Loves Around
Me
Author : Me / Parasarimbi
Genre : Find this here.
Lenght : Oneshoot
Main Cast : You, Toru, Taka,
Tomoya, Ryota, Alex
Disclaimer : Story is mine ya :D
Cinta itu sebenarnya dekat. Cinta berada di
sekitarmu, namun kau tak akan bisa menemukannya karena kau masih sibuk
memperhatikan cinta yang jauh.
~~~~~~~~~~~~~~
7 bulan ini aku menanti
kepulangan kekasihku yang sedang melanjutkan studinya di Amerika Serikat. Aku
sangat merindukannya, dan ingin dia segera kembali. Walau begitu aku tak merasa
kesepian karena ada empat laki-laki yang selalu setia menemaniku. Keempat
laki-laki ini bernama Toru, Taka, Ryota dan Tomoya. Kami berlima bersahabat
sejak kami duduk di bangku sekolah elementary school tingkat 4. Mereka berempat
yang selalu menghiburku disaat aku merasa bahwa kondisi hatiku kurang baik.
Banyak sekali hal-hal dan
waktu yang kuhabiskan dengan mereka
berempat, apalagi rumahku ini terbuka untuk siapapun dan menjadi basecamp untuk
kami berlima. Ayah dan Ibuku sudah menganggap mereka berempat seperti anak
kandung sendiri, karena memang orangtuaku tidak memiliki anak laki-laki. Yah
seharusnya orangtuaku juga memiliki seorang putra yang lahir tiga tahun sebelum
kelahiranku, tapi takdir berkata lain ketika kakakku dilahirkan dan 2 jam
kemudian kakak laki-lakiku meninggal dunia. Praktis hanya akulah putri yang
dimiliki oleh orangtuaku satu-satunya dan menjadi anak kesayangan mereka.
Baiklah.
Kuceritakan satu persatu tentang
keempat sahabatku ini.
Yang pertama adalah Toru.
Ia
berpostur jangkung dan juga tegap, rambutnya ia cat warna pirang dan kuakui dia
paling manis diantara keempat sahabat laki-laki yang kumiliki. Menurutku Toru
itu adalah sosok laki-laki yang figurnya hampir mendekati figur tokoh anime,
untuk yang satu ini aku benar-benar jujur mengatakannya. Toru adalah sahabat
yang paling dekat denganku, aku suka sekali menceritakan tentang apa saja
dengan Toru karena ia pendengar yang baik. Dan aku tak memiliki rasa canggung
ataupun sungkan padanya, tapi itu semua berubah ketika negara api menyerang..
ah bukan-bukan itu. Bukan gara-gara Naruto penyebabnya, namun kekasihnya yang
galak lah yang membuatku dan Toru sedikit menjaga jarak hanya demi menjaga
perasaan kekasihnya. Ah aku heran sekali kenapa gadis Toru ini sangat cemburuan
padaku? Padahal ia sendiri yang dulu meminta bantuanku untuk memberikan
kado-kado dan surat untuk diberikan pada Toru untuk menarik perhatiannya.
Hingga saat Toru dan gadis itu berpacaran,
kedekatanku dan Toru menjadi kurang intim. Ah aku jadi kurang respek dengan kekasih Toru,
namun selama persahabatanku dan Toru tetap berjalan aku tak akan pernah memprotes
tindakan kekasih Toru yang kurasa agak berlebihan. Jangan sampai kekasih Toru
itu membatasi pergaulanku dengan Toru, memang dia pikir dia siapa? Aku yang
lebih dulu mengenal Toru, seenaknya saja mengatur-atur. Huh!
Ah memang dasar wanita, aku tak
mengerti jalan pikiran satu dengan yang lainnya walaupun aku sendiri juga
seorang wanita. Tapi kuakui aku tidak serumit mereka. Aku lebih simpel dan easy
going, mungkin karena faktor dari
pergaulanku dengan laki-laki terutama keempat sahabatku ini. Sehingga membentuk
kepribadianku yang seperti ini.
Sudahlah.. akan kulanjutkan
kembali ceritaku mengenai sahabatku. Here we goes...
Yang kedua adalah Ryota.
Aaaak...
aku sangat mengagumi hidung mancungnya selain senyumnya yang sangat manis. Aku juga
sangat menyukai senyum ramah Ryota, ah aku jadi ingin memiliki senyum itu.
Bahkan Ayahku juga sangat menyukai Ryota karena ia yang tersopan diantara keempat
sahabatku. Oh iya.. Ryota yang kukenal sangat pendiam jika berada di sekitar
orang-orang yang kurang dikenalinya, hal itu sangat bertolak belakang jika ia
sudah berkumpul bersama berlima. Mungkin karena memang ia tidak suka berada di
keasingan walaupun sebenarnya Ryota adalah pribadi yang lepas dan menyenangkan.
Aku sendiri kurang begitu mengerti ia sudah punya kekasih atau belum karena ia
tak pernah bercerita hal apapun tentang wanita dan aku tak pernah memaksanya
untuk bercerita jika bukan ia sendiri yang menceritakan. Oh iya ada satu lagi
sifat ryota yang unik, yaitu suka menghibur dengan membuat mimik muka yang aneh
dan konyol hingga membuat kami berempat tertawa terpingkal-pingkal melihat
kelakuan ajaibnya. Masih ada lagi, aku suka sekali saat ia berteriak dan
mengatai salah satu dari kami dengan kata “BAKAYARO!!!” hahahahaha.
