Jumat, 28 Maret 2014

Fanfiction One Ok Rock Loves Around Me





Loves Around Me

Author : Me / Parasarimbi

Genre : Find this here.

Lenght : Oneshoot

Main Cast : You, Toru, Taka, Tomoya, Ryota, Alex

Disclaimer : Story is mine ya :D

Cinta itu sebenarnya dekat. Cinta berada di sekitarmu, namun kau tak akan bisa menemukannya karena kau masih sibuk memperhatikan cinta yang jauh.



~~~~~~~~~~~~~~

7 bulan ini aku menanti kepulangan kekasihku yang sedang melanjutkan studinya di Amerika Serikat. Aku sangat merindukannya, dan ingin dia segera kembali. Walau begitu aku tak merasa kesepian karena ada empat laki-laki yang selalu setia menemaniku. Keempat laki-laki ini bernama Toru, Taka, Ryota dan Tomoya. Kami berlima bersahabat sejak kami duduk di bangku sekolah elementary school tingkat 4. Mereka berempat yang selalu menghiburku disaat aku merasa bahwa kondisi hatiku kurang baik.

Banyak sekali hal-hal dan waktu  yang kuhabiskan dengan mereka berempat, apalagi rumahku ini terbuka untuk siapapun dan menjadi basecamp untuk kami berlima. Ayah dan Ibuku sudah menganggap mereka berempat seperti anak kandung sendiri, karena memang orangtuaku tidak memiliki anak laki-laki. Yah seharusnya orangtuaku juga memiliki seorang putra yang lahir tiga tahun sebelum kelahiranku, tapi takdir berkata lain ketika kakakku dilahirkan dan 2 jam kemudian kakak laki-lakiku meninggal dunia. Praktis hanya akulah putri yang dimiliki oleh orangtuaku satu-satunya dan menjadi anak kesayangan mereka.

Baiklah. 

Kuceritakan satu persatu tentang keempat sahabatku ini.

Yang pertama adalah Toru. 

Ia berpostur jangkung dan juga tegap, rambutnya ia cat warna pirang dan kuakui dia paling manis diantara keempat sahabat laki-laki yang kumiliki. Menurutku Toru itu adalah sosok laki-laki yang figurnya hampir mendekati figur tokoh anime, untuk yang satu ini aku benar-benar jujur mengatakannya. Toru adalah sahabat yang paling dekat denganku, aku suka sekali menceritakan tentang apa saja dengan Toru karena ia pendengar yang baik. Dan aku tak memiliki rasa canggung ataupun sungkan padanya, tapi itu semua berubah ketika negara api menyerang.. ah bukan-bukan itu. Bukan gara-gara Naruto penyebabnya, namun kekasihnya yang galak lah yang membuatku dan Toru sedikit menjaga jarak hanya demi menjaga perasaan kekasihnya. Ah aku heran sekali kenapa gadis Toru ini sangat cemburuan padaku? Padahal ia sendiri yang dulu meminta bantuanku untuk memberikan kado-kado dan surat untuk diberikan pada Toru untuk menarik perhatiannya.

Hingga saat Toru dan gadis itu berpacaran, kedekatanku dan Toru menjadi kurang intim.  Ah aku jadi kurang respek dengan kekasih Toru, namun selama persahabatanku dan Toru tetap berjalan aku tak akan pernah memprotes tindakan kekasih Toru yang kurasa agak berlebihan. Jangan sampai kekasih Toru itu membatasi pergaulanku dengan Toru, memang dia pikir dia siapa? Aku yang lebih dulu mengenal Toru, seenaknya saja mengatur-atur. Huh!

Ah memang dasar wanita, aku tak mengerti jalan pikiran satu dengan yang lainnya walaupun aku sendiri juga seorang wanita. Tapi kuakui aku tidak serumit mereka. Aku lebih simpel dan easy going,  mungkin karena faktor dari pergaulanku dengan laki-laki terutama keempat sahabatku ini. Sehingga membentuk kepribadianku yang seperti ini. 

Sudahlah.. akan kulanjutkan kembali ceritaku mengenai sahabatku. Here we goes...

Yang kedua adalah Ryota. 

