Author : Parasarimbi
Genre : Romantic
Length : Chapter by Chapter (belum ada rencana sampai chapter berapa)
Cast : You as Donna (OC)
Taka
Toru
Ryota
Tomoya
Disclaimer : Cerita punya saya, tapi tokoh bukan punya saya.
Untuk Lanjutan bisa dilihat disini : Chapter II ; Chapter III ; Chapter IV ; On Progress next chapter
Enjoy!
Sore hari ini hujan deras. Aku lebih memilih untuk
berdiam diri di kamar apartemenku dan menjelajah dunia maya daripada harus
mengunjungi pesta kecil yang diadakan oleh temanku. Aku adalah seorang gadis
yang introvert, hingga tak banyak teman yang mengenalku dan dekat denganku.
Sikap cuekku mungkin membuat teman-temanku enggan mendekatiku. Siapa yang mau
berteman dengan orang cuek yang mungkin hanya mau memikirkan diri sendiri.
Jarang bagiku mendapat sebuah undangan pesta. Meski begitu, bila mendapat satu
undangan maka aku hanya akan membiarkan undangan tergeletak entah dimana dan
aku hanya melewatkan pesta itu di tempat lain atau lebih sering malah berada di
kamar apartemenku.
“Benar-benar gadis apatis” mungkin seperti itulah
yang ada di pikiran teman-teman yang mengenalku.
Lewat satu jam acara pesta, jariku masih setia menari diatas keyboard.
Mengetik sesuatu. Tiba-tiba dering ponsel mengejutkanku
Aku melihat nomor ponsel yang tidak terdaftar di
list kontak ponselku, menimang-nimang antara angkat-tidak-angkat. Angkat !
Mungkin penting.
“Kau dimana” Jawab seseorang di seberang. Lelaki.
Aku mengernyitkan keningku.
“Kau siapa”
“Ini aku Taka…”
“Taka..??” Aku seperti mengenal nama ini
“Aku teman Ryota, Toru dan Tomoya. Kita pernah
berkenalan di di kafe.. Kau ingat?”
“Kau ingat?” Suara Taka terlihat antusias
“Yap”
“Kau sedang dimana”
“Kau tak perlu tahu”
“Tapi aku ingin tahu, aku sedang ada di pesta.
Ryota dan yang lainnya hadir disini dan kau tidak. Datanglah..”
“Kenapa?”
“Tidak perlu tahu”
“Oh God, Ayolah datang sebentar nanti kita bisa
berkumpul lagi seperti di kafe tempo hari. Ah aku baru menyadari bahwa kau
benar-benar pelit bicara ya” Taka mencoba bergurau.
“Jangan sok akrab… plip”
Aku mematikan ponsel tanpa mengucapkan salam,
sungguh tidak sopan tapi itulah diriku yang tidak mudah didekati seseorang.
Belum ada semenit kututup ponselku suara pesan masuk berbunyi…
-
“Memang kau pikir kau siapa, berani memerintah”
Aku bergumam kecil malas meladeni orang yang tidak
terlalu kukenal. Tak kuhiraukan pesan teks dari laki-laki yang bernama Taka, aku hanya membaca saja dan kutaruh
ponsel diatas kasur nyamanku. Menikmati duniaku sendiri di dalam kamar seorang
diri adalah surga untukku. Akan berbeda rasanya bila ada teman yang datang ke
apartemen karena mungkin mereka akan banyak berbicara, sedangkan aku lebih suka
diam. Hanya akan menjawab jika ditanya. Ah dasar…
Ah ngomong-ngomong soal temanku yang bernama
Ryota, Toru dan Tomoya. Aku mengenal mereka di kampus, dan Ryota adalah salah
satu temanku di kelas atau mungkin memang satu-satunya temanku di kelas tiap
pelajaran kuliah berlangsung. Awal perkenalanku dengan Ryota juga tidak
spesial. Diawali dengan keterlambatan kedatangan Ryota di kelas, dan tidak
menyisakan satupun bangku kosong kecuali bangku disampingku mau tak mau Ryota harus duduk di sebelahku.