Selanjutnya adalah Tomoya.
Si moodbooster yang selalu membuat mood
kami selalu menyenangkan jika bersama. Tomoya selalu memberikan lelucon-lelucon
yang kadang membuat tertawa hingga sakit perut dan terkadang lelucon garing
yang hanya mampu membuat sudut bibir terangkat sedikit karena leluconnya memang
tidak lucu. Hahahaha. Kujabarkan sedikit
tentang bagaimana Tomoya itu, ia tertinggi ketiga setelah Ryota. Rambutnya yang
panjang tak pernah sepi dari warna-warna ajaib cat rambut. Entah aku tak
mengerti apa fungsi dari cat rambut itu, kenapa ia suka sekali menggunakannya.
Ia selalu terlihat sama seperti Ryota yang hobi mengecat rambut yang sama-sama
panjang dan mempunyai sifat yang sama-sama konyol. Mereka berdua memang seperti
soulmate dan sepertinya ditakdirkan untuk menjadi soulmate. Tomoya suka sekali
bercerita padaku tentang gadis yang ia sukai di kampus tempatnya menimba ilmu.
Tomoya mengatakan bahwa ia sudah lama sekali mengamati gadis itu diam-diam
tanpa berani sekalipun untuk menyapanya dahulu. Ah dibalik sifat konyolnya ternyata
terpendam sifat pemalu yang tidak bisa ia hilangkan sejak kami bersahabat dulu.
Ia selalu begitu, sering gagal dalam asmara karena sifat pemalunya.
Ah sepertinya sudah cukup untuk
kuceritakan masing-masing sahabatku ini, tapi tunggu ! Sepertinya aku
melewatkan satu orang. Biar kuingat... Ah dan ternyata memang terlewat satu
sahabatku lagi. Akan kuceritakan tentangnya..
Taka.
Lelaki ini bertubuh paling
kecil diantara mereka bertiga. Berambut keriting. Wajahnya terlihat paling
arogan dan angkuh diantara mereka, namun begitu aku sangat iri dan ingin
memiliki kulitnya yang sangat putih dan halus itu. Sahabatku ini yang juga
memiliki sikap yang tak bisa kumengerti. Terkadang menyenangkan mengobrol
dengannya dan lebih sering adalah ia selalu ketus dan sangat cuek dan terkesan
tak perduli. Mungkin jika bisa kugambarkan sedikit wajahnya seperti memberi
jawaban “apa urusannya denganku?” yahh mungkin seperti itu. Tapi satu hal yang
pasti, ia adalah sahabat yang setia. Jika salah satu dariku atau ketiga teman
yang lainnya sedang dalam kondisi down dan sangat bersedih, ia pasti akan
selalu berada disisi dan tak akan beranjak jika ia tak diminta untuk pergi.
Walaupun ia hanya duduk diam tanpa berkata sepatah katapun untuk memberi sebuah
kata penyemangat ataupun solusi, tapi itu sudah cukup bagiku untuk membuktikan
bahwa dibalik sikapnya yang dingin tersimpan sebuah kehangatan dihatinya. Dan....
terakhir akan kuceritakan salah satu sifat buruknya. Playboy. Dia suka sekali
berganti-ganti kekasih dalam kurun waktu yang tak lama, tapi aku curiga bahwa
itu hanya sekedar mulut besar Taka saja karena aku sendiri tak pernah melihat
ia berjalan bersama kekasihnya.
Sewajarnya manusia, selalu ada
plus dan minus bukan?
Dan akan kuceritakan tentang
diriku, setelah aku menceritakan keempat sahabat lelaki-ku yang menurutku
adalah sahabat yang terbaik sedunia.
Aku adalah seorang gadis yang
biasa-biasa saja. Aku gadis normal biasa yang kadang suka memakai miniskirt
ataupun dress. Tapi... aku sendiri kurang begitu menyukai make-up dan sering
tampil polos hanya dengan sapuan bedak dan sedikit lipgloss di bibirku. Aku
berambut panjang sepunggung dan suka membiarkan rambutku yang terurai diacak-acak
oleh angin, tapi jika sedang bosan
dengan rambut terurai aku suka mengikat rambutku secara asal-asalan. Nah aku
memang benar-benar cuek kan? Kata Toru, aku ini lumayan cantik. Sedangkan kata
Ryota dan Tomoya aku ini cukup kawaii, tapi apa kata Taka? Ia hanya bilang
bahwa aku biasa-biasa saja dan kalah cantik dibanding kekasihnya. Menyebalkan.
Aku sendiri tak mengerti kenapa
keempat laki-laki ajaib itu bisa bertahan untuk menjalin persahabatan denganku
selama sebelas tahun. Awal persahabatan kami adalah saat umur kami 10 tahun dan
hingga sekarang ini kami sama-sama 21 tahun. Sebelas tahun bukan waktu yang
singkat untuk kami saling mengenal pribadi masing-masing dan mencoba menyatukan
semua perbedaan lima isi kepala dalam satu tujuan.