Aaaak... aku sangat mengagumi hidung mancungnya selain senyumnya yang sangat manis. Aku juga sangat menyukai senyum ramah Ryota, ah aku jadi ingin memiliki senyum itu. Bahkan Ayahku juga sangat menyukai Ryota karena ia yang tersopan diantara keempat sahabatku. Oh iya.. Ryota yang kukenal sangat pendiam jika berada di sekitar orang-orang yang kurang dikenalinya, hal itu sangat bertolak belakang jika ia sudah berkumpul bersama berlima. Mungkin karena memang ia tidak suka berada di keasingan walaupun sebenarnya Ryota adalah pribadi yang lepas dan menyenangkan. Aku sendiri kurang begitu mengerti ia sudah punya kekasih atau belum karena ia tak pernah bercerita hal apapun tentang wanita dan aku tak pernah memaksanya untuk bercerita jika bukan ia sendiri yang menceritakan. Oh iya ada satu lagi sifat ryota yang unik, yaitu suka menghibur dengan membuat mimik muka yang aneh dan konyol hingga membuat kami berempat tertawa terpingkal-pingkal melihat kelakuan ajaibnya. Masih ada lagi, aku suka sekali saat ia berteriak dan mengatai salah satu dari kami dengan kata “BAKAYARO!!!” hahahahaha. 

Selanjutnya adalah Tomoya. 

Si moodbooster yang selalu membuat mood kami selalu menyenangkan jika bersama. Tomoya selalu memberikan lelucon-lelucon yang kadang membuat tertawa hingga sakit perut dan terkadang lelucon garing yang hanya mampu membuat sudut bibir terangkat sedikit karena leluconnya memang tidak lucu. Hahahaha.  Kujabarkan sedikit tentang bagaimana Tomoya itu, ia tertinggi ketiga setelah Ryota. Rambutnya yang panjang tak pernah sepi dari warna-warna ajaib cat rambut. Entah aku tak mengerti apa fungsi dari cat rambut itu, kenapa ia suka sekali menggunakannya. Ia selalu terlihat sama seperti Ryota yang hobi mengecat rambut yang sama-sama panjang dan mempunyai sifat yang sama-sama konyol. Mereka berdua memang seperti soulmate dan sepertinya ditakdirkan untuk menjadi soulmate. Tomoya suka sekali bercerita padaku tentang gadis yang ia sukai di kampus tempatnya menimba ilmu. Tomoya mengatakan bahwa ia sudah lama sekali mengamati gadis itu diam-diam tanpa berani sekalipun untuk menyapanya dahulu. Ah dibalik sifat konyolnya ternyata terpendam sifat pemalu yang tidak bisa ia hilangkan sejak kami bersahabat dulu. Ia selalu begitu, sering gagal dalam asmara karena sifat pemalunya.

Ah sepertinya sudah cukup untuk kuceritakan masing-masing sahabatku ini, tapi tunggu ! Sepertinya aku melewatkan satu orang. Biar kuingat... Ah dan ternyata memang terlewat satu sahabatku lagi. Akan kuceritakan tentangnya..

Taka. 

Lelaki ini bertubuh paling kecil diantara mereka bertiga. Berambut keriting. Wajahnya terlihat paling arogan dan angkuh diantara mereka, namun begitu aku sangat iri dan ingin memiliki kulitnya yang sangat putih dan halus itu. Sahabatku ini yang juga memiliki sikap yang tak bisa kumengerti. Terkadang menyenangkan mengobrol dengannya dan lebih sering adalah ia selalu ketus dan sangat cuek dan terkesan tak perduli. Mungkin jika bisa kugambarkan sedikit wajahnya seperti memberi jawaban “apa urusannya denganku?” yahh mungkin seperti itu. Tapi satu hal yang pasti, ia adalah sahabat yang setia. Jika salah satu dariku atau ketiga teman yang lainnya sedang dalam kondisi down dan sangat bersedih, ia pasti akan selalu berada disisi dan tak akan beranjak jika ia tak diminta untuk pergi. Walaupun ia hanya duduk diam tanpa berkata sepatah katapun untuk memberi sebuah kata penyemangat ataupun solusi, tapi itu sudah cukup bagiku untuk membuktikan bahwa dibalik sikapnya yang dingin tersimpan sebuah kehangatan dihatinya. Dan.... terakhir akan kuceritakan salah satu sifat buruknya. Playboy. Dia suka sekali berganti-ganti kekasih dalam kurun waktu yang tak lama, tapi aku curiga bahwa itu hanya sekedar mulut besar Taka saja karena aku sendiri tak pernah melihat ia berjalan bersama kekasihnya.

