Minggu, 25 Mei 2014

Fanfiction One Ok Rock ; A Pathetic Girl with a Stubborn Boy Chapter XI



A Pathetic Girl with a Stubborn Boy Chapter XI

Author             : Parasarimbi

Genre              : Romantic

Length             : Chapter

Cast                 : Manami

                          Taka

                          Toru

                          Ryota

                          Tomoya

Disclaimer : Cerita punya saya, tapi tokoh bukan punya saya. Fanfiction One Ok Rock ini dibuat hanya untuk koleksi dan kesenangan semata.



~~~~~~~~~~~~~~~~~

“Manami-San......” Seseorang mengetuk pintu ruang kerjaku. 

“Masuklah..” Jawabku.

Seorang gadis muda berpakaian rapi dengan rok dan blazer berwarna abu-abu dan rambut yang dicepol. Gadis itu adalah salah satu karyawanku ah lebih tepatnya sekretarisku. Ia membuka pintu kemudian melongokkan kepalanya dan menyampaikan sesuatu.

“Ada yang ingin bertemu dengan anda...”

“Oh, baiklah. Terimakasih Sakura-San. Akan segera kutemui dalam lima menit.” Aku masih duduk di balik meja dengan beberapa lembar berkas yang harus kuteliti sebelum akhirnya ku tanda tangani. Kulepaskan kacamata bingkai hitam yang sebelumnya terdiam nyaman diatas tulang hidungku.

“Ha’i” Jawab Sakura sembari meninggalkan ruanganku.

Sesaat kemudian aku bergegas merapikan berkas yang sudah dan yang belum bertanda tangan kupisahkan di dua tempat yang berbeda. Aku harus segera menemui klien yang meminta untuk bertemu denganku, dan biasa seperti ini jika ada klien yang ingin menitipkan bayi atau balita nya di kantor ku. Yahh begitulah.. aku memang bekerja di tempat penitipan bayi dan anak. Aku berposisi sebagai direktur. Bukan kantor yang besar, tapi cukup lumayan untuk sebuah perusahaan yang sedang berkembang ke arah yang lebih bagus. 

Lima tahun sudah aku berada kantor ini, mengembangkan sayap perusahaan ini setelah sebelumnya dikelola oleh direktur sebelum aku menjabat. aku memang menerapkan pelayanan dan keramah tamahan pada klien yang hendak menitipkan anaknya. Karena kedua hal itu lah yang akan membuat klien merasa aman dan nyaman untuk menitipkan buah hatinya. Karena hal itulah yang mungkin membuat perusahaan pentitipan anak ini menjadi semakin terkenal dan bisa memperkerjakan karyawan yang lumayan banyak. 

Kulangkahkan kaki menuju ruang tamu kantor, secepatnya kutemui klien yang hendak memakai jasa dari dari pekerja di perusahaanku. Sesampainya di depan pintu ruang tamu kantor aku merapikan sedikit pakaian dan tatanan rambutku agar lebih pantas dan beretika di depan tamu. Seraya berdehem aku membuka pintu ruang tamu dan menyapa sang tamu,

“Selamat siang...” Aku menyapa hangat dan tersenyum ramah kemudian berjalan mendekat ke arah mereka.

Ternyata sepasang tamu yang duduk di sofa empuk dengan menggendong seorang bayi kecil yang cantik. Mereka berdua langsung berdiri begitu mendengar salamku.

“Selamat siang...” Jawab sang tamu serempak dan saling menatap dan berjabat tangan,

Tunggu.

Aku merasa tak asing dengan tamu laki-laki ini, aku mengenalnya. Aku yakin...

“Manami...” Gumam sang tamu laki-laki.

“Errr....” Aku menatap lekat sembari mengingat-ingat sementara intonasi suaraku penuh dengan tanda tanya.

“Kau ingat padaku? Aku Ryota! Temanmu saat di bangku kuliah.” jawabnya dengan sangat antusias.

“Oh My....” Aku menepuk dahiku pelan. aku teringat dengan lelaki ini. Ternyata dia Ryota, teman pertamaku saat di kampus.

Akhirnya aku dan Ryota tertawa bersama.

“Bagaimana kabarmu? Sudah lama sekali kau tak terlihat.” Sambung Ryota, “Oh iya Istriku, Manami ini temanku saat di universitas, dan Manami... ini istriku dan bayi kecil ini putriku.”

Aku menjabat hangat tangan istri Ryota, dan menggoda pada gadis kecil yang berada di gendongan sang istri. Istri Ryota sangat cantik dengan rambut sebahu dan berhidung mancung seperti Ryota, sedangkan si kecil sangat lucu dengan celoteh nya yang tak pernah henti sembari menyunggingkan sebuah senyuman.

“Seperti yang kau lihat, aku baik-baik saja dan sehat.” Jawabku saat kembali terfokus pada pembicaraan yang akan berlangsung.

“Syukurlah.... Aku tak menyangka kita bisa bertemu disini.”

“Sama halnya denganku, aku juga tak menyangka bisa bertemu dengan teman lama di kantorku, Oh iya silahkan duduk kembali.”