Ah iya ngomong-ngomong aku ini
suka sekali dengan fotografi, jadi kamera pocket atau SLR yang tersimpan di tas
ransel yg selalu setia menemaniku kemanapun dan dimanapun. Kebetulan salah satu
kamar di lantai dua rumahku kosong, jadi kamar itu kusulap menjadi kamar gelap
untuk nantinya mencetak semua foto-foto hasil jepretanku. Dan kamar gelap itu
bersebelahan dengan studio yang biasa digunakan teman-temanku berempat untuk
bermain musik. Saat teman-temanku sedang perform di kafe ataupun festival, aku
selalu hadir dan memotret aksi keren mereka.
Studio? Yap studio musik. Kamar
kosong yang cukup luas di lantai dua rumahku memang kosong, dan disulap oleh
mereka menjadi studio musik yang berisi alat-alat musik milik mereka sendiri. Tentu
saja pembuatan studio musik di lantai dua itu sudah mendapat ijin Ayah dan
Ibuku, malah mereka dengan senang hati memberi fasilitas berupa peredam suara
agar suara musik tidak menggema dimana-mana. Itulah mengapa rumahku menjadi sebuah
basecamp mereka.
Bukan bermaksud sombong ataupun
pamer, bisa dibilang aku ini adalah manajer merangkap fotografer mereka. Tapi sepertinya aku hanya bercanda jika aku
mengaku sebagai manajer mereka, terlalu berat bagiku untuk menyandang sebuah
gelar manajer. Manajer yang kumaksud disini adalah jika ada pihak kafe maupun
festival ingin mengundang keempat teman-temanku untuk perform, maka orang
pertama yang bisa dihubungi adalah aku.
Aku belum bercerita bukan apakah
aku sudah mempunyai kekasih atau belum? Ahh biar kuceritakan kalau begitu.
Kekasihku bernama Alex. Lelaki yang
dalam darahnya mengalir setengah Amerika dan Jepang. Alex sangat tampan dengan
wajah setengah bule yang membentuk wajahnya. Aku sangat menyayangi Alex
sewajarnya kekasih dan hubunganku dengan Alex sudah berjalan hampir satu tahun.
Akan kuceritakan bagaimana awalnya aku bertemu dengan Alex.
.
.
Saat itu aku sedang menemani One
O’Clock atau keempat temanku perform di sebuah festival di kampus yang lumayan
terkenal. Ratusan penonton dari segala tempat menghadiri festival itu dan aku
cukup antusias untuk melihat dan mengabadikan aksi teman-temanku yang nantinya
akan kucetak dalam bentuk lembaran foto.
Aku masih menantikan pertunjukan
teman-temanku yang masih berada pada giliran nomor empat, dan aku masih sibuk
untuk mengutak-atik kameraku agar bagus saat memotret teman-temanku nanti. Band
yang sekarang sedang tampil dan mendapat nomor urut tiga ini sedikit mencuri
perhatianku saat salah seorang gitarisnya mengarahkan mata dan senyumnya
kearahku. Aku masih tidak sadar karena aku masih sibuk dengan kameraku,
sementara para penonton di belakangku sudah histeris dan menikmati alunan lagu
yang lumayan menghentak ini.
Tiba-tiba ada salah satu crew yang ternyata adalah
teman kuliahku menghampiri dan menyapaku,
dia menanyakan apakah aku kekasih dari gitaris yang sedang tampil. Aku
menoleh sesaat ke arah sang gitaris, kemudian aku segera menggeleng karena
merasa tidak mengenal sosok yang sedang ada di panggung. Temanku mengatakan
bahwa sedari tadi tatapan mata dan fokus gitaris ini mengarah kepadaku, dan
temanku mengira bahwa aku adalah kekasihnya. Tapi entah mengapa tiba-tiba
hatiku berdesir saat aku dan gitaris itu beradu pandang. Aku merasakan ada
sesuatu dibalik tatapan matanya saat aku melihatnya mengedipkan satu matanya
kearahku. Namun aku hanya menatapnya sekilas bingung dan tak bergeming sembari membenahi pengaturan di kameraku.
Hingga akhirnya fokusku terarah
pada penampilan One O’Clock atau band dari teman-temanku ini. Dengan aksi Taka
yang benar-benar menggila ketika diatas panggung, berbeda dengan kesehariannya.
Ryota yang dengan pongahnya membetot
bass kesayangannya. Toru dengan petikan gitar serta wajah datarnya dan Tomoya
dengan tingkah anehnya sambil memukul drum. Semua berhasil kuabadikan.
Well Done!
Penampilan mereka tak kalah keren
dengan band yang sebelumnya tampil lebih dulu. Aaaa bahagia sekali rasanya.
Ketika hendak menuju backstage tanganku ditarik seseorang.
Gitaris itu.
Aku sangat terkejut dan jantungku
berdebar kencang. Gitaris itu menyudutkanku ke dinding. Dia tak mengatakan
apapun, namun dia hanya meminta ponselku. Aku merasa heran dengan sikapnya. Namun
dengan segera kuberikan ponselku kepadanya dan dengan cepat ia mengetikkan sesuatu
di ponselku. Tak berapa lama suara ponsel lain berbunyi. Dia hanya tersenyum
dan kemudian memberikan ponselku kembali padaku.