Sewajarnya manusia, selalu ada plus dan minus bukan?

Dan akan kuceritakan tentang diriku, setelah aku menceritakan keempat sahabat lelaki-ku yang menurutku adalah sahabat yang terbaik sedunia.

Aku adalah seorang gadis yang biasa-biasa saja. Aku gadis normal biasa yang kadang suka memakai miniskirt ataupun dress. Tapi... aku sendiri kurang begitu menyukai make-up dan sering tampil polos hanya dengan sapuan bedak dan sedikit lipgloss di bibirku. Aku berambut panjang sepunggung dan suka membiarkan rambutku yang terurai diacak-acak oleh angin, tapi jika  sedang bosan dengan rambut terurai aku suka mengikat rambutku secara asal-asalan. Nah aku memang benar-benar cuek kan? Kata Toru, aku ini lumayan cantik. Sedangkan kata Ryota dan Tomoya aku ini cukup kawaii, tapi apa kata Taka? Ia hanya bilang bahwa aku biasa-biasa saja dan kalah cantik dibanding kekasihnya. Menyebalkan.

Aku sendiri tak mengerti kenapa keempat laki-laki ajaib itu bisa bertahan untuk menjalin persahabatan denganku selama sebelas tahun. Awal persahabatan kami adalah saat umur kami 10 tahun dan hingga sekarang ini kami sama-sama 21 tahun. Sebelas tahun bukan waktu yang singkat untuk kami saling mengenal pribadi masing-masing dan mencoba menyatukan semua perbedaan lima isi kepala dalam satu tujuan. 

Ah iya ngomong-ngomong aku ini suka sekali dengan fotografi, jadi kamera pocket atau SLR yang tersimpan di tas ransel yg selalu setia menemaniku kemanapun dan dimanapun. Kebetulan salah satu kamar di lantai dua rumahku kosong, jadi kamar itu kusulap menjadi kamar gelap untuk nantinya mencetak semua foto-foto hasil jepretanku. Dan kamar gelap itu bersebelahan dengan studio yang biasa digunakan teman-temanku berempat untuk bermain musik. Saat teman-temanku sedang perform di kafe ataupun festival, aku selalu hadir dan memotret aksi keren mereka. 

Studio? Yap studio musik. Kamar kosong yang cukup luas di lantai dua rumahku memang kosong, dan disulap oleh mereka menjadi studio musik yang berisi alat-alat musik milik mereka sendiri. Tentu saja pembuatan studio musik di lantai dua itu sudah mendapat ijin Ayah dan Ibuku, malah mereka dengan senang hati memberi fasilitas berupa peredam suara agar suara musik tidak menggema dimana-mana. Itulah mengapa rumahku menjadi sebuah basecamp mereka.

Bukan bermaksud sombong ataupun pamer, bisa dibilang aku ini adalah manajer merangkap fotografer mereka.  Tapi sepertinya aku hanya bercanda jika aku mengaku sebagai manajer mereka, terlalu berat bagiku untuk menyandang sebuah gelar manajer. Manajer yang kumaksud disini adalah jika ada pihak kafe maupun festival ingin mengundang keempat teman-temanku untuk perform, maka orang pertama yang bisa dihubungi adalah aku.
Aku belum bercerita bukan apakah aku sudah mempunyai kekasih atau belum? Ahh biar kuceritakan kalau begitu.

Kekasihku bernama Alex. Lelaki yang dalam darahnya mengalir setengah Amerika dan Jepang. Alex sangat tampan dengan wajah setengah bule yang membentuk wajahnya. Aku sangat menyayangi Alex sewajarnya kekasih dan hubunganku dengan Alex sudah berjalan hampir satu tahun. Akan kuceritakan bagaimana awalnya aku bertemu dengan Alex.

