatnya muncul kembali, diseretnya langkah keluar
stasiun menuju kedai okonomiyaki di seberang jalan. Setelah habis seporsi
okonomiyaki untuk mengembalikan tenaganya, disobeknya surat itu dan ia mulai
membaca.
##############################
Dear Tomoya.
Kau tak akan mengerti tentang alasanku yang
menolakmu jika belum kuberikan penjelasan yang membuat hatimu puas.
Maafkan atas semua sikapku yang terlalu keras
padamu, sebenarnya aku tak bermaksud demikian. Itu semua demi kebaikanmu dan
kebaikan kita berdua. Sebenarnya aku pindah ke Thailand bukan untuk belajar
maupun bekerja, aku berbohong padamu. Maaf atas kebohongannku.
Aku akan tinggal di Wat Prabaht Nampu
Thailand, tempat penampungan bagi orang-orang berpenyakit sepertiku.
Tak ada seorangpun yang ingin diberikan
penyakit seperti ini, begitu pula denganku.
Berawal saat usiaku 18 tahun dan baru saja
lulus sekolah, saat itu aku bekerja paruh waktu di sebuah kedai okonomiyaki
dengan pemilik sepasang suami istri tua yang sangat baik. Aku bekerja disana
dengan perasaan yang senang dan bahagia sehingga kedai okonomiyaki menjadi
ramai. Banyak yang menjadi pelanggan tetap di kedai, termasuk salah seorang
lelaki berusia tiga puluh tahunan yang sering mengunjungi dan mengamatiku saat bekerja.
Lama kelamaan aku pun jatuh cinta pada lelaki itu dan menjalin sebuah hubungan
lebih dekat. Semuanya begitu indah seakan aku dan lelaki itu adalah sepasang
suami istri, namun semua itu buyar manakala aku mengantarkan lelaki yang saat
itu menjadi kekasihku ke rumah sakit karena penyakit yang dideritanya tak
kunjung sembuh. Kau pasti tak tahu apa yang kurasakan saat itu ketika dokter
mengatakan penyakit yang diderita kekasihku tak akan bisa disembuhkan. Penyakit
dengan harapan hidup yang tipis, penyakit yang dianggap kotor oleh sebagian
besar masyarakat.
Bagian paling menyakitkan adalah ketika
dokter mengatakan penyakit itu bisa menular melalui transfusi darah, jarum
suntik, Ibu hamil yang sudah terinfeksi, dan hubungan seksual. Duniaku seakan gelap dan
suram. Seakan tak ingin lagi menjalani hidup seperti yang biasa yang kulakukan
sehari-hari. Menurut dokter kekasihku sudah lama mengidap penyakit ini dan
divonis oleh dokter harapan hidupnya tak lebih dari 3 tahun (Kudengar ia sudah
meninggal 5 tahun yang lalu).
Setelah pulang dari rumah sakit aku
membereskan barang-barangku dan pergi dari rumah kekasihku kemudian mencari
tempat tinggal sendiri. Keluar dari pekerjaanku dan mencari pekerjaan yang
lain. Hidupku seakan terombang-ambing tanpa tujuan hingga aku bertemu dengan
Yumiko pemilik Toko Musik yang aku bekerja disana. Ia memperkerjakan aku karena
miris melihat nasibku yang sebelumnya adalah gadis sehat dan ceria kemudian
berubah menjadi gadis yg tertular penyakit kotor. Yumiko juga mempunyai saudara
yang terinfeksi penyakit yang sama, walaupun kemudian meninggal bunuh diri
karena tak kuat menahan beban.
Yumiko sangat menghargai aku dan tak pernah
sekalipun ia menyinggung tentang penyakit yang kuderita. Ia melihatku sebagai
gadis yang tetap bersemangat walau hidupku menunggu kematian , itulah yang
membuat kami sangat akrab. Terimakasih dan maafkan aku Yumiko (Ia menangis
semalaman saat ku utarakan niatku).
Sebenarnya aku sama sekali tak berkeinginan
pergi keluar dari Jepang, semua laki-laki yang berusaha mendekatiku satu persatu
mundur dengan mudahnya saat aku mengatakan tidak. Namun kau berbeda. Kau sangat
keras kepala dan membuat hatiku agak goyah. Aku sedikit terusik dengan semua
yang kau lakukan, yang kau korbankan dan perasaan yang kau berikan.