Begitulah awal perkenalanku dengan
Alex, hingga dari nomor ponsel itulah akhirnya hubunganku dan Alex menjadi
dekat dan berujung menjadi sepasang kekasih selama hampir lebih dari 3 bulan. Perkenalan
yang tak biasa itu membekas dalam hatiku dan aku menyatakan bahwa perkenalanku
dengan Alex adalah perkenalan termanis yang pernah kualami. Aku sangat bahagia
dengan Alex. Belum lama aku menjalin hubungan kekasih dengan Alex, yang terjadi
setelahnya adalah Alex dikirim orangtuanya untuk studi ke Amerika. Aku tak bisa
berbuat banyak dan hanya bersedih karena Alex akan meninggalkanku dalam waktu
yang tidak sebentar.
Aku hanya bisa menerimanya dengan
lapang dada, dan harus bisa menyesuaikan diri jika nantinya aku tidak akan bisa
bertemu dengan Alex sewaktu-waktu. Dan aku hanya bisa bersabar untuk menunggu
kepulangannya dan nanti bisa kembali bersama-sama merajut kasih.
~~~~~~~~~~~~~~~
Sore hari yang cerah ini kugunakan
waktu untuk jalan berdua dengan Ryota. Dia ingin mencari gitar bass yang baru,
karena gitar bass miliknya yang lama dirasa sudah tak nyaman. Dengan membawa dua
tas ransel di punggung dan tas selempang di bahuku, aku memotret Ryota yang pandangannya
fokus memilih dan mencoba gitar yang terpampang di dinding toko alat musik yang
lumayan lengkap ini.
Toru? Sepertinya dia sedang
berkencan dengan gadisnya, sedangkan Tomoya
sedang menemani Ayah memancing di danau dekat rumah. Taka? Entah dimana
keberadaan manusia itu, ia sering sekali menghilang dan muncul begitu saja.
Tak berapa lama ponselku
berbunyi, menandakan ada pesan masuk. Kubuka dan ternyata dari Taka.
‘Kau dimana?’
‘Aku sedang bersama Ryota. Ada apa?’
‘Aku tak bertanya kau bersama
siapa. Kau dimana?’
‘TOKO ALAT MUSIKKKKKKKKKKKKK
!!!!! Isi pesan teksmu sangat menyebalkan!’
‘Kau pikir aku peduli?’
Aku tak berminat lagi membalas
pesan dari Taka, ia benar-benar tidak asyik. Namun aku sangat terkejut ketika
setengah jam kemudian Taka masuk kedalam toko musik dan mengatakan..
“Kau harus melihat ini!”
Sedetik kemudian Taka menyeretku
dan berjalan sangat cepat meninggalkan Ryota yang kebingungan, namun akhirnya
ia mengikuti kemana aku dan Taka berjalan.
Tiba di sebuah kafe yang ditunjuk
Taka, dengan pelan aku memasuki kafe itu. Taka dan Ryota mengekor dibelakangku.
Dengan hati yang penuh tanya-tanya aku pun melihat ke segala arah kafe ini, dan
mungkin inilah yang dimaksud oleh Taka.
Aku harus melihat ini!
Aku harus melihat Alex yang
sedang memadu kasih di sofa kafe ini dengan kedua mataku secara langsung!
Dengan penuh amarah, kudatangi
meja dimana Alex dan seorang gadis tengah bercengkrama mesra.
“Alex!!!”
Alex dan gadis itu terlihat
sangat terkejut.
“.....”
“Kau bilang kau di Amerika?”
“Ak...aku sudah pulang” Alex
menjawab dengan tergagap.
“Dan kau pulang tak
memberitahuku??? Kita bicara diluar!” Darahku sangat mendidih melihat perlakuan
Alex terhadapku.
Bagaimana bisa ia tak mengabariku
bahwa ia sudah pulang dari Amerika? Bagaimana bisa ia tak segera menemuiku jika
ia sudah kembali? Dan bagaimana bisa ia malah terlihat bersenang-senang dengan
gadis lain, sedangkan yang kuketahui adalah akulah gadisnya.
Kuseret Alex keluar dari kafe,
dan aku sudah tak memperdulikan lagi Taka, Ryota dan gadis yang bersama Alex. Yang
paling kupikirkan saat ini adalah penjelasan dari Alex atas apa yang sudah
dilakukannya terhadapku.
“Jelaskan padaku, apa alasanmu
melakukan ini semua kepadaku???” Teriakku sarat kekecewaan pada Alex.
Aku dan Alex sudah berada di
sebuah taman yang agak sepi.
Alex tak menjawab apapun.
“Alex... jelaskan padaku....”
Hening.
“Kenapa kau hanya diam Alex, aku
butuh alasanmu. Kenapa kau melakukan ini semua? Kau berbohong padaku!”
“Maaf.”
Kata maaf meluncur dari bibir
Alex.
Setelah itu tak ada yang
berbicara lagi selama setengah jam. Hingga akhirnya aku membuka suara.
