A Pathetic Girl with a Stubborn Boy Chapter VIII
Author : Parasarimbi
Genre : Romantic
Length : Chapter by Chapter (belum ada rencana sampai chapter berapa)
Cast : Manami as Donna
Taka
Toru
Ryota
Tomoya
Disclaimer : Cerita punya saya, tapi tokoh bukan punya saya. Fanfiction One Ok Rock ini dibuat hanya untuk koleksi dan kesenangan semata.
~~~~~~~~~~~~~~~~
Pukul 8 pagi aku baru terbangun
setelah semalaman aku tidur sambil berpelukan dengan Taka dan saling berbagi
selimut. Tidurku semalam sangat nyenyak dan tak pernah selelap ini dengan
hadiah berupa mimpi yang tak bisa kujabarkan. Segalanya terasa indah.
Lengan kiri Taka menjadi bantal
di kepalaku, dan aku memeluknya layaknya guling yang ada di kamar tidurku. Taka
juga memelukku dengan tangan kanannya. Tidur dengan posisi miring dan wajah
saling berhadapan membuatku bisa merasakan hembusan nafas yang keluar dari
hidung Taka. Seolah kami sama-sama saling berbagi hembusan napas. Tidak terjadi
apa-apa semalam. Taka benar-benar membuktikan ucapannya bahwa ia tak akan
macam-macam padaku. Taka memang laki-laki yang baik..
Aku bangkit dari tidurku dan
duduk di tepi ranjang, aku menoleh ke arah wajah Taka, Taka masih terpejam.
Sepertinya ia memang sangat lelah dan aku sama sekali tak ingin membangunkannya.
Sesaat kemudian aku beranjak menuju kamar mandi, dan melakukan aktifitas
layaknya orang mandi dengan peralatan mandi di kamar losmen yang seadanya. Tak
lama sekitar 15 menit berlalu, badanku sudah segar dan wangi sehabis mandi. Dengan
handuk di yang menggantung di leherku, aku keluar dari kamar mandi dan
mendapati Taka tengah terduduk di sofa dan tersenyum padaku.
“Kau sudah bangun?”
“Seperti yang kau lihat. Sudah,”
Jawab Taka singkat
“Bagaimana tidurmu? Nyenyak?”
“Tak pernah se-nyenyak ini
bersamamu...”
Jujur aku sangat tersipu malu
mendengar Taka mengatakan hal itu. Aku hanya tersenyum simpul menanggapi
jawaban Taka dan seakan salah tingkah.
“Dan... aku tak perlu menanyakan
tidurmu nyenyak atau tidak, karena semalam kau sama sekali tak mau melepaskan
pelukanmu padaku. Aku sangat senang...”
“.....” Aku tak menjawab apapun,
bingung harus mengatakan apa lagi. Aku benar-benar semakin salah tingkah.
“Baiklah, aku akan mandi dulu setelah itu kita sarapan dan kembali melanjutkan
perjalanan,” Ujar Taka sambil menepuk bahuku dan berjalan melewatiku menuju
kamar mandi..
Aku hanya mengangguk sambil
tersenyum, kemudian Taka masuk kedalam kamar mandi dan terdengar shower
dinyalakan setelah beberapa saat.
Aku menuju jendela kaca losmen
dan menempelkan keningku di jendela, dibawahnya terlihat hiruk pikuk kesibukan
di jalanan. Ingatanku seakan kembali saat Taka mengatakan kalimat yang membuat
jantungku selalu berdegup. Perasaan ini kurasakan seperti kembali ke masa saat
kurasakan masa remaja yang indah. Jatuh cinta? Aku tak mengerti. Sejak beberapa
tahun menutup diri dan menutup hati aku serasa lupa rasanya jatuh cinta.
Aku adalah lelaki yang
menginginkanmu melebihi lelaki lain di dunia ini....
Aku adalah lelaki yang
menginginkanmu melebihi lelaki lain di dunia ini....
Aku adalah lelaki yang
menginginkanmu melebihi lelaki lain di dunia ini...
Aku adalah lelaki yang
menginginkanmu melebihi lelaki lain di dunia ini...
Aku adalah lelaki yang
menginginkanmu melebihi lelaki lain di dunia ini....
Kata-kata itu selalu terngiang
tanpa kusadari, dan sepertinya Taka membuat duniaku beralih kearahnya. Ada
sesuatu yang bergetar dalam dadaku, apakah aku mulai menaruh hati pada lelaki
ajaib ini? Entahlah...
Tapi kata-kata itu cukup membuat
mood-ku sangat baik hari ini. Terimakasih Taka.