Aku tak pernah memusingkan apakah cinta itu
harus memiliki atau tidak, karena aku tak pernah peduli akan hal itu. Yang aku
pedulikan adalah dirimu. Kau lelaki baik dan sehat, kau tak pantas bersamaku
yang seorang gadis berpenyakit kotor. Jadi inilah jalan satu-satunya yang
terbaik. Pergi meninggalkan semuanya, termasuk cintamu.
Tapi ijinkan aku mengatakan satu hal yang
selama ini mengganggu pikiranku. Sepertinya aku juga menyayangimu. Namun sangat menyakitkan ketika menyayangi
tanpa bisa memiliki.
Ah iya, apakah kau menangis saat membaca ini?
Jujur aku menangis saat menulis ini, jadi lebih baik segera kuakhiri daripada
nanti lantai rumahku terkena banjir yang berasal dari airmataku.
Selamat tinggal lelaki-ku yang paling baik
dan kusayang. Semoga hari indah menyapamu esok pagi. Dapatkanlah gadis yang
baik diluar sana, kuharap gadis itu bisa menjagamu dengan baik.
Notes : Aku hanya tak ingin seseorang menemuiku
dengan keadaan menyedihkan, jadi aku pergi sejauh mungkin dan kuharap tak ada
seorangpun nanti yang akan mengingatku.
Kumohon jangan pernah menemuiku disana, jika
kau memang mencintaiku dan menginginkan orang yang kau cintai hidup dan pergi
dengan tenang.
With Love
-Initial N- (You know me so well right?)
Tomoya meremas kertas itu dengan
perasaan yang tak bisa ia jabarkan. Ia terlalu shock dengan isi surat yang
telah habis ia baca. Misteri terkuak. jadi alasan itulah yang membuat gadis
tangguh itu tak pernah sekalipun merespon maupun menerima cintanya.
Tomoya tak tahu apa yang akan ia
lakukan setelahnya, pikirannya kelabu. Dan yang ia inginkan hanya merokok dan mencoba
menghubungi nomor Si Gadis.
Nomor sudah nonaktif.
Tomoya kembali menyesap rokoknya
dalam-dalam.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Well Done !
Prihatin dengan fenomena cabe-cabean dan pergaulan bebas yang sudah sangat parah, jadi saya menuangkan dalam bentuk cerita ini. Betapa bahayanya seks bebas itu.
Maaf buat temen-temen yang masih
menanti kehadiran chapter XI pathetic girl, karena dengan berat hati saya
sampaikan kalo belum bisa dipost. Mungkin minggu depan atau minggu depannya
lagi, hehehe. Saya ga bisa janji deh ya, yang penting saya punya tanggung jawab
kok nglanjutin ff itu. Ya mohon maklum dengan keadaan saya yang lumayan
disibukkan dengan keadaan kantor, apalagi sekarang saya mau nerusin kp di
kampus #eaaa #curcolauthor.
Dan dulu ada beberapa yang minta
dibuatin ff yang main castnya Tomoya. Nahhh udah saya bikinin kan... gimana ff
nya? Boleh kok kasih saran atau pun kritik. Komen atau like. Hehehe
Oke dah, saya ga akan ngasih note
panjang-panjang karena udah males ngetik. Dan selamat malam buat teman-teman
semuanya.
.
.
Terimakasih sudah berkunjung.
.
.
Kapan-kapan Main Lagi ya....
.
.
Malem2 baca ini mendadak jadi ingusan(?), sedih banget kakak. Hiks
BalasHapusYowes, ntar tomoya sama aku aja yak.... Ngahaha #plak
Cieee. hahahaha emang tomoya nya mau? wkwkwk
Hapuskok bisa ingusan? pilek ya?
Aaa... Kakak tega banget dah
HapusTapi kayaknya sih emang kaga mau -_-
(Tomoya : siape elu? Aku: anak alay :v) ngahahaha
Separo pilek separo sok2an tersedu(?) kak
Kekeke
Syahahahaha,
Hapusemang gw suka tega. wkwkwk tapi boong ding.
hahaha, masa efef gitu bisa bikin tersedu? wkwkwk
Halo, Widi!(・∀・) Makasih sudah bikinin fanfic tentang Tomoya ♥
BalasHapusSecara keseluruhan bagus kok. Aku suka temanya (maksudnya bukan tema sedihnya lho :p). Caramu untuk nggak menyebut nama penyakit tertentu cukup bikin aku jatuh cinta (///∇///) Aku suka nebak2 soalnya.