“Sejak kapan kau kembali ke
Tokyo?”
“Lima bulan yang lalu...” Jawab
Alex lirih.
Kepalaku berdenyut. Aku merasakan
perih yang teramat sangat di hati. Kenapa bisa seperti ini, dan apa sebenarnya
salahku hingga Alex bersikap demikian.
Hening kembali dalam waktu yang
cukup lama, aku berpindah posisi menuju ayunan dan terdiam disana. Alex
menyusulku menuju ayunan di sebelahku.
Entah sudah berapa jam aku dan
Alex terdiam disana, tapi yang pasti sejak matahari tenggelam hingga langit gelap
pekat pun tak kunjung membuatku berpikir secara logis.
“Apa salahku Alex? Kenapa kau seperti ini.”
“Kau tak bersalah.”Jawab Alex
cepat.
“Lalu....”
“.........”
“Alex, aku hanya ingin penjelasan
yang sebenarnya darimu. Aku tak ingin kebohongan lagi.”
Terdiam beberapa saat, Alex
menghela nafas dan suara Alex keluar.
“Aku terganggu dengan kehadiran
keempat laki-laki itu,”
“Ap..apa?”
Aku terperanjat dengan jawaban
Alex.
“Mereka mengganggu pemandanganku.” Lanjut Alex.
“Ta...tapi....”
“Dan aku tidak suka mereka yang
selalu menempel padamu seperti lintah .”
Aku tercengang mendengar jawaban
Alex.
“Cuma ituuuu?”
“Yap hanya itu, dan untuk hal-hal
yang lain aku sama sekali tak merasakan suatu masalah.” Jawab Alex tenang. “Perhatianmu,
cintamu, dan segala hal tentangmu aku sangat suka”
Jeda beberapa saat.
“Apa salah mereka sehingga kau
tidak senang dengan keberadaan mereka di sekitarku?”
“Tidak ada.”
“Lalu?”
“Aku hanya merasa jengah saat aku
bersamamu, keempat laki-laki itu tak henti-hentinya menghubungimu. Itu sangat
merusak moodku.”
Aku menunduk. Airmataku serasa
ingin keluar, tapi aku tak bisa menangis. Perkataan Alex sangat menusuk hatiku.
“Lalu....”
Lidahku serasa tercekat. Aku meremas
ujung bajuku.
“.......lalu, jika aku menjauhi
teman-temanku.. apakah kau juga akan kembali padaku?” Aku menatap Alex sekilas.
Alex menaikkan salah satu alisnya
kemudian keningnya berkerut.
Aku menunduk lagi.
“Untuk hal itu, akan kupikirkan.”
Aku menaikkan kepalaku, memandang
tepat mata Alex yang khas mata orang barat.
“Benarkah?” Tanyaku
“Ya.. aku akan memikirkannya
kembali dan mungkin kita bisa kembali seperti dahulu.”
Aku tersenyum dengan salah satu sudut
bibirku. Seperti angin surga ketika Alex mengucapkan kata-kata itu, aku seakan
diberinya harapan. Tapi dari perkataannya aku jadi mengerti seperti apa Alex
mencintaiku.
“Baik...”
“Hmmm?” Alex menggumam.
“Sepertinya aku sudah memiliki
suatu keputusan sendiri untuk hubungan kita,”
“Keputusan? Seperti apa?”
“Alasan kau meninggalkanku adalah
karena teman-temanku yang sudah lebih dari 11 tahun setia bersamaku.” Aku menghela
napas, “Sedangkan aku mengenalmu tak lebih dari setahun yang lalu.”
Alex menyimak perkataanku.
“Maka sudah kuputuskan, memang
lebih baik kita tak bersama lagi.” Aku berkata sembari mencoba tersenyum.
Keterkejutan terlihat sangat
kentara di wajah Alex. Mungkin ia tak menyangka bahwa aku akan berkata
demikian.
Aku melanjutkan kembali,
“Aku belum terlalu mengenal
sifatmu Alex, dan ketidaksukaanmu itu menandakan bahwa kau tak percaya kepadaku. “
“A..a...”
Alex seperti kehilangan
kata-kata.
“Jika kau memintaku untuk
menjauhi teman-temanku demi hubungan kita, aku dengan besar hati akan
menolaknya. Maafkan aku...”
“Ohhh... Jadi selama ini kau tak
menganggapku sebagai orang yang berarti bagimu? Begitu???” Suara Alex terdengar
lebih meninggi dari sebelumnya.
“Kau juga penting dalam hidupku
Alex, tapi... sepertinya aku yang tidak penting bagimu. Dengan mudahnya kau berbohong
untuk meninggalkan aku dan menggandeng gadis lain.” Ujarku sambil menyibak
rambutku yang tersibak angin dan tersenyum.
Rahang Alex sedikit terbuka, ia
terpana.
“Mereka seperti keluargaku Alex,
susah senang kami lalui bersama. Tapi kami tetap menghormati kehidupan pribadi
masing-masing. Bahkan masing-masing dari mereka juga punya kekasih.”
Alex menunduk dan terdiam tanpa
kata.