Aku mempersilahkan Ryota dan istrinya untuk duduk di sofa dan memulai obrolan serius. Ryota berencana memakai jasa di perusahaanku untuk menitipkan putrinya yang bernama Mika dalam beberapa hari saat pagi hingga sore hari. Ryota mendapat tugas luar dari kantornya dan tidak memungkinkan membawa seorang bayi kecil yang nantinya pasti akan merepotkan pekerjaannya. Ryota mengatakan bahwa perusahaanku ini cukup terkenal dan mendapat banyak rekomendasi. Hingga akhirnya sampailah dia disini. 

Surat perjanjian penitipan, kesepakatan dan beberapa tetek bengek lainnya sudah selesai ditanda-tangani oleh kedua pihak. Lusa, Ryota akan menitipkan bayinya di kantorku untuk dijaga oleh pengasuh yang sudah kutunjuk dan disetujui oleh mereka berdua selaku orangtua dari bayi. 

Ryota dan istrinya segera berpamitan dan terlihat terburu-buru kembali ke hotel karena ada suatu urusan, jadi aku tak sempat untuk melanjutkan obrolan santai tentang kabar dan keadaannya selama ini. Kami berjabat tangan kembali dan mengantarkan mereka hingga di halaman kantor yang luas dimana mereka memarkirkan mobilnya.

“Kita akan bicara kembali setelah aku selesai dengan kesibukan kantorku. Oke Manami, aku pergi dulu...” Ryota memasuki mobil setelah meletakkan bayinya di kursi bayi di jok belakang kemudian membukakan pintu untuk istrinya.

Aku menganggukkan kepala dan melambaikan tangan pada mereka setelah mobil berjalan mundur dan meninggalkan halaman parkir kantor. Aku berdiri termenung setelah mobil benar-bener menghilang dari pandangan. Kehadiran Ryota yang tanpa diduga membuat kerinduanku terhadap seseorang kembali menguar. 

Aku masih memikirkannya.

Entah selama beberapa menit aku disini ketika tangis seorang bayi yang sedang diasuh oleh salah satu pekerjaku menggugah lamunanku. Aku tersadar dan harus segera kembali ke ruanganku untuk melanjutkan pekerjaanku yang sempat tertunda. Kuabaikan kembali pikiran yang sempat melintas dibenakku. Aku kembali larut setelah menempati kursi yang berada di balik meja kerjaku, pekerjaan hari ini tak terlalu banyak dan aku bisa sedikit bersantai sambil menyesap teh hijau hangat yang harum.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~                                                    
“Kanna... mari pulang Nak..” Sapaku pada gadis kecilku.

Hari sudah sore, semua bayi dan balita sudah diambil oleh masing-masing orang tuanya. Para pekerja juga sudah pulang, walaupun masih ada beberapa yang masih bekerja membersihkan ruangan-ruangan yang terlihat masih kotor.

Kanna.


Dia putriku, satu-satunya harta berharga yang kumiliki setelah keluargaku tiada. Usianya belum genap lima tahun dan ia tumbuh menjadi anak yang cerdas. Ah, hampir 5 tahun sudah aku hidup  bersama Kanna putriku.

Ayahku meninggal setelah beberapa hari aku kembali tinggal bersamanya. Sebelum meninggal Ayah berkata, bahwa beliau bahagia ketika aku mau hidup bersamanya untuk menghabiskan sisa hidupnya yang tak akan lama lagi. Dokter pribadi Ayah yaitu Fuji-Sensei tak pernah bercerita bahwa Ayah memiliki penyakit yang sudah stadium akhir. Ayah yang meminta Fuji-Sensei untuk tak menceritakannya padaku, jadi aku hanya bisa menyesali semua yang pernah terjadi. Menikmati duka yang begitu mendalam, seperti saat aku kehilangan ibuku.

Jadilah aku sebatang kara tanpa keluarga hingga teman Ayahku menawarkan untuk tinggal bersama keluarga mereka. Namun aku menolak dengan halus dan lebih memilih untuk tinggal sendiri dan kembali lagi memulai semuanya dari awal. Tak kurang akal teman Ayahku yang bernama Yakumi-San menawarkan pekerjaan untukku yang saat itu memang membutuhkan sekali pekerjaan. Pekerjaan yang sampai saat ini masih kugeluti. Aku mengiyakan dan ditempatkan di posisi sekretaris karena aku lulusan universitas. Prestasiku dipandang bagus walaupun saat itu aku hidup dengan penuh pandangan aneh oleh beberapa orang yang heran melihat statusku. Tapi aku tetap bekerja dengan gesit walaupun saat itu perutku membesar karena janin yang tumbuh berkembang didalam perutku.     
           