.
.
Saat itu aku sedang menemani One O’Clock atau keempat temanku perform di sebuah festival di kampus yang lumayan terkenal. Ratusan penonton dari segala tempat menghadiri festival itu dan aku cukup antusias untuk melihat dan mengabadikan aksi teman-temanku yang nantinya akan kucetak dalam bentuk lembaran foto. 

Aku masih menantikan pertunjukan teman-temanku yang masih berada pada giliran nomor empat, dan aku masih sibuk untuk mengutak-atik kameraku agar bagus saat memotret teman-temanku nanti. Band yang sekarang sedang tampil dan mendapat nomor urut tiga ini sedikit mencuri perhatianku saat salah seorang gitarisnya mengarahkan mata dan senyumnya kearahku. Aku masih tidak sadar karena aku masih sibuk dengan kameraku, sementara para penonton di belakangku sudah histeris dan menikmati alunan lagu yang lumayan menghentak ini. 

Tiba-tiba ada salah satu crew yang ternyata adalah teman kuliahku menghampiri dan menyapaku,  dia menanyakan apakah aku kekasih dari gitaris yang sedang tampil. Aku menoleh sesaat ke arah sang gitaris, kemudian aku segera menggeleng karena merasa tidak mengenal sosok yang sedang ada di panggung. Temanku mengatakan bahwa sedari tadi tatapan mata dan fokus gitaris ini mengarah kepadaku, dan temanku mengira bahwa aku adalah kekasihnya. Tapi entah mengapa tiba-tiba hatiku berdesir saat aku dan gitaris itu beradu pandang. Aku merasakan ada sesuatu dibalik tatapan matanya saat aku melihatnya mengedipkan satu matanya kearahku. Namun aku hanya menatapnya sekilas bingung dan tak bergeming  sembari membenahi pengaturan di kameraku.

Hingga akhirnya fokusku terarah pada penampilan One O’Clock atau band dari teman-temanku ini. Dengan aksi Taka yang benar-benar menggila ketika diatas panggung, berbeda dengan kesehariannya. Ryota  yang dengan pongahnya membetot bass kesayangannya. Toru dengan petikan gitar serta wajah datarnya dan Tomoya dengan tingkah anehnya sambil memukul drum. Semua berhasil kuabadikan. 

Well Done!

Penampilan mereka tak kalah keren dengan band yang sebelumnya tampil lebih dulu. Aaaa bahagia sekali rasanya. Ketika hendak menuju backstage tanganku ditarik seseorang. 

Gitaris itu. 

Aku sangat terkejut dan jantungku berdebar kencang. Gitaris itu menyudutkanku ke dinding. Dia tak mengatakan apapun, namun dia hanya meminta ponselku. Aku merasa heran dengan sikapnya. Namun dengan segera kuberikan ponselku kepadanya dan dengan cepat ia mengetikkan sesuatu di ponselku. Tak berapa lama suara ponsel lain berbunyi. Dia hanya tersenyum dan kemudian memberikan ponselku kembali padaku.

Begitulah awal perkenalanku dengan Alex, hingga dari nomor ponsel itulah akhirnya hubunganku dan Alex menjadi dekat dan berujung menjadi sepasang kekasih selama hampir lebih dari 3 bulan. Perkenalan yang tak biasa itu membekas dalam hatiku dan aku menyatakan bahwa perkenalanku dengan Alex adalah perkenalan termanis yang pernah kualami. Aku sangat bahagia dengan Alex. Belum lama aku menjalin hubungan kekasih dengan Alex, yang terjadi setelahnya adalah Alex dikirim orangtuanya untuk studi ke Amerika. Aku tak bisa berbuat banyak dan hanya bersedih karena Alex akan meninggalkanku dalam waktu yang tidak sebentar.

Aku hanya bisa menerimanya dengan lapang dada, dan harus bisa menyesuaikan diri jika nantinya aku tidak akan bisa bertemu dengan Alex sewaktu-waktu. Dan aku hanya bisa bersabar untuk menunggu kepulangannya dan nanti bisa kembali bersama-sama merajut kasih.