~~~~~~~~~~
Beberapa jam telah berlalu. Aku
dan Taka sudah berada dalam mobil untuk melanjutkan perjalanan setelah
sebelumnya pergi ke sebuah kedai okonomiyaki untuk sarapan pagi dan berhenti
sejenak di fashion store untuk membeli beberapa baju untuk ganti.
Flashback beberapa waktu yang lalu.
Taka tak mengatakan apapun ketika ia berhenti
di depan fashion store selain memintaku untuk menunggunya di dalam mobil. Tak
lama sekitar 20 menit, Taka sudah muncul keluar dari pintu fashion store sambil
membawa dua buah kantong plastik lumayan besar yang ia bawa di tangannya. Setelah
masuk mobil Taka menyerahkan salah satu kantong plastik kepadaku.
Aku terheran-heran dan memandang Taka dengan
wajah kebingungan.
“Ini untukmu, untuk kau pakai selama beberapa
hari kedepan...”
Aku melongok ke dalam isi kantong plastik
itu, terlihat ada 3 helai dress selutut dengan berbagai motif dan warna. Taka
membelikanku ketiga dress itu dan tentu saja ia yang memilih sendiri dress itu.
Sedangkan Taka terlihat membeli beberapa potong kaos polos dan celana jeans
hitam saat ia menunjukkan kepadaku isi dalam kantong plastik yang dibawanya.
Tunggu... aku melihat di kantong plastik milikku ada kantong plastik lagi
didalamnya, namun dengan ukuran lebih kecil.
Aku penasaran dan mencoba membuka
isinya....
Ya ampun... aku malu sekali....
Taka juga membelikanku beberapa potong
pakaian dalam.
Aku malu....
Namun sepertinya Taka tanggap melihat raut
wajahku yang berubah.
“Maaf aku tak mengerti berapa masing-masing
ukuran....” Taka terlihat kikuk.
Kupotong perkataan Taka dengan cepat...
“Ahh.... ya ya ya... tak apa-apa Taka.
Sepertinya memang cukup untukku...” Aku berkata tak kalah kikuk.
Flashback end
~~~
Waktu terasa begitu cepat dan
siang telah berganti menjadi senja hari. Walaupun seluruh badanku terasa lelah
karena perjalanan jauh tapi aku merasa segar kembali ketika aku sampai di
sebuah bangunan besar bercat putih bertuliskan ‘Rumah Sakit Nagawa’. Aku tak
sabar untuk bertemu kembali dengan Ayahku yang dulu kubuang dalam ingatanku
jauh-jauh.
Begitu sampai di lobby hotel,
Taka menggandeng tanganku dan menggenggamnya erat seolah memberiku sebuah
kekuatan agar pertemuanku dan Ayahku berjalan dengan baik karena Taka tahu
bahwa aku sedikit gelisah.
“Semua akan baik-baik saja
Manami...” Bisik Taka.
“Kuharap begitu..” Sahutku
singkat.
Setelah melewati koridor dan
beberapa kamar dan bangsal rumah sakit, kini sampailah aku dan Taka di depan
sebuah kamar bertuliskan nama...
“OKU T - San.”
Nama Ayahku.....
Taka mendahuluiku masuk ke kamar
rumah sakit, dan aku mematung di depan pintu. Aku merasakan kegalauan teramat
sangat. Aku ragu-ragu untuk menginjakkan kaki dan menemui Ayah secara langsung.
Hatiku gamang sekali.
Karena tak kunjung masuk, Taka
muncul di pintu masuk kamar Ayahku dan menarik tanganku agar segera masuk dan
bertemu Ayahku. Dan disinilah aku.....
Kulihat Ayahku sedang duduk di
ranjang rumah sakit dengan posisi membelakangi pintu masuk. Ayah sama sekali
tak terlihat terganggu dengan kehadiranku dan Taka. Seperti patung hidup yang
kulihat dari Ayahku. Aku bisa melihat dari rambutnya yang kini memutih penuh
uban walaupun aku belum bisa melihat bagaimana wajah Ayahku yang sekarang.
Taka mendekat ke Ayahku dan
berdiri menghadap langsung face to face...
“Paman... Ini aku Taka. Aku
kembali lagi untuk melihat keadaanmu...” Sapa Taka sambil membenahi kerah
piyama rumah sakit Ayahku yang terlihat kurang rapi.
“.......................”
Tak ada jawaban.
“Bagaimana kabar Paman? Apakah
Paman makan dengan baik? Maaf, agak lama aku tak mengunjungimu karena suatu
hal....”
“........................”
“Apakah Suster dan Dokter disini
merawat Paman dengan baik pula? Tadi aku bertemu Fuji Sensei di lobby hotel
tapi tak sempat menyapanya karena terlihat buru-buru.”
“..........................”
