My Baby, Sweet Baby
Author : Me / Parasarimbi
Genre : family
Lenght : Ficlet
Main Cast : Ryota, Tomoya
Disclaimer : Story is mine.
“Tarik nafassss..... hembuskan!
Dorong terus... yak dorong...!”
Suara tegas seorang wanita
terdengar di sebuah ruang bersalin di salah satu kota kecil di Jepang. Seorang
Pria merasakan tegang, resah dan semua hal mencemaskan berbaur menjadi satu.
Hari ini menjadi hari yang
mendebarkan bagi Ryota. Bagaimana tidak? Sebentar lagi ia akan naik pangkat
menjadi seorang ayah setelah sebelumnya menjadi suami. Istrinya sedang didalam
ruang persalinan bersama bidan dan perawat, untuk memberikan ruang dan nafas
baru di kehidupan seorang bayi kecil.
Kenapa Ryota tak menemani?
Ternyata Ryota takut dengan
darah, dan ia sendiri ragu jika ia nekat menemani istirnya didalam sana
bisa-bisa ia jatuh pingsan karena menghirup aroma anyir darah. Jadi Ryota hanya
menunggu diluar bersama Tomoya rekan kerjanya yang bisa dikatakan rekan abadi
yang selalu setia besamanya. Ditengah rasa cemas yang menderanya saat ini
mulutnya terlihat bergumam entah apa yang ia katakan. Dan hal ini disadari oleh
Tomoya,
“Hey Ryota, kau terlihat tegang
sekali”
“Tentu saja bodoh! Istriku sedang
berada didalam sana demi bayiku.” Dan Ryota berganti aktifitas dengan
menggigiti kuku nya yang lumayang panjang.
“Aku tahu aku tahu, bagaimana
perasaanmu. Tapi daritadi aku melihat mulutmu tak henti-hentinya mengatakan
sesuatu. Apa yang kau katakan?”
Tomoya menepuk bahu Ryota kemudian
menyodorkan sebatang rokok, kemudian dengan cepat disambarnya rokok tersebut.
Setelah rokok menyala dari korek api yang disodorkan oleh Tomoya, Ryota menghisap
dalam-dalam asapnya dan mengeluarkannya kembali asap-asap itu hingga
beterbangan.
“Istriku sedang berjuang
sendirian didalam. Aku laki-laki pengecut yang tidak berani masuk hanya karena
darah. Aku hanya berdoa semoga istri dan bayiku dalam keadaan baik baik saja.”
Kembali Tomoya menepuk-nepuk bahu
Ryota berharap Ryota bisa terhibur dengan kehadirannya dan mengurangi rasa
kekhawatirannya.
“Jika kau mau, kau bisa bersandar
dibahuku.” Tawar Tomoya sambil menaik turunkan kedua alisnya.
Ryota menatap Tomoya dengan
pandangan jijik.
Tomoya hanya tertawa terbahak-bahak dengan menutupi
mulutnya dengan jaket yang ia bawa, segan jika membuat sedikit keributan
dirumah sakit.
Ryota masih dengan cemas memikirkan
istri dan calon bayinya terus merokok tanpa henti. Kakinya tak berhenti
bergerak. Seorang perawat yang kebetulan lewat di depan mereka mengetahui ada
seseorang yang merokok di koridor rumah sakit segera menegur Ryota dengan halus.
Ah Ryota lupa, ini rumah sakit
dan dilarang merokok.
‘Tomoya bodoh!’ Pikir Ryota
Tomoya masih cekikikan dengan
posisi sudah menjauhi Ryota, takut kalau-kalau Ryota melempar sesuatu di
kepalanya. Ryota segera mematikan rokok yang tinggal setengah batang itu.
Dengan pandangan menerawang menatap langit-langit koridor rumah sakit itu,
berharap bayi yang dinantikannya segera cepat keluar dan istrinya tak merasakan
kesakitan lagi.
Jarum jam seakan melambat untuk
bergerak, entah sudah brapa lama Ryota menunggu istrinya yang masih bergulat
dengan maut di ruang persalinan. Berpindah dari kursi yang berjajar rapi di
koridor, kemudian berdiri menyandarkan tubuhnya kedinding disebelah Tomoya. Ryota
benar-benar tak bisa berpikir dengan baik, ia tak tahu apa yang harus ia
lakukan sekarang selain berharap agar dirinya, istri dan bayinya dapat melewati
kesakitan yang sangat menyiksa ini dengan segera.
“Aeeeeeeeeek......!” Pekik suara
bayi yang baru saja keluar dari ‘rumahnya’ selama 9 bulan lebih.
