Why?
Author : Parasarimbi
Genre : Sad
Lenght : Chapter apa bukan ya?
Chapter aja deh...
Main Cast : You / Me as Karenina,
Takahiro Morita as Taka, Alex Onizawa as Alex
Disclaimer : Kayak biasanya...
story is mine.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Kira-kira apa yang harus
kulakukan ketika mengetahui kekasih hati yang sangat disayangi berpaling ke
orang lain yang lebih segalanya daripada diriku sendiri?
Sakit bukan?
Dan itu yang sedang kurasakan
saat ini. Melihat kekasihku pergi ke klub malam di hari ulang tahunnya
mengundang beberapa gadis berambut pirang dan bersenang-senang disana.
Bagaimana
denganku yang beberapa waktu lalu menunggunya di sebuah tempat biasa aku dan dia berkencan. Kue tart yang masih terbungkus rapi didalam kotak, lilin
kecil berjumlah 26 dan sebuah kado kecil untuknya.
Dia tidak datang.
Tidak datang di acara makan malam
yang sengaja kubuat untuknya demi merayakan hari bahagianya. Sudah lebih dari 4
jam aku menunggunya di restoran yang sangat romantis ini. Tanpa meninggalkan pesan apapun ia
memang tidak datang. Bisa dibayangkan aku sudah menyiapkan rencana ini semenjak
dua minggu yang lalu dan berniat memberikan ia kejutan. Harapan memang tak
seindah kenyataan... Demi Neptunus kecewa ini sungguh menyakitkan, sama seperti
kekecewaan yang pernah terjadi sebelumnya.
Ketika restoran ini sudah hampir
tutup, kukemasi segalanya dan kubawa pulang kembali. Mungkin kue tart ini masih
bisa kusimpan di freezer agar bisa dimakan ketika aku sudah memberikannya
kepada Taka.
Taka?
Yap, itu nama kekasihku. Sudah hampir dua tahun aku menjalin asmara dengannya. Seorang vokalis terkenal yang sering mengikuti tour di setiap acara festival musik di kotaku. Band yang dinaunginya lumayan terkenal dan siapa yang tak mengenal Taka? Di setiap Universitas di kampus ini pasti mengenal siapa Taka. Ia memang sangat populer sekali.
~~~
Sepatu high heels yang sangat
menyakitkan ini kutenteng dengan tangan kiriku, sementara kado dan tas kubawa
di tangan kanan. Aku bertelanjang kaki dan melewati jalanan malam ini dengan
dingin yang merasuk melewati sela-sela jari kakiku. Untung mantel berwarna
coklat ini cukup tebal untuk mengusir kedinginan itu di badanku.
Jalanan ini masih begitu sangat
ramai walaupun sudah menjelang tengah malam. Kota ini memang tak pernah tidur,
hingar bingar dan lampu kerlap kerlip di sekelilingku menambah semaraknya kota
ini. Trotoar yang masih ramai dengan pejalan kaki dan hiruk pikuk di lajur
sepeda yang dipenuhi banyaknya komunitas pesepeda yang berkeliling dimalam
hari. Mobil yang masih melewati kawasan ini masih banyak sekali berbeda halnya
dengan sarana transportasi. Bus sudah tak beroperasi pada pukul 9 sedangkan
taksi hanya beberapa saja yang lewat.
Apartemenku masih sejauh 5
kilometer lagi, aku tetap bersikeras untuk pulang berjalan kaki. Seolah masih senang menikmati kesakitan ini,
larut pada kesedihan dan segala pedihnya rasa kecewa. Walaupun telapak kaki ku
mengalami sedikit lecet pada bagian bawah jari kaki, perihnya tak terasa. Ada yang
lebih sakit lagi... disini. Kusentuh dada bagian kiri atas tepat di jantung. Sakitnya
lebih menyakitkan daripada lecet pada tubuh ini.