~~~~~~~~~~~~~~~

Sore hari yang cerah ini kugunakan waktu untuk jalan berdua dengan Ryota. Dia ingin mencari gitar bass yang baru, karena gitar bass miliknya yang lama dirasa sudah tak nyaman. Dengan membawa dua tas ransel di punggung dan tas selempang di bahuku, aku memotret Ryota yang pandangannya fokus memilih dan mencoba gitar yang terpampang di dinding toko alat musik yang lumayan lengkap ini. 

Toru? Sepertinya dia sedang berkencan dengan gadisnya, sedangkan Tomoya  sedang menemani Ayah memancing di danau dekat rumah. Taka? Entah dimana keberadaan manusia itu, ia sering sekali menghilang dan muncul begitu saja.

Tak berapa lama ponselku berbunyi, menandakan ada pesan masuk. Kubuka dan ternyata dari Taka.

‘Kau dimana?’


‘Aku sedang bersama Ryota. Ada apa?’


‘Aku tak bertanya kau bersama siapa. Kau dimana?’


‘TOKO ALAT MUSIKKKKKKKKKKKKK !!!!! Isi pesan teksmu sangat menyebalkan!’

‘Kau pikir aku peduli?’

Aku tak berminat lagi membalas pesan dari Taka, ia benar-benar tidak asyik. Namun aku sangat terkejut ketika setengah jam kemudian Taka masuk kedalam toko musik dan mengatakan..

“Kau harus melihat ini!”

Sedetik kemudian Taka menyeretku dan berjalan sangat cepat meninggalkan Ryota yang kebingungan, namun akhirnya ia mengikuti kemana aku dan Taka berjalan.

Tiba di sebuah kafe yang ditunjuk Taka, dengan pelan aku memasuki kafe itu. Taka dan Ryota mengekor dibelakangku. Dengan hati yang penuh tanya-tanya aku pun melihat ke segala arah kafe ini, dan mungkin inilah yang dimaksud oleh Taka.

Aku harus melihat ini!

Aku harus melihat Alex yang sedang memadu kasih di sofa kafe ini dengan kedua mataku secara langsung!

Dengan penuh amarah, kudatangi meja dimana Alex dan seorang gadis tengah bercengkrama mesra. 

“Alex!!!”

Alex dan gadis itu terlihat sangat terkejut.

“.....”

“Kau bilang kau di Amerika?”

“Ak...aku sudah pulang” Alex menjawab dengan tergagap.

“Dan kau pulang tak memberitahuku??? Kita bicara diluar!” Darahku sangat mendidih melihat perlakuan Alex terhadapku.

Bagaimana bisa ia tak mengabariku bahwa ia sudah pulang dari Amerika? Bagaimana bisa ia tak segera menemuiku jika ia sudah kembali? Dan bagaimana bisa ia malah terlihat bersenang-senang dengan gadis lain, sedangkan yang kuketahui adalah akulah gadisnya. 

Kuseret Alex keluar dari kafe, dan aku sudah tak memperdulikan lagi Taka, Ryota dan gadis yang bersama Alex. Yang paling kupikirkan saat ini adalah penjelasan dari Alex atas apa yang sudah dilakukannya terhadapku.

“Jelaskan padaku, apa alasanmu melakukan ini semua kepadaku???” Teriakku sarat kekecewaan pada Alex.

Aku dan Alex sudah berada di sebuah taman yang agak sepi.

Alex tak menjawab apapun.

“Alex... jelaskan padaku....”

Hening.

“Kenapa kau hanya diam Alex, aku butuh alasanmu. Kenapa kau melakukan ini semua? Kau berbohong padaku!”

“Maaf.”

Kata maaf meluncur dari bibir Alex. 

Setelah itu tak ada yang berbicara lagi selama setengah jam. Hingga akhirnya aku membuka suara.

“Sejak kapan kau kembali ke Tokyo?”

“Lima bulan yang lalu...” Jawab Alex lirih.

Kepalaku berdenyut. Aku merasakan perih yang teramat sangat di hati. Kenapa bisa seperti ini, dan apa sebenarnya salahku hingga Alex bersikap demikian.

Hening kembali dalam waktu yang cukup lama, aku berpindah posisi menuju ayunan dan terdiam disana. Alex menyusulku menuju ayunan di sebelahku.

Entah sudah berapa jam aku dan Alex terdiam disana, tapi yang pasti sejak matahari tenggelam hingga langit gelap pekat pun tak kunjung membuatku berpikir secara logis.

“Apa salahku  Alex? Kenapa kau seperti ini.”

“Kau tak bersalah.”Jawab Alex cepat.

“Lalu....”

“.........”

“Alex, aku hanya ingin penjelasan yang sebenarnya darimu. Aku tak ingin kebohongan lagi.”
Terdiam beberapa saat, Alex menghela nafas dan suara Alex keluar.

“Aku terganggu dengan kehadiran keempat laki-laki itu,”

“Ap..apa?”

Aku terperanjat dengan jawaban Alex.

“Mereka  mengganggu pemandanganku.” Lanjut Alex.

“Ta...tapi....”

“Dan aku tidak suka mereka yang selalu menempel padamu seperti lintah .”
Aku tercengang mendengar jawaban Alex.

“Cuma ituuuu?”