“Maaf jika aku menyakiti hatimu, tapi...
aku lebih memilih mereka.” Aku mulai beranjak dari taman.
“Kenapa?”
Alex berteriak dan menghentikan
langkahku. Aku berhenti sejenak dan berdiri menghadap Alex.
“Kau menanyakan kenapa?”
Alex mengangguk.
“Kau tak bisa menerimaku apa
adanya karena kau juga tak menerima teman-temanku.”
Aku meremas tasku.
“Mereka adalah bagian hidupku dan
takkan ada yang bisa memisahkanku dengan mereka walau masing-masing dari kami
nanti berkeluarga...” Lanjutku.
Aku berjalan menjauhi Alex dan
meninggalkan taman. Alex tak menahan
maupun mengejarku. Perasaan kecewa sedikit menyeruak, namun ada suatu perasaan
bangga dan lega disana. Dimana aku bisa sangat yakin dan mantap akan
keputusanku.
Hingga sampai di persimpangan
jalan di area taman, aku jadi teringat kawan-kawanku yang menyebalkan itu dan
ingin sekali menemui dan memeluk mereka satu persatu. Namun baru beberapa detik
memikirkan mereka, suara cempreng menyambutku...
“Hey nona manis... butuh bahu
untuk bersandar?”
Aku menoleh.
Senyum yang sangat manis itu menyambut.
Benar-benar menyejukkan.
“Ryota?”
Terlihat ketiga sahabatku yang
lain juga bersandar di tembok.
“Kalian?” Senyumku mengembang.
“Aku jadi ingin menangis mendengar
kata-katamu...” Ujar Toru
“Aku juga terharu,” Sahut Tomoya
“Seperti bukan kau yang
mengatakannya tadi.” Gumam Taka.
“Kalian menguping huhhh !!”
Aku menghambur kearah mereka. Sebenarnya aku ingin sekali
menjitak kepala Taka, namun tidak kulakukan. Aku langsung menghambur ke pelukan
Taka dan memukuli punggungnya pelan.
“Terimakasih, kau benar-benar
sahabatku Taka.”
Kupikir Taka akan jengah dan
segera melepas pelukanku, namun ternyata ia balik memelukku erat.
“Kau adalah gadis kami yang
paling berharga, kami akan melindungi dan menjagamu sekuat tenaga kami.”
Air mataku menetes. Aku menangisi
kebahagiaanku memiliki teman seperti mereka berempat, bukan menangisi patah
hatiku karena Alex. Rasanya lebih indah dari jatuh cinta.
“Kau tak memeluk kami juga? Kenapa
kalian berpelukan lama sekali? Tak adil.” Cibir Toru.
Sementara Ryota hanya tertawa dan
Tomoya memberikan gestur bahwa ia sudah siap menerima sebuah pelukan.
Akhirnya aku memeluk mereka satu
persatu, kemudian aku pulang bersama mereka dengan berjalan kaki sambil tak
henti-hentinya menebar canda dan tawa lepas.
~~~~~
Sabtu siang ini One O’Clock
tampil difestival dan aku sudah siap di bawah panggung yang berukuran tanggung
ini dengan kamera yang menggantung di leherku. Hari ini aku memakai celana
jeans biru dengan tangktop yang tertutup oleh rompi jeans biru, rambutku kuikat
dengan rapi dan aku berdandan sedikit. Taka, Toru , Ryota dan Tomoya sudah berada di backstage untuk bersiap-siap
menanti gilirannya untuk perform. Aku teringat saat di perjalanan tadi Toru
memujiku yang katanya aku terlihat sangat cantik, kemudian aku membalas
pujiannya dengan satu pukulan di bahunya. Mencoba merayu huh? Hahaha
Dan ketika One O’Clock sudah selesai
tampil dengan membawakan lima buah lagu, tepuk tangan riuh berdenging sangat
keras di telingaku. Banyak gadis-gadis yang mengelu-elukan mereka dan
mengatakan mereka sangat keren dan luar biasa. Aku menghampiri mereka di
backstage dan menyelamati mereka karena penampilan mereka sangat bagus. Peluh keringat
masih tersisa di wajah dan kaos mereka, namun rasa puas dan bangga terlihat
dari wajah mereka. Sembari menunggu
mereka berempat berganti baju yang sudah basah keringat, aku pun duduk di salah
satu kursi kosong yang tersedia disana. Sambil melihat kembali hasil potret
teman-temanku di kamera. Masih asik sendiri dengan duniaku, hingga tiba-tiba
perasaanku mengatakan ada seseorang yang sedang mengamatiku. Aku menoleh ke
arah seseorang.
Itu dia.
Alex.
Dia terlihat melihatku dengan
tatapan mata yang susah kujelaskan apa artinya. Aku mengajaknya tersenyum dan
Alex balas tersenyum. Hatiku sedikit berdesir, tak bisa kupungkiri hatiku masih
ada nama Alex walau sudah tak sebesar dulu. Kenangan itu akan selalu ada dan
tak bisa terlupa, meskipun aku dan Alex sudah tak bersama lagi dan akan memulai
cerita baru dengan orang lain nantinya.