Hingga beberapa kali Taka
mengajak Ayahku berbicara, tak sedikitpun Ayah meresponnya. Entah itu suara
atau gerakan. Taka seperti berbicara dengan patung. Hal itu yang membuatku
sangat bersedih mengetahui Ayahku yang sakit sedemikian parah. Hingga tak
terasa isakan demi isakan keluar dari mulutku, dengan air mata yang turun tanpa
permisi. Aku miris melihat keadaan Ayah, seharusnya Ayah tak perlu sakit
seperti ini. Ayah adalah seorang laki-laki yang gagah dan berwibawa, tak
seharusnya ia berubah menjadi seperti ini.
“Paman... Maafkan aku jika
mengunjungimu tanpa membawa buah tangan apapun seperti biasanya.....”
“....................”
“Tapi Paman... aku membawa
seseorang yang sudah lama Paman rindukan. Paman lihat... aku sudah membuktikan
janjiku untuk membawa seseorang kembali pada Paman....” Ujar Taka dengan mata
berkaca-kaca.
“......................”
“Paman.... Putrimu Manami.....”
“..................”
“Ia sudah disini bersama Paman,
aku yang membawanya kesini untuk Paman.... Paman tolong jawab aku Paman....!”
Nafas Taka tersengal-sengal, Taka terlihat emosional dan air matanya menetes.
“Paman... tolong bicaralah
Paman...!!! Tolong jangan diam saja. Bicaralah Paman....!” Taka
mengguncang-guncang bahu Ayahku, berharap kesadaran Ayahku pulih.
“....................”
“Paman kumohon... bicaralah.....
Manami ! Kemarilah dan bicaralah pada Ayahmu... !!! “ Taka mulai melepas
cengkramannya pada bahu Ayahku kemudian menarikku ke hadapan Ayahku.
Aku berjalan mengikuti seretan
tangan Taka, agak berat saat kakiku melangkah ke hadapan Ayah. Namun saat aku sudah
berada tepat di depan Ayah...
Oh Tuhaaaan.... Ayahku terlihat
menyedihkan sekali. Raut wajahnya yang dulu tampan telah berubah menua dari
usia yang sebenarnya. Dan seperti tak menganggap ada orang di depannya. Pandangan
matanya kosong ke depan dengan bola mata yang tak bergerak meskipun beberapa
kali berkedip.
“Ayah....” Aku mulai bersuara.
“...........”
“Ayah, ini aku....” Aku menangkup
wajah Ayah dengan kedua telapak tanganku, menghadapkan wajahnya agar bisa
melihatku yang ada di hadapannya.
“Kenapa bisa seperti ini
Ayah.....?”
“.............”
“Ayah... ini aku putri Ayah..
ingatkah Ayah padaku?” Tanganku beralih ke bahu Ayah dan mencoba mengguncangkan badan Ayah.
Bola mata Ayah mulai bergerak
naik turun.
“Aku putri Ayah. Aku Manami....
Ayah....” Sentakku.
”Mmmm.....” terdengar gumaman kecil dari bibir Ayah.
Ayah mulai merespon panggilanku.
Taka mendekat kesampingku dan
menyemangatiku untuk selalu mengajak Ayah berbicara.
“Ayahhhhh.... dengarkan aku . Aku
Manami Ayahhh...”
“Mmmaan.......” Ayah bergumam
lagi.
“Manami Ayah.... “ Telapak
tanganku kembali menangkup wajah Ayah, kugerak-gerakkan wajahnya agar bola
matanya tertuju padaku.
“Ayah lihat aku.... “
Bola mata Ayah berputar-putar
beberapa kali hingga kini bola mata Ayah tertuju padaku.
“Ayah...” Ucapku lirih, berharap
Ayah segera menyadari bahwa didepan matanya adalah putrinya yang telah lama pergi
menghilang.
“Mmmaanam.....mih......”
Ayah memanggil namaku terbata-bata.
“Iya Ayah ini Manami.. Ayah ingat
padaku...???” Air mataku kembali turun dengan derasnya.
“Manamihhh... Manamihh.....” Ayah
mulai meracau.
To be Continued......
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Haduhhh maaf banget ya telat
ngepost buat yang udah ga sabaran sama chapter 8. Kerjaan di kantor super sibuk
banget, jadi pas mau lanjutin nulis efef udah mayan kecapekan. Dan sore tadi
jam 3 sore sampe jam 7 malem saya tidur kayak orang pingsan dan bangun-bangun
badan anget lagi #curcolauthor
Dan demi menepati janji sama
reader yang minta chapter 8 segera dipost kan, nahhh udah dipost kan...?