“Yap hanya itu, dan untuk hal-hal yang lain aku sama sekali tak merasakan suatu masalah.” Jawab Alex tenang. “Perhatianmu, cintamu, dan segala hal tentangmu aku sangat suka”
Jeda beberapa saat.

“Apa salah mereka sehingga kau tidak senang dengan keberadaan mereka di sekitarku?”

“Tidak ada.”

“Lalu?”

“Aku hanya merasa jengah saat aku bersamamu, keempat laki-laki itu tak henti-hentinya menghubungimu. Itu sangat merusak moodku.”

Aku menunduk. Airmataku serasa ingin keluar, tapi aku tak bisa menangis. Perkataan Alex sangat menusuk hatiku. 

“Lalu....”

Lidahku serasa tercekat. Aku meremas ujung bajuku.

“.......lalu, jika aku menjauhi teman-temanku.. apakah kau juga akan kembali padaku?” Aku menatap Alex sekilas.

Alex menaikkan salah satu alisnya kemudian keningnya berkerut.

Aku menunduk lagi.

“Untuk hal itu, akan kupikirkan.”

Aku menaikkan kepalaku, memandang tepat mata Alex yang khas mata orang barat.

“Benarkah?” Tanyaku

“Ya.. aku akan memikirkannya kembali dan mungkin kita bisa kembali seperti dahulu.”

Aku tersenyum dengan salah satu sudut bibirku. Seperti angin surga ketika Alex mengucapkan kata-kata itu, aku seakan diberinya harapan. Tapi dari perkataannya aku jadi mengerti seperti apa Alex mencintaiku. 

“Baik...”

“Hmmm?” Alex menggumam.

“Sepertinya aku sudah memiliki suatu keputusan sendiri untuk hubungan kita,”

“Keputusan? Seperti apa?”

“Alasan kau meninggalkanku adalah karena teman-temanku yang sudah lebih dari 11 tahun setia bersamaku.” Aku menghela napas, “Sedangkan aku mengenalmu tak lebih dari setahun yang lalu.”

Alex menyimak perkataanku.

“Maka sudah kuputuskan, memang lebih baik kita tak bersama lagi.” Aku berkata sembari mencoba tersenyum.

Keterkejutan terlihat sangat kentara di wajah Alex. Mungkin ia tak menyangka bahwa aku akan berkata demikian.

Aku melanjutkan kembali,

“Aku belum terlalu mengenal sifatmu Alex, dan ketidaksukaanmu itu menandakan bahwa kau tak percaya kepadaku. “

“A..a...”

Alex seperti kehilangan kata-kata.

“Jika kau memintaku untuk menjauhi teman-temanku demi hubungan kita, aku dengan besar hati akan menolaknya. Maafkan aku...”

“Ohhh... Jadi selama ini kau tak menganggapku sebagai orang yang berarti bagimu? Begitu???” Suara Alex terdengar lebih meninggi dari sebelumnya.

“Kau juga penting dalam hidupku Alex, tapi... sepertinya aku yang tidak penting bagimu. Dengan mudahnya kau berbohong untuk meninggalkan aku dan menggandeng gadis lain.” Ujarku sambil menyibak rambutku yang tersibak angin dan tersenyum.

Rahang Alex sedikit terbuka, ia terpana.

“Mereka seperti keluargaku Alex, susah senang kami lalui bersama. Tapi kami tetap menghormati kehidupan pribadi masing-masing. Bahkan masing-masing dari mereka juga punya kekasih.”

Alex menunduk dan terdiam tanpa kata.

“Maaf jika aku menyakiti hatimu, tapi... aku lebih memilih mereka.” Aku mulai beranjak dari taman.

“Kenapa?” 

Alex berteriak dan menghentikan langkahku. Aku berhenti sejenak dan berdiri menghadap Alex.

“Kau menanyakan kenapa?”

Alex mengangguk.

“Kau tak bisa menerimaku apa adanya karena kau juga tak menerima teman-temanku.”
Aku meremas tasku.

“Mereka adalah bagian hidupku dan takkan ada yang bisa memisahkanku dengan mereka walau masing-masing dari kami nanti berkeluarga...” Lanjutku.

Aku berjalan menjauhi Alex dan meninggalkan taman.  Alex tak menahan maupun mengejarku. Perasaan kecewa sedikit menyeruak, namun ada suatu perasaan bangga dan lega disana. Dimana aku bisa sangat yakin dan mantap akan keputusanku. 