Mungkin sebentar lagi adalah
gilirannya tampil dengan bandnya karena ia masih terlihat sangat tampan dan
belum ada setetes keringat di wajahnya. Pelan tapi pasti Alex mencoba mendekat
kearahku... ia berjalan ragu dan aku tahu ia berupaya menghampiriku. Namun
sebelum Alex melangkah lagi, pintu yang berada didepan Alex terbuka dan
munculah keempat lelaki ini dengan suara gaduh. Alex berhenti disana.
Sepertinya ia tak melanjutkan niatnya untuk mendatangiku, mungkin karena ia
melihat teman-temanku yang sudah bersiap-siap untuk mengajakku pulang.
Sebelum pergi aku masih sempat
melambaikan tangan kepada Alex dan ia hanya membalas dengan sebuah senyuman.
Dengan rasa percaya diri yang tinggi Tomoya merangkul bahuku dan mengajakku
berjalan di belakang Ryota, Toru dan Taka yang sudah berjalan duluan di
depanku.
“Bagaimana fotoku di penampilan
tadi? Kau mengambilnya dengan baik kan?” Tanya Tomoya.
“Selalu luar biasa seperti
biasanya.” Jawabku sambil mengacungkan jempol sebagai simbol yang artinya
adalah bagus.
“Ahh, terima kasih. Kau memang
selalu bisa diandalkan.” Puji Tomoya sambil menepuk-nepuk kepalaku.
Aku tersenyum lebar mendengar
pujian dari Tomoya.
“Aku ingin memberitahumu sesuatu.”
“Apa itu?”
“Kita mundurkan beberapa langkah
lagi dibelakang mereka.”
Aku dan Tomoya melambatkan
langkah di belakang mereka bertiga dan berjalan dengan sangat pelan.
Aku makin penasaran.
“Cepat ceritakan...”
“Kau ini tidak sabaran sekali,
baiklah kuceritakan padamu. Tapi jangan sampai mereka tahu bahwa kau sudah mengetahuinya.
Oke ?”
“Oke. Aku berjanji.”
“Toru putus dengan kekasihnya,
Ryota juga memutuskan untuk tak kembali lagi pada mantan kekasihnya, dan
Taka... ia sebenarnya tak pernah memiliki kekasih karena ia sedang menunggu
seseorang.” Bisik Tomoya.
Mataku membulat seketika.
“Kau seriussssss????” Sorakku
dengan suara keras.
Taka dan Ryota menoleh ke arah ku
dan Tomoya. Dan Toru masih dengan cueknya melangkah.
“Bodoh! Suaramu benar-benar...
Pelankan suaramu!”
“Ah maaf, maaf aku benar-benar
terkejut.” Aku mengacungkan tanda v di jari sebelah kananku pada Tomoya, “Tapi
apa alasannya? Kenapa mereka seperti itu?”
“Alasannya adalah kau.” Jawab
Tomoya singkat.
“Hah? Aku? Bagaimana bisa?”
“Mereka kagum denganmu saat kau
mengakhiri hubungan dengan Alex, dengan tegas kau memilih kami. Itu yang
membuatku dan teman-teman lain sangat terkesan.”
“Benarkah seperti itu?”
Tomoya hanya mengangguk.
Aku tersipu.
“Itu bukan apa-apa, bukan suatu
perbuatan yang heroik.”
Tomoya hanya tertawa pelan.
“Mungkin menurutmu seperti itu,
tapi bagi kami tidak.”
Senyumku makin lebar.
“Dan karena alasan itulah kami
semua memutuskan untuk sementara tak memiliki kekasih dan berhenti untuk
mencari cinta. Demi persahabatan kita.” Kata Tomoya bijak.
“Kami? Kau juga melakukannya
Tomoya? Tapi gadis itu incaranmu sejak dulu bukan?”
“Aku bisa mendapatkannya jika aku
mau, tapi memang bukan sekarang.”
“Terimakasih. Benar-benar
terimakasih yang sangat dalam untuk kalian...”
Aku tersenyum bahagia dan
menggandeng Tomoya untuk berlari menghampiri ketiga sahabat yang lain. Dan
berjalan beriringan menuju stasiun terdekat dan pulang kerumah menaiki kereta.
End.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Wohoooo....
Udah beberapa hari ini nulis ini
efef, sampe pathetic girl terbengkalai. Hahaha tapi gapapa ya. Semoga suka sama
ff ini.
FF ini terinspirasi dari kisah
adek gw yang punya dua sahabat (dua-duanya cowok) yang terjalin dari sejak SD.
Dan sekarang udah pada kerja dan sampe sekarang hubungan akrab mereka masih
terjalin dengan baik. Karena ketiga tuyul itu masih sering jalan bareng, entah
ke mall atau main kerumah dan punya aktivitas rutin yaitu masak. Oke.
Dan setau gw sih ketiganya sampe
sekarang pada belom punya pacar. Hahaha.
Okedah, karena udah selesai. Saya
istirahatin dulu otak saya yang udah berpikir keras. Nanti kalo udah seger lagi
saya bakal lanjutin lagi itu pathetic girl. Oke.
Buat yang udah ga sabar, sabar
dulu ya... Love Around Me dibaca dulu. Hehehehe.