Trimakasih yah masih mendukung & semangat ngikutin cerita pathetic girl
serta sabar menunggu. hehehehe
Sebenernya chapter 9 udah ada
sih, Cuma perlu perbaikan aja. Moga-moga bisa diposting secepatnya yak.. Karena
emang bulan Maret ini bakalan sibuk banget dengan kerjaan di kantor yang bikin
pala nyut-nyutan.
Terimakasih buat para reader juga
yang doain kesembuhan diriku di twitter, I love you all mamen...
(Nambahin lagi... waktu nulis yang pas bagian Manami, Taka sama Ayah Manami itu pas lagi dengerin Heavenly Days nya Aragaki Yui. Duhhh tiba-tiba nangis sendiri. Keknya saya terhanyut sama ceritanya hahaha)
(Nambahin lagi... waktu nulis yang pas bagian Manami, Taka sama Ayah Manami itu pas lagi dengerin Heavenly Days nya Aragaki Yui. Duhhh tiba-tiba nangis sendiri. Keknya saya terhanyut sama ceritanya hahaha)
.
.
Selamat malam.
.
.
Kapan-kapan Main Lagi Ya....
.
.
Disclaimer: Cerita punya mbaa Widi, dan Taka hanya punya saya :D Haahahahahapaaseeeh.
BalasHapusArigatou gozaimasu mbaa :D
Jangan nangis dong mbaa, kan aku jadi ikutan sedih -_-
Hahaha, katanya kemaren Toru, sekarang ganti Taka lagi??? ah dasar kamu ga setia.... :p
Hapushehe arigatou buat apa inih?
nangis dikit gpp, menghayati banget itu kemaren pas bikin. hahaha
Yaudah, Toru juga :D TAKAkakakakakakkakakaka.
HapusArigaatou karena mbaa udah ngeposting ini sebelum hari jumat :D Ckckck
Iya sii, sedih. Manami-nya menderita, tragis banget idupnya *geleng2 pala*
Ah ga boleh dong, satu aja. tar yang laen ga kebagian. #eh
Hapushahahaha
Oh.. emang dulu diriku janji ngeposting hari Jumat ya? suer ini lupa beneran.
Hooh ya tragis banget idupnya Manami, tapi untungnya sih cuman dalam efef. wkwkwkwk
Yaudah, pindah ke bang ryota dulu ah, hahaha :D
HapusEmang gak bilang hari jumat sii, tapi mbaa kemaren ngomongnya mau seminggu lagi :D
Tapi hepi ending kan mbaa ??
Hahahaha, aku dukung tuh kalo pindahnya ke dedek Ryota. hahahaha
HapusOh gitu ya... lupa banget sih waktu ngomong itu, haduhh gara-gara banyak kerjaan jadi lupa apa-apa deh...
Ahhh ada dehhh, hepi ending ga yaaaa....
dari judulnya aja roman-romannya sih keknya ga enak ya...
hahaha
Yaudah mbaa, aku sama bang ryota dulu,hahaha :D
HapusSama mbaa, sepertinya minggu-minggu sekarang aku gak bakal ngerengek lagi mina dicepetin FF nya, haha, soalnya udah puyeng banget -___-
Iya gak enakin ajah mbaa, biar tragis banget, haha. Okelah mereka mau nikah terus ayah manami sembuh, tapi pas mau nikah bapanya manami sama si taka mati di hari pernikahannya. Dan manami gila, hahahaha :D *evil smirk*
Oke deh, beneran loh ya sama dedek Ryota dulu.
HapusPokoknya ga boleh pindah-pindah ke Babang Toru, Babang Tomoya, apalagi sama masTAKA. wkwkwkwkwkwk. #pemaksaaaaaan
Hehehe, makasih loh pengertiannya.
Tapi tetep kok ga bakalan lupa ngeposting selanjutnya. Pasti bakalan tetep muncul chapternya selanjutnya.
Wakakakakakaka, tragis. ironis. bikin nangis. dan author meringis.
TAKAkakakakakaka
Mungkin minggu depan sama bang tomo, haha. Gapapa yah mbaa, ckckckck.
BalasHapusOke mbaa, makasih juga udah pengertian sama adekmu yg cerewet inih :D
Gimana mbaa? Endingnya di tragisin ajah yah mbaa? Haha.
Taka dan ayah manami mati pas Taka sama Manami mau nikah mbaa, ya ya ya?? Hihi.
Terus manami nya jadi gila weh :D ya ya ya :D
Ah ga setia bener sih kamu. paling minggu depannya lagi balik sama mas TAKA.
Hapusyoyoi dehhhh... masama
Gimana yaaaaa, di tragisini ga yaaaa....
wait and see ajah. hahaha
kereeenn mbaaa ...
BalasHapusaq pembaca baru efef mu lohh ...
semangatt yaa buat cerita OORnya ^^
syapppp :D
Hapus