Dengan mencoba beramah tamah Ryota mencoba menyapaku namun aku hanya menjawab
sapaan Ryota dengan anggukan dan senyum tipis yang singkat.
Esok harinya Ryota masih sering datang terlambat
karena suatu hal, namun ia mendapat keringanan dari kampus atas
keterlambatannya karena sesuatu dan pihak kampus memaklumi keadaannya.
Lagi-lagi ia mendapat bangku kosong di sebelahku dan ia harus duduk di
sebelahku.
Begitu seterusnya hingga hampir setengah
semester, Aku dan Ryota selalu duduk bersama hingga akhirnya aku bisa membuka
hati sedikit untuk mengobrol dengan Ryota dan tidak menutup diri saat Ryota
duduk berdampingan denganku. Bagaimana bisa aku selalu duduk bersebelahan
dengan Ryota? Biar kujelaskan alasannya. Teman-temanku yang lain lebih memilih
untuk menghindari duduk berdampingan denganku daripada harus berusaha berbasa-basi
ramah denganku. Dan aku pun sama sekali tak peduli, “Apa urusannya denganku?”
begitu yang ada dipikiranku.
Sejak saat itu aku berteman dengan Ryota walaupun
tidak akrab, dan Ryota juga memiliki teman yang berbeda jurusan studi dan
sering sekali datang ke kelasku. Namanya Toru. Aku mengenal Toru karena Toru
adalah teman Ryota. Lingkaran pertemananku tidak luas, hanya itu dan teman si
itu atau kadang teman si mereka. Aih..sepertinya hidupku benar-benar sempit ya?
Dan Ryota masih memiliki teman yang sering berada
disekitar Ryota, Namanya Tomoya. Oh bukan teman. Lebih tepatnya senior Ryota
saat masih di highschool namun Ryota tak pernah menganggapnya sebagai senior.
Namun karena seringnya Ryota dan Tomoya bersama sehingga jarak senior junior
antar mereka hilang sudah. Yang ada hanyalah teman dan sahabat.
Sedangkan Toru, ia juga teman seumuran Ryota. Kuceritakan
satu hal. Dulu ia pernah menyatakan cinta padaku. Namun karena keapatisanku dia
akhirnya menyerah dan memilih untuk menghapus rasa cintanya padaku dan
menjalin pertemanan denganku. Walaupun aku
sendiri menyadari bahwa Toru masih menyimpan perasaannya untukku yang tak terlalu
ia tunjukkan. Saat Ryota mengajakku berkumpul bersama mereka bertiga untuk
sekedar hangout, seringkali aku
menangkap raut wajah Toru yang sedikit melamun terpaku kearahku. Tapi karena aku
sangat cuek jadi kubiarkan saja dan tak pernah kuhiraukan sikap Toru kepadaku.
Berbicara tentang Taka, laki-laki itu adalah
teman Toru. Teman satu band yang Ryota pun ikut serta dengan mereka. Ah bahkan
aku sendiri pun tak tahu kalau temanku bisa bermain musik. Ketika aku berjalan
sendiri di trotoar jalan sehabis bermain basket, ternyata aku berpapasan dengan
Ryota dan Tomoya yang sedang asik menyesap teh nya di teras kafe. Mereka
menawariku bergabung, aku sebenarnya menolak tapi mereka tetap memaksaku untuk
ikut duduk barang sebentar. Mereka hanya berdua tanpa Toru, namun ada salah
seorang diantara Ryota dan Tomoya yang terlihat asing dan sama sekali tak kukenal.
“Donna pekenalkan ini teman kami di band, ia
seorang vokalis namanya Taka” Tomoya mengenalkan Taka padaku. Taka mengulurkan
tangannya untuk berjabat tangan denganku.
“Oh. Oke sama-sama” Jawabku sambil mencoba melepas jabatan tangan Taka namun
Taka masih menggenggam tanganku tak mau lepas.
“Oh sorry, tapi aku belum tau namamu” Taka tersentak
“Donna” Jawabmu singkat.