Gw nemu akun twitter temen gw. Cowok.
Dia temen gw jaman SMA, lucunya kita ga pernah ngomong sama sekali. Nyapa juga
enggak. Tapi karena pesbuklah akhirnya bisa ngobrol dan jadi akrab. Hingga akhirnya
dia juga salah satu orang yang mendorong gw untuk terus dan tetap semangat
nulis. Thanks ya Benji!
.
.
Selamat Malam.
.
.
Terimakasih Sudah Berkunjung.
.
.
Kapan-kapan Main Lagi Ya....
.
.
"Everybody ever be buddies, days we grow up are days we will treasure"
BalasHapusGue langsung inget sma lagu ini mbaa :3
Dan ff enih mewakili banget mbaa khayalan gue mbaa, haha, khayalan dmna gue bisa sohiban sma mereka. Ciyus. Sma banget kek khayalan gue (´⌣`ʃƪ)
Sugee mbaa ( ≍ˆ3(¯▾ˆ◦)
Badewey, negara api itu avatar eng mbaa, bukan naruto, euh gemes deh (〃´▽`〃) - c< ´θ`)ノ
Hahaha chaosmyth yak.
Hapuslagunya emang asik buat sohib.
yang bener va? tapi emang nyenengin ya kalo misalnya bisa temenan sama mreka dan bisa deket banget sama mereka. ga kebayang bahagia banget. hahaha
makasih lho va...
hahahahahaasik, ternyata ada yang ngeh juga, sengaja gw plesetin va sapa tau ada yang nyadar. ternyata elo. wakakkaakkakakakakakka
Huuh, ktanya tuh lagu nyeritain mereka mbaa, sempet bingung juga sma judulnya. Tpi ngerti deh skrg kenapa judulnya kek gituh :3
HapusCocwiitt bingitz sih.
Gkgkgkgkgkgk, okeh stoppp ngayal nya, jangan terlalu tinggi nanti kalo jatoh sakit :v
Macama mbaa :*
Yaiya atuh mbaa, da naruto mah bukan negara api ataupun negara air, kazekage yang adaa mah, cubit lagih nih (〃´_`〃) - c< ´θ`)ノ
Sebenernya sih lagu sama judul ga nyambung, tapi kata orang-orang chaosmyth itu inisial nama-nama temen si taka. eh emang taka punya temen? wkwkwkwkwk
Hapusgaapaapa kalo ngayal, kan bagian dari imajinasi & bisa bikin otak tambah kreatif. hahahaha.
oke deh :*
Muah balik
Wkwkwkwkwk, jeli juga ya lo. bagus dah bagus.
kapan-kapan gw bikin plesetan lagi & pengen tau lo bakalan nyadar lagi atau ga. hahaha
Kalo gue denger sih mbaa itu tuh artinya dongeng kekacauan. Setelah ngubek* dumay nih, gw nemuin kalo ntuh lagu nyeritain anak muda yang udah tmenan lama tapi pas udah gede mereka tuh makin jauh terus jarang ketemu. Kenapa choasmyth? Karena mreka kangen saat-saat kacau pas masih sma-sama :D CMIIW
HapusKreatif apa nyah mbaa? Bikin gockil tuh khayalan :D gkgkgk
Gw tunggu mbaa, secepatnya :D
ini ffmu kedua yang kubaca malam ini, dan wow!! saya harus acungkan jempol dengan cerita yang satu ini! cara membawakan ceritanya bener-bener santai...
BalasHapusoke, lets review...
satu, berhubung aku tidak tahu siapa mereka berempat, foto yang dipajang di atas bener-bener membantuku saat si 'Aku' mendeskripsikan ke empat sahabatnya..
dua, Point of View 'Aku' bener bener nempel rasanya, saya sendiri selah-olah tenga menjadi perempuan itu saat membaca ff ini dari awal hingga akhir.
tiga, ada beberapa kesalahan penulisan, di paragraf deskripsi untuk Toru, kamu menyelipkan nama NARUTO, whyy?? saya harus baca tiga kali paragraf itu agar yakin kalau itu bukan halusinasi, hahaha....
tapi overall ceritanya keren kok! friendshipnya bener-bener kerasa!!
salute untuk Anda mbak widi...
see you...
LSP....
Bwahahahahhaa emang typo kampret banget itu mas L... bener-bener ngrusak suasana ceritanya.
HapusTrimakasih loh Mas L... review nya beneran bikin semangat buat bikin ff lagi setelah sekian lama vakum total nulis ff karena penyakit males.
Oh iya kalo boleh baca & review ff yang lainnya juga dong Mas, biar makin bagus kedepannya kalo bikin ff lagi.
Sekali lagi makasih ya Mas L..
hampir nangis gua kak, baca ini ff, berasa kayak nyata banget dan teringat lagu chaosmyth. Takaaaa lu sompreeettt dahhh masa iya ngaku'' banyak cwe v gak pernah jalan bareng wkwkwkw... dan Toru mutusin pacarnya demi persahabtan aouchhh so sweet banget yahh seandainya itu cwe Guaaaa ahahaha Gua rela dan gak punya pcar demi sahabtan ama 4 laki laki ituu hahaha...
BalasHapus