Beberapa meter jauhnya aku bisa
melihat kerumunan orang-orang yang turun dari mobil. Laki-laki dan perempuan. Mereka
hendak masuk kedalam sebuah bar atau klub malam yang rata-rata pengunjungnya
adalah yah... aku tak bisa mengatakannya.
Bisa ditebak para wanita itu
berasal dari luar Jepang hanya dengan melihat dari fisiknya. Bertubuh tinggi
semampai, berhidung mancung, berambut blonde dan bermata tajam. Ahh mereka
sangat cantik sekali. Cantik seperti boneka yang sangat kuinginkan ketika masih
sangat kecil dulu. Dan laki-laki yang bersama mereka adalah laki-laki Jepang
dan...
Tunggu !
Bukankah itu Taka.
Kekasihku yang seharusnya makan
malam bersamaku merayakan ulangtahunnya. Apa yang akan ia lakukan bersama
gadis-gadis itu? Pakaiannya sangat rapi sekali. Memakai jas dan dasi yang aku
sendiri tak pernah melihatnya serapi itu. Aku sengaja menepikan diri di emperan
toko yang sudah tutup untuk bersembunyi dan mengawasi gerak-gerik Taka. Raut wajah
bahagia dan tawa lepas terlihat dari wajahnya, belum pernah ia kulihat
sebahagia ini bersamaku.
Ia juga bersama beberapa teman laki-laki yang aku sendiri tak mengenali mereka
sama sekali. Dadaku berdegup kencang, apa yang akan ia lakukan? Pertanyaan serupa
selalu bergema dalam batinku. Dan yang kulihat kini sungguh sangat menyakitkan,
ia memeluk pinggang gadis bule itu dengan satu tangannya.
Sakit....
Aku pun harus melihat lagi Taka
mengecup singkat pipi gadis bule itu dengan wajah merona seperti laki-laki yang
sedang jatuh cinta.Setelah aksi kecupan ringan itu tawa mereka lepas dan terlihat begitu bahagia seperti sepasang kekasihyang baru saja memadu kasih.
Semakin sakittttt.......
Sedetik kemudian amarah bergemuruh
dalam dadaku. Ini tak bisa dibiarkan bagaimana mungkin kekasih yang seharusnya
bersamaku malah berdua dengan gadis lain. Dia harus menjelaskannya padaku.
Taka dan gadis bule serta
beberapa teman-temannya telah memasuki gedung klub itu, aku mencoba mengejar
dan berusaha masuk kedalam klub tersebut. Ingin mengamati apa saja yang akan
Taka lakukan dengan gadis itu. Mungkin ini bukan hari yang baik untukku, aku
ditolak masuk oleh laki-laki berotot karena tidak memiliki undangan untuk acara
privat party ini. Saat kutanyakan siapa yang mengadakan acara ini mereka
menolak menjawab dan tetap mencoba mengusirku keluar.
Taka. Kau membuatku
terlunta-lunta.
Aku tetap keras kepala untuk
berdiri dekat pintu masuk klub ini, dan masih mencoba untuk bertanya pada
beberapa orang yang hendak masuk kedalam gedung klub ini.
“Permisi, bolehkan kutahu siapa
yang mengadakan acara privat party disini?” Tanyaku sopan pada laki-laki yang
memakai jas rapi dan berwajah cukup tampan dengan garis wajah yang tegas. Ia bersiap akan masuk ke gedung klub dan memegang tiketnya.
“Apakah kau salah satu satu
penerima undangan?” Tanya lelaki itu dengan pandangan bertanya-tanya.
Aku gelagapan.
“Yahh, Umm. Benar tetapi aku
kehilangan undanganku. Sepertinya aku menjatuhkannya disuatu tempat.” Aku berbohong seolah mengeluarkan puppy eyes - ku.
Laki-laki itu pun mengernyitkan
sebelah alisnya dan memandangku dari atas hingga kebawah.
“Kau lumayan juga, bagaimana bila
kau menemaniku. Aku sedang tidak ada pasangan?”
Tawaran gila!