Selesai perkenalan aku masih duduk dengan mereka, terjebak diantara obrolan
lelaki yang sesekali gelak tawa terdengar, sementara aku lebih banyak diam
walau kadang aku menimpali lelucon yang membuat suasana makin cair. Aku menyadari
dari ekor mataku bahwa Taka sedari tadi mencuri-curi pandang kearahku. Aku
tidak mau ambil pusing dengan tingkah Taka yang menurutku aneh itu
Setelah beberapa lama aku bercengkrama dengan mereka, aku pamit akan pulang karena
ingin mandi karena badanku yang lengket sehabis berpeluh keringat dengan
bermain basket di taman kota. Mereka mengiyakan dan berpesan agar berhati-hati
di jalan. Aku hanya mengangguk.
~~~
Pukul 07 Pagi
Aku terbangun dengan cup soda & kotak bekas
makanan cepat saji yang kupesan semalam berserakan di bawah kasur. Aku segera
membersihkan dan merapikan kembali kamar yang super berantakan. Setelah rapi
Aku menyiapkan sarapan dan memakannya sambil sedikit merenung mengenai pesta
sore kemarin. Aku benar-benar melewatkan pesta itu tanpa datang ke acaranya,
benar-benar sangat tidak sopan sekali diriku ini.
“Ah Sudahlah” Pikirku dalam hati.
~~~
Pukul 08.30 Pagi
Aku sudah sampai di ruang kelas kampus, dan
disana aku langsung disambut omelan dari Ryota dan Tomoya dibangkuku karena aku
tak hadir semalam.
“Tapi kau tak terlihat sakit” Ryota curiga sambil mengamatiku
“Ya mungkin sakit tapi mungkin memang benar benar
sakit. Di sini” Tomoya mengetukkan jarinya pada keningku seakan menyindirku
karena ia tahu aku sangat pandai berbohong untuk mencari alasan.
Ryota mendekatiku dan duduk disamping bangku yang
kutempati, kemudian bebisik di telingaku,
“Kau tahu kemarin Taka mencarimu”
“Lalu”
“Lalu apa? Tidak ada apa-apa..”
Ryota melayangkan pandang pada Tomoya yang berada
diseberang meja. Tomoya hanya mengangguk.
“Donna, dia sangat berharap bisa bertemu kau
kemarin sampai-sampai dia merengek-rengek padaku mengorbankan harga dirinya
hanya untuk meminta nomor ponselmu”
“Lalu kau berikan nomor ponselku padanya dan
kemudian dia menelponku. End” sahutmu cuek
“Dan kau menolak datang. Great!” Lanjut Tomoya
Ryota menghela napas frustasi melihat tingkahku
yang benar-benar tidak tahu harus dengan cara apa menghadapiku. Seperti orang
menyerah Ryota mengangkat kedua tangannya, menautkan jari-jarinya dan
meletakkannya di belakang kepalanya, dan Tomoya menumpukan tangannya pada dagunya
sembari menatapku lurus penuh keheranan sambil menggeleng-gelengkan kepalanya,
mungkin dalam hatinya bergumam terbuat dari apa hatiku ini.
“Hey lihat, Dosen sudah hadir” Aku membangunkan
kesadaran mereka dan saat itu juga Tomoya langsung berjalan meninggalkan kelas
dan Ryota langsung duduk manis disebelahku
dan kegiatan belajar & diskusi kalian dengan dosen berlangsung.
TO BE CONTINUED
Akhirnya
bisa juga saya menyelesaikan efef ini di chapter pertama.
Tapi belum
tau juga kapan chapter selanjutnya saya bikin. Kecuali kalo sudah ada yang
memaksa saya untuk membuat chapter berikutnya. Hahahaha
Soalnya saya sendiri terkenal orang yang paling males ... terbukti dari chapter Arigatou Taka yang sampe sekarang belum ada lanjutannya
Soalnya saya sendiri terkenal orang yang paling males ... terbukti dari chapter Arigatou Taka yang sampe sekarang belum ada lanjutannya
Yasudah
daripada saya terlanjur males untuk memikirkan chapter berikutnya lebih baik
saya menulis sekarang karena mood saya lagi bagus hari ini.,,
.
.
Byeee
.
.
Kapan-kapan Main Lagi ya....
.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Feel free to comment... silahkan....