Tapi aku mau kasih pendapatku ya ^o^)
Kenapa sih setiap kali aku baca fanfic soal Tomoya, rata2 dia jadi orang yang patah hati dan teraniaya? Kan kasihan priaku ( ◦˘ ะท ˘◦ ) *peluk Tomoya* Tapi ya emang dia masokis sih mau gimana lagi dan emang ini jenis ff sedih ya XDD Cuma aku mendukung kalau Widi bikin fanfic yang nunjukkin kekonyolan dia kalau lagi sama cewek, entah mau gebetan atau pacar (aku nggak bakalan jeles kok *injek2 kaki Tomoya*)
Terus aku lebih sering ngebayangin Toru ketimbang Tomoya di sini, entah kenapa. Seperti, dia ngebentak2 ceweknya kemudian meluruh, habis baca surat kemudian berusaha nelpon ceweknya dan pas nggak bisa malah ngerokok.. somehow it just doesn't sound like Tomoya, but more like Toru. :) Tomoya mungkin nggak bakal sempat mampir dan makan okonomiyaki habis ditinggalin, tapi langsung balik ke tempat ternyaman buat baca tu surat : rumah. Dan mungkin bakal nangis bombay gelundungan semalaman sampai nggak makan. Terus mungkin dia bakalan minta izin ke Toru dan langsung berkemas2 untuk segera pergi ke ke Thailand nyusul tu cewek (bagaimanapun juga ini negara favorit dia). Seharusnya tu cewek nggak usah ngasih tau kemana dia akan pergi, apalagi cuma Thailand. Lha wong yang jauh2 sampai Vancouver aja dijabanin, wakakakaka (ngawur aja)
Walaupun aku setuju sama kamu, bahwa dia bakalan sepenuh hati kalau udah suka sama cewek. Dia tampak seperti orang yang susah jatuh cinta sama cewek soalnya. Jadi mungkin kalau ada gebetan ya bakal dikejar sampai dapat, kalau ada pasangan ya berusaha dia pertahankan dan kalau sampai patah hati begitu bakal lama sembuhnya. Tapi kalau udah ditolak kok masih ngotot... itu sih lebih mirip Toru :p
Apalagi yaa...? Oooh soal si N dapet penyakit itu emang nggak terlalu banyak diceritain ya. Tapi menurutku kalau Tomoya tau dari awal tu cewek kurang sehat, dia bakal makin rela berkorban (cieee) dan berusaha untuk nyembuhin tu cewek. Tomoya itu menurutku adalah tipe yang berpikiran bahwa cinta itu nggak harus memiliki, nggak harus jadi pacar dsb. :p
...
Kayaknya udah deh :D Udah kepanjangan juga.
Maaf ya kalau komentarku sok tau banget :p Maaf juga kalau banyak-banyak salah. Sekali lagi makasih udah bikin fanfic Tomoya dan aku mendukungmu untuk bikin fanfic Tomoya yang lebih cheerful lagi (◕∀◕)✧
Aaaaaah mbak Dessy...... itu jawaban essay apa karya tulis mbak? wkwkwkwk
HapusKomentar terpanjang yang pernah daku terima inih. tapi daku suka kok mbak. hehehe
Sebenernya bikin efef ini pengen banget nunjukin sisi serius dari Tomoya yang biasanya dia identik slalu tampil kocak, slenge'an dan jadi bahan bullyan (kasihan sekali babang tomoya)
Jadi pengen kalo Tomoya yang kocak itu juga bisa punya prasaan yang sedih-sedih mbombay.
Mungkin next time bakalan bikin cerita konyol tentang Tomoya, sesuai dengan keseharian dia yang emang jadi mister moodbooster
Dan aku suka banget komentar & kritik dan saran yang sampe mendetail gitu mbak, apalagi pendapat orang kan berbeda-beda jadi bisa ngerti mana sih titik kelemahan dan titik kekurangan di cerita. Dan yang pasti makasih banget udah dukung daku untuk bikin efef tentang babang Tomoya lagi (Soalnya ff disini kebanyakan castnya mas Taka sama babang Toru)
Thx ya mbak Dessy
:D