Sebagian akal sehatku mengatakan
aku harus menolak, tapi sebagian lain mendukungku untuk menerimanya agar aku
bisa mengetahui seperti apa Taka di dalam sana bersama gadis bulenya.
“Tentu saja.” Jawabku berlagak
genit. Demi Neptunus, aku ini seperti gadis yang terbiasa dengan kehidupan
malam.
Begitu masuk kedalam dengan
menggandeng lelaki yang belum lima menit kukenal, aku merasakan hawa dingin AC
yang teramat sangat. Musik yang sangat berisik seperti menonton konser musik
rock, tapi aku yakin ini lebih berisik. Aku bisa merasakan telingaku mendadak
tuli. Mataku pun pedih luar biasa karena asap rokok yang membubung dan hanya
mengitari sekitar ruangan ini. Laki-laki dan perempuan bercampur menikmati
tarian-tarian menghentak mengikuti musik yang diputar oleh DJ. Goyangan erotis
pun tak ketinggalan ada disini, ketika kulihat 3 gadis muda dan cantik berjoget
di atas meja bartender dengan pakaian yang sangat minim.
Dengan masih menggandeng
laki-laki ini, akal sehatku tetap menguasaiku untuk lebih waspada di dalam
sana. Aku tak boleh lengah. Banyak sekali lelaki dan wanita yang
bersenang-senang tanpa memperhatikan batasan-batasan yang ada. Semua bebas
bersentuhan dan bebas saling meraba. Aku mewaspadai pergerakan laki-laki di
sampingku ini. Aku tidak ingin jika dia nantinya mencampur sesuatu di minumanku
dan akhirnya... yah....tak usah kusebutkan.
Demi Neptunus, telingaku
berdenging dan seakan tak bisa mendengar percakapan apapun selain musik disko
ini. Saat lelaki disebelahku menanyakan namaku, ia harus berulang kali bertanya
karena memang aku tak bisa mendengarnya sama sekali. Ia mendekatkan bibirnya
kearah telingaku untuk bertanya.
“Siapa namamu???” Teriaknya
"Hahh???"
"Namamu??? Siapa Namamu???"
"....."
Dia menanyakan namaku. Aku berpikir
keras untuk mencari nama samaran.
“Namaku Shoko...” Jawabku kemudian dengan perasaan ragu.
“Apaaaa???!”
“Shoko! Namaku Shoko?” Teriakku
tak kalah keras.
“Oh...Shoko. Aku Alex. Kau
cantik!”
“Terimakasih.” Seharusnya aku
senang menerima pujian dari laki-laki yang bernama Alex tapi tidak untuk saat
ini.
Berada di salah satu sudut sofa
di klub ini aku duduk berdua dengan Alex, aku merasa sangat tidak nyaman. Aku bergidik
dan merinding saat bibir Alex mendekat kearah telingaku dan meniupnya. Dan tangan
Alex semakin mengeratkan pelukan sebelah tangannya ke pinggangku. Kalau seperti
ini apa bedanya aku seperti gadis bule yang dipeluk oleh Taka tadi.
Pikiranku kacau.
Mataku tak lepas melihat ke
segala penjuru untuk mengetahui dimana Taka berada. Di sudut kanan tidak ada, disudut kiri juga nihil, dia tidak ada dimana-mana. Sebenarnya kau ada dimana Taka? Kenapa kau berbuat seperti ini padaku?
Karena terlalu sibuk dengan
kegiatanku, Alex menegurku.
“Kau mencari siapa???”
“Hahh?? Apaaaa???”
“Kau mencari seseorang??
"Ah ya, aku mencari seseorang...!!!" Pandanganku masih mencari-cari laki-laki berambut gondrong dan keriting itu.
"Kau datang
denganku jadi sebaiknya kau mengarahkan pandanganmu kepadaku...?!” Teriak Alex
kesal.