Ryota pun membuka kedua telapak
tangan yang menutupi wajahnya. Sontak Ryota langsung berdiri dan menuju pintu
ruangan dimana istrinya berada didalam sana. Ryota menanti tak sabar dengan
wajah yang berbinar bahagia. Selang beberapa saat pintu terkuak dan berdirilah
sesosok wanita berpakaian putih-putih membawa sebuah tubuh kecil bernyawa dan
masih ringkih yang sudah bersih dan diberi selimut putih.
“Selamat Tuan Ryota, bayi anda
lahir sehat dan berjenis kelamin perempuan.”
Kaki Ryota tiba-tiba melemas
sekitika saat melihat gadis kecilnya yang sudah ia nantikan kehadirannya. Mulutnya sedikit ternganga, ia merasakan rasa haru yang teramat sangat karena diberi anugerah yang tak ternilai. Dengan
hati-hati Ryota mengambil alih dan menggendong bayi yang sebelumnya berada di
gendongan dokter dan diciumnya pipi bayinya yang terasa lunak.
“Selamat datang nak, Selamat
datang di dunia. Ayah sangat menyayangimu. Cepatlah besar dan jadilah anak yang
baik..” Bisik Ryota di dekat telinga putri kecilnya.
Ryota hampir ingin menangis jika
Tomoya tak mendekat dan memberi selamat atas status barunya menjadi seorang
ayah. Ryota sangat terharu.
“Selamat kawan, jadilah ayah yang
baik untuk putrimu.”
Ryota melirik sebal,
“Tentu saja! Aku ini ayah yang
baik”
“Siapa bilang? Buktinya kau masih
seorang perokok berat..”
Ryota terlihat berpikir.
“Benar juga. Kau temanku yang
baik meskpun kadang kau bodoh.”
Mendengar hal itu, Tomoya menginjak
pelan kaki Ryota, sedikit terkejut dan refleks Ryota pun memaki Tomoya.
“Sialan, aku sedang membawa
bayi!”
Tomoya tertawa senang.
“Hey, karena ini hari bahagiamu,
aku ingin kau kufoto bersama bayimu.” Ujar Tomoya.
“Ah ide yang bagus, aku juga akan
membagikan foto ini ke sosial media agar dunia tahu aku sudah punya anak bayi
yang cantik....”
“Yasudah sekarang bergayalah dengan
bagus..”
Ryota pun berpose bersama bayinya
yang tidur tenang di pangkuannya. Ia seakan ingin menunjukkan kepada seluruh dunia bahwa ia sudah menjadi seorang
Ayah. Tiada hal yang lebih membahagiakan mengingat ia tidak lagi tinggal berdua
dengan istrinya, tapi ada satu anggota baru lagi yang akan menambah lukisan di
kanvas rumah tangganya. Bayi rapuh itu menguatkan Ryota bahwa ia harus bekerja
lebih baik lagi demi masa depan dan kebahagiaan putrinya. Ia tak lagi bisa
bersenang-senang dengan teman-temannya sesering mungkin, seperti yang ia
lakukan meskipun saat itu ia sudah menikah.
Ada segenggam beban yang akan
membesar seiring berjalannya waktu. Dan ia akan terus berusaha untuk
keharmonisan keluarganya. Ia dan istrinya sekuat mungkin akan membesarkan
putrinya dengan baik dan penuh kasih sayang. Itu janji Ryota.
“Okeeee... sudah selesai..”
Tomoya mengakhiri acara berfoto
ria dan ia berpamitan keluar sebentar untuk membeli sesuatu.
Sepeninggal Tomoya, perasaan Ryota seketika menyiratkan rasa
janggal. Sepertinya ia melupakan sesuatu dan hal itu terbukti ketika sebuah
teriakan melengking terdengar di telinganya...
“Ryotaaaaaaaaaaaaa.... Apa kau sudah
lupa jika kau punya istri???”
Firasatnya memang tidak pernah
meleset.
END.
~~~~~~~~~~~~~~~~~
Rampung dah.
Ahhhh senang sekali
rasanya ya punya dedek bayi.
Itu yang lagi saya rasain
sekarang, istrinya kakak sepupu melahirkan Rabu kemaren dan bayi nya cowok. Aih
senengnya. Welcome to the World Baby Ken (Kalo gasalah dengar sih bokapnya bayi
ngasih nama Ken sebagai panggilannya. Tapi ga tau juga udah fix apa belum ~
hehe)
Dan saya sengaja kasih cast nya ke Ryota, karena Ryota itu kelihatan sangat bapak-bapak.. #ups oh salah ya.. kelihatan sangat kebapakan. Dan saya suka banget liat foto dia foto sama ponakannya itu, ahhh paman yang sangat kece.. saya mau dong jadi ponakannya. hahaha
.
.
Oh iya, kira-kira dikasih kado
apa ya si Baby Ken? Ada yang bisa ngasih saran?
tamiya? pistol air?
.
.
Terimakasih Sudah Berkunjung.
.
.
Kapan-kapan Main Lagi ya...
.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Feel free to comment... silahkan....