Hingga beberapa bulan kemudian gadis kecilku lahir kedunia dengan selamat dan tangisannya yang melengking merdu. Aku sangat bahagia dengan kehadirannya dan itu membuatku semakin giat bekerja untuknya. Aku masih bisa bekerja dan tetap mengawasi putriku di kantor. Yah setidaknya hatiku bisa tenang saat bekerja karena diasuh oleh pengasuh yang profesional dan menyayangi anak kecil. Dan hal itu yang membuat karirku semakin menanjak dan membuat Yakumi-San selaku pemilik dan direktur saat itu merasa sangat puas. Sehingga jabatanku meningkat menjadi wakil direktur dan semakin membuatku bersemangat dan bekerja keras demi perusahaan ini. Hingga sekitar dua tahun yang lalu, Yakumi-San memutuskan pensiun dan memerintahkan tampu jabatannya sebagai direktur diberikan kepadaku.  Aku tak menyangka dan sangat terharu dengan kebaikan hati Yakumi-San. Beliau benar-benar menganggapku seperti putri kandungnya. Ia mempercayakan perusahaan kepadaku yang notabene adalah hanya orang asing yang diangkatnya sebagai anak.

Yakumi-San pernah berkata kepadaku.

“Kau pekerja keras dan dapat dipercaya seperti Ayahmu, aku tak akan salah memilih seorang pemimpin yang akan memimpin perusahaanku. Kelola lah dengan baik dan jadikan pekerjaan ini hidupmu. Cintailah perusahaan ini seperti kau mencintai cucuku Kanna...”

Aku sangat terharu dengan kata-kata Yakumi-San dan berjanji untuk melakukan apa yang sudah beliau percayakan kepadaku. Bahkan beliau juga menganggap Kanna sebagai cucu kandungnya. Dan Kanna pun sangat akrab dengan Yakumi-San ketika sesekali aku mengajak Kanna mengunjungi rumah Yakumi-San. Kanna juga mengenali Yakumi-San sebagai kakek yang sangat menyayanginya. Meski begitu aku tak pernah lupa mengenalkan kakek dan nenek kandungnya mesti hanya lewat beberapa lembar foto yang sudah terbingkai cantik.

Kucurahkan kasih sayang penuh kepada putri kecilku yang semakin hari semakin tumbuh besar dan cantik. Rambutnya tergerai panjang dan lebat, wajahnya sangat manis dihiasi mata yang bulat. Banyak yang mengatakan Kanna berwajah mirip denganku, tentu saja Kanna putriku jadi ia sangat mirip denganku, Ibunya.

“Ibu...”

Kanna memanggilku di kursi penumpang belakang dengan boneka teddy bear yang menemaninya. Seatbelt ganda melingkar di pundak dan di perutnya saat aku berkonsentrasi menyetir mobil.

“Iya sayang...” Jawabku pendek

“Aku rindu pada Kakek Yakumi, maukah Ibu mengantarku kesana?” 

“Tentu saja Kanna, Ibu juga sudah rindu pada Kakek Yakumi. Ingatkan Ibu untuk membawakan makanan kesukaan Kakek ya..”

“Asiiik.... terimakasih Ibu...” Jawab Kanna sembari memeluk erat boneka kesayangannya. Wajahnya terlihat sangat senang dengan senyum lebar di wajahnya. 

Tak berapa lama suara senyap berganti dengkuran halus yang keluar dari bibir Kanna, ia tertidur pulas di jok mobil. Mungkin ia sudah lelah setelah seharian beraktifitas di sekolah taman kanak-kanak yang berada di satu kantor dengan perusahaanku. 


To be continued

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Wohooooo... sapa yang udah kangen sama chapter ke 3759357293549858273895 pathetic girl? Ini permintaan kalian sudah daku wujudkan (brasa om jin, hahaha)

Masih mau lanjutan kan? Iya kan? Iya dong...

Nah kalo masih mau lanjutan boleh dong minta komen, hahaha... 

Kalo komennya banyak lanjutannya cepet, kalo yang komen dikit lanjutannya kayaknya bakalan lama. Hahahaha

Beberapa malem kemaren saya galau abis gara-gara saya kepikiran sama rencana main ke jakarta mampir ke ennichisai trus backpacker ke Bogor dan Cilegon. Dan akhirnya batal deh itu rencana karena kerjaan ga bisa ditinggal dan ada hal lain dan sebagainya. Mungkin lain hari saya bisa backpacker  kemana gitu, Bali kek Lombok kek. Yang penting bisa mewujudkan balas dendam karena kecewa batal pergi ke jakarta. Tapi setelah gajadi pergi, galau tiba-tiba ilang dan jadi semangat buat nulis ff.

Oke. Trimakasih ya kopi. Berkat kamu ff ini ada lanjutannya. Hehehehe
.
.
.
Selamat Malam
.
.
.
Terimakasih Sudah Berkunjung
.
.
.
Kapan-kapan Main Lagi ya.....
.
.

6 komentar:

  1. yes.. dikontinyuin.. haha si toru sama taka kumaha eta mba kelanjutan nasibna? si manami na ujug ujug boga buntut? #kemudianroaming
    ga sabar next chapternya

    BalasHapus
  2. Mbakk si taka kemana mbakk ???

    BalasHapus
  3. mbak, itu Manami hamil sama Taka ya?? /ehh/ :P
    huhuuu..... terus nasib Taka gmana dong??
    terus gimana bisa Manami ditinggal Taka??
    hehhe.kebanyakan terus :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehe jawabannya ada di chapter selanjutnya dek. ikutin yak :D

      Hapus

Feel free to comment... silahkan....