Aku tersadar kemudian menoleh
pada Alex, raut wajah kesal terlihat di wajahnya. Setelah kuamati lebih jelas
ternyata wajah Alex tak seperti lelaki Jepang kebanyakan. Wajahnya terlihat
lebih ‘barat’ atau bisa disebut blasteran. Dan... ia cukup tampan.
“Maaf...” Aku berucap tanpa suara
namun kuberikan gestur meminta maaf pada Alex. Ia hanya mengangguk dan semakin
mengeratkan pelukannya.
Neptunus... aku ini sudah
mempunyai kekasih dan tak seharusnya aku disini bersama pria lain. Aku menyesal
terjebak disini dengan suasana yang memuakkan. Lebih baik aku langsung pulang
dan bisa tidur dengan nikmat. Alex mengangguk-anggukan kepala seirama dengan
musik disko, ia terllihat sangat menikmati musik ini. Sementara aku sangat
tersiksa dengan keadaan ini.
Aku butuh kapas !
Telingaku sakit sekali.
Aku tak kuat, aku harus segera
keluar dari tempat ini bagaimanapun caranya. Aku harus keluar dari cengkraman Alex.
“Alex... !”
“Yaaaa???”
“Aku ingin pergi ke toilet. Aku
sudah tidak tahan!!!”
“Baiklah. Kau mau minum apa? Akan
kupesankan!”
“Samakan denganmu, sudah aku
harus segera ke toilet...”
“Hahahaha, baiklah...”
Saat hendak bangkit berdiri dan
berjalan, Alex menarik tanganku lagi untuk duduk dan mengatakan sesuatu.
“Jangan berani lari dariku,”
Bisik Alex yang terlihat sangat jelas karena musik sedang berhenti.
Aku membeku.
Ancaman ini sempat membuat
nyaliku ciut. Tapi sudah kubulatkan tekat aku harus melarikan diri dari tempat
ini walaupun nanti aku tak bertemu dengan Taka.
“Baiklah...”
Dengan cepat Alex mengecup
pipiku. Mataku membulat lebar.
"Aku menginginkanmu..."
Sial !
Kenapa banyak sekali ia mencuri
kesempatan dariku.
Sesegera mungkin aku meninggalkan
tempat ini, dengan berkamuflase bersembunyi dibalik pria-pria berbadan besar
agar Alex tak mengetahui dimana posisiku sekarang. Aku sangat pintar dengan
tiap urusan melarikan diri, jadi aku bisa menghilang dengan mudah secepat
angin. Dan kujamin Alex tak akan bisa menangkap maupun mengejarku.
Jalanan sudah sangat sepi, dan
aku berlari dengan cepat sambil menjinjing kembali high heels yang merepotkan. Berlari
sekuat tenaga agar secepatnya sampai di apartemen dan aman ditempat seharusnya
aku berada.
Dan disinilah aku.
Meringkuk dalam selimut dan
merenungi tiap kejadian yang telah terlewati.
Taka... aku merindukanmu dan
sangat mengkhawatirkanmu. Apa yang sedang kau lakukan disana bersama gadis bule
yang berada sangat dekat denganmu. Kenapa kau tak datang di acara makan malam
kita?
Alex... aaah maafkan aku orang
asing, aku tak bermaksud mengerjaimu. Maaf jika aku berbohong dan melarikan
diri tanpa sempat mengucapkan yang sesungguhnya. Semoga kita tak bertemu lagi
di lain hari....
Dan mataku mulai berat dan
terpejam saat jarum jam menunjukkan
pukul 03.30
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~`
Ditemenin lagunya Zedd yang Clarity jadi brasa banget feelnya pas ngebayangin suasana klub malam.
Kelanjutannya besok lagi yak...
Gw udah capek ngetik banyak-banyak. Mau garap kerjaan kantor sama garapan kuliah dulu.. tuh kan sok sibuk banget kan gw?
Yaudah selamat malam ya...
.
.
.
Terimakasih Sudah Berkunjung..
.
.
.
Kapan-kapan Main lagi...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Feel free to comment... silahkan....