A Pathetic Girl with a Stubborn Boy Chapter II
Author :Parasarimbi
Genre : Romantic
Length : Chapter by Chapter (belum ada rencana sampai chapter berapa)
Cast : Manami as Donna
Taka
Toru
Ryota
Tomoya
Disclaimer : Cerita punya saya, tapi tokoh bukan punya saya.
Note : FF ini lanjutan dari Chapter
Chapter I
Chapter III
Chapter IV
Enjoy!
Selama
kegiatan belajar mengajar berlangsung, aku mengamati bahwa Ryota yang duduk
disebelahku terlihat tidak terlalu fokus dalam mendengarkan apa yang dosen katakan.
Berkali-kali ia memegang ponselnya dan jarinya terlihat sibuk memencet tombol
keypad di ponselnya. Aku hanya melirik masa bodoh kearah Ryota walaupun ia tak
menyadari bahwa ia sedang kulirik. Kembali aku menatap ke arah depan dan
memperhatikan dosenku sedang menjelaskan mata pelajaran yang lumayan sangat
rumit.
Jam demi jam
telah kulalui di kelas ini, sudah pukul 4 sore dan mata kuliah terakhir sudah
habis dan dosen pun meninggalkan ruangan kelas. Teman-teman sekelas berhamburan
satu persatu saling berebut untuk berlomba-lomba mendahului keluar di pintu
kelas. Aku menatap sinis pada teman-temanku tersebut,
“Dasar seperti
anak kecil saja” gumamku pelan.
Aku masih
duduk di tempat dan sengaja untuk menunggu teman-teman keluar duluan hingga kelas
lengang tetapi aku mendapati Ryota masih duduk di bangkunya. Siku tangannya
bertumpu di meja dan ia masih sibuk dengan ponselnya dengan mata yang tak bisa
lepas dari layar ponselnya. Ini aneh, Ryota tak seperti biasanya. Walaupun aku sangat cuek, namun aku juga
mengerti sedikit kebiasaan Ryota setiap harinya karena kami selalu duduk
bersebelahan. Ia biasanya akan langsung kabur dari kelas pertama kali bahkan
sebelum dosen keluar sekalipun. Dan seringkali mengundang decak kagum dari
temen-teman sekelas.
“Tumben
sekali kau belum pulang? Menunggu kekasih?”
Aku mencoba
berbasa-basi. Ryota mendongakkan kepalanya menatapku dengan mata berbinar.
“Tumben kau
perhatian padaku”
Aku langsung
bad mood seketika, akhirnya kuraih ranselku yang berisi buku dan laptop dan
langsung berjalan tanpa berpamitan pada Ryota. Menyebalkan!
Sampai di
pintu kelas tiba-tiba Tomoya menghadangku, dengan wajah yang penuh cengiran ia
menatapku sambil menaikturunkan kedua alisnya bersamaan. Aku curiga dengan
tingkah Tomoya. Dengan kening berkerut penuh tanya aku mencoba mengabaikan
kelakuan Tomoya ini. Aku hendak berjalan ke samping kiri hendak keluar dari
pintu, namun Tomoya malah ikut meminggirkan badannya ke kanan. Aku menggeser
badanku ke arah kanan lagi-lagi Tomoya mengikuti kemana posisi badanku berada.
“Tolong
minggir, aku ingin segera pulang” Ujarku dingin
Tomoya hanya
menatapku dengan mulut terkatup sedangkan tangannya menghadang di daun
pintu. Aku semakin bad mood dengan
kelakuan Tomoya yang menurutku sangat amat menjengkelkan. Aku menundukkan badan
dan berusaha melewati tangan Tomoya yang berada diatasku tapi ternyata tangan
Ryota lebih cekatan menarik tanganku masuk kembali ke dalam ruangan kelas.
Aku
terheran-heran dengan sikap mereka berdua, ada apa sebenarnya. Rasanya aku
ingin marah pada mereka.
“Ada urusan
yang harus diselesaikan, kau harus tinggal lebih lama di kelas untuk sementara”
Tomoya menjelaskan kepadaku sebelum aku sempat bertanya.
“Sorry,
Urusan? Sepertinya aku tak punya urusan dengan kalian”
Ryota
mendengus kesal.
“Kau ini
bagaimana? Belajarlah peka sedikit dengan orang lain disekitarmu” Ryota berkata
lantang.
“Maksud
kalian?” Aku menatap mereka tak mengerti
“Kita akan
melanjutkan pembicaraan yang tertunda tadi pagi, mari kita duduk lagi” Tomoya
menjelaskan lebih detil.
Aku tak
menjawab hanya mengangguk sekali walaupun sebenarnya aku keberatan. Akhirnya
aku mengetahui penyebab Ryota bersikap aneh dalam kelas dengan ponselnya,
menurut perasaanku dia dengan Tomoya pasti sedang membicarakanku lewat pesan
teks. Ryota dan Tomoya juga pasti merencanakan sesuatu karena terbukti saat ini
mereka tidak mengijinkanku untuk pulang.
Tomoya menggeser
kursi di depan meja dosen sebagai tempat duduknya. Ryota memilih duduk di
bangku agak tengah sedangkan aku memilih duduk di kursi paling depan berhadapan
dengan Tomoya. Rasa-rasanya aku seperti seorang tersangka yang tengah di sidang oleh keduanya, suasana
hari ini serasa tidak nyaman sama sekali.
“Cepatlah selesaikan
urusan kalian, dan aku akan segera meninggalkan tempat ini”
Tomoya yang
ada didepanku menghembuskan nafas dengan keras.
“Santailah
sedikit, tak perlu pasang wajah ketus seperti itu” Tomoya menegurku.
“Bisa kita
langsung pada poinnya?” Aku mulai malas.
Ryota Berdehem,
“Baiklah-baiklah....
Ada yang ingin bertemu denganmu”
“Siapa?” Aku menoleh ke arah
Ryota.
“Orang yang semalam menelponmu tapi kau tanggapi
dengan sangat tidak ramah.” Sahut Tomoya sambil memainkan korek apinya.
“Oh... dia. Lalu?”
“Lalu kau
duduk manis saja disini kemudian menunggu dia datang dan kami akan segera
keluar kelas” Jawab Ryota
Rasa
penasaranku pada sikap Ryota yang aneh akhirnya terjawab sudah
“Lebih baik kalian keluar kelas
sekarang dan aku akan tetap menunggu disini.”
Jujur aku
sangat benci keadaan seperti ini. Lebih baik ku iyakan saja perkataan mereka
berdua daripada terlalu lama.
Tomoya dan
Ryota saling beradu pandang saling melancarkan keputusan lewat telepati~itu
menurutku~
“Kalau kau kabur?”
“Kalian tahu
tidak ini sudah hampir gelap? Tidak usah berlama-lama bisa kan?” Jawabku ketus
“Baiklah-baiklah... kami akan
segera keluar, tunggu sampai Taka sampai disini.”
“Hmmm” Aku menjawab dengan
gumaman.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Waduh maaf ya chapter ke dua ini agak agak mengecewakan, waktu saya bikin ini sudah sampe pertengahan tiba-tiba ilang fokus. Besok di chapter ketiga mudah-mudahan bisa lebih baik dari ini. Padahal udah mau lancar banget ngetiknya, ide di kepala udah siap ketik dan pasti bakalan panjang tapi ternyata... ah yasudah, ternyata kapasitas otak dan mood sedang tidak ingin mengetik panjang-panjang dulu ternyata. :D hahahahaha
.
.
Bye... Selamat Malam
.
.
Kapan-kapan Main Lagi ya....
.
.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Feel free to comment... silahkan....