Hingga sampai di persimpangan jalan di area taman, aku jadi teringat kawan-kawanku yang menyebalkan itu dan ingin sekali menemui dan memeluk mereka satu persatu. Namun baru beberapa detik memikirkan mereka, suara cempreng menyambutku...

“Hey nona manis... butuh bahu untuk bersandar?”

Aku menoleh. 

Senyum yang sangat manis itu menyambut. Benar-benar menyejukkan.

“Ryota?”

Terlihat ketiga sahabatku yang lain juga bersandar di tembok.

“Kalian?” Senyumku mengembang.

“Aku jadi ingin menangis mendengar kata-katamu...” Ujar Toru

“Aku juga terharu,” Sahut Tomoya

“Seperti bukan kau yang mengatakannya tadi.” Gumam Taka.

“Kalian menguping huhhh !!”

Aku menghambur kearah mereka. Sebenarnya aku ingin sekali menjitak kepala Taka, namun tidak kulakukan. Aku langsung menghambur ke pelukan Taka dan memukuli punggungnya pelan.

“Terimakasih, kau benar-benar sahabatku Taka.”

Kupikir Taka akan jengah dan segera melepas pelukanku, namun ternyata ia balik memelukku erat. 

“Kau adalah gadis kami yang paling berharga, kami akan melindungi dan menjagamu sekuat tenaga kami.”

Air mataku menetes. Aku menangisi kebahagiaanku memiliki teman seperti mereka berempat, bukan menangisi patah hatiku karena Alex. Rasanya lebih indah dari jatuh cinta.

“Kau tak memeluk kami juga? Kenapa kalian berpelukan lama sekali? Tak adil.” Cibir Toru.
Sementara Ryota hanya tertawa dan Tomoya memberikan gestur bahwa ia sudah siap menerima sebuah pelukan.

Akhirnya aku memeluk mereka satu persatu, kemudian aku pulang bersama mereka dengan berjalan kaki sambil tak henti-hentinya menebar canda dan tawa lepas.

~~~~~

Sabtu siang ini One O’Clock tampil difestival dan aku sudah siap di bawah panggung yang berukuran tanggung ini dengan kamera yang menggantung di leherku. Hari ini aku memakai celana jeans biru dengan tangktop yang tertutup oleh rompi jeans biru, rambutku kuikat dengan rapi dan aku berdandan sedikit. Taka, Toru , Ryota dan Tomoya  sudah berada di backstage untuk bersiap-siap menanti gilirannya untuk perform. Aku teringat saat di perjalanan tadi Toru memujiku yang katanya aku terlihat sangat cantik, kemudian aku membalas pujiannya dengan satu pukulan di bahunya. Mencoba merayu huh? Hahaha

Dan ketika One O’Clock sudah selesai tampil dengan membawakan lima buah lagu, tepuk tangan riuh berdenging sangat keras di telingaku. Banyak gadis-gadis yang mengelu-elukan mereka dan mengatakan mereka sangat keren dan luar biasa. Aku menghampiri mereka di backstage dan menyelamati mereka karena penampilan mereka sangat bagus. Peluh keringat masih tersisa di wajah dan kaos mereka, namun rasa puas dan bangga terlihat dari wajah mereka.  Sembari menunggu mereka berempat berganti baju yang sudah basah keringat, aku pun duduk di salah satu kursi kosong yang tersedia disana. Sambil melihat kembali hasil potret teman-temanku di kamera. Masih asik sendiri dengan duniaku, hingga tiba-tiba perasaanku mengatakan ada seseorang yang sedang mengamatiku. Aku menoleh ke arah seseorang.

Itu dia.

Alex.

Dia terlihat melihatku dengan tatapan mata yang susah kujelaskan apa artinya. Aku mengajaknya tersenyum dan Alex balas tersenyum. Hatiku sedikit berdesir, tak bisa kupungkiri hatiku masih ada nama Alex walau sudah tak sebesar dulu. Kenangan itu akan selalu ada dan tak bisa terlupa, meskipun aku dan Alex sudah tak bersama lagi dan akan memulai cerita baru dengan orang lain nantinya. 

Mungkin sebentar lagi adalah gilirannya tampil dengan bandnya karena ia masih terlihat sangat tampan dan belum ada setetes keringat di wajahnya. Pelan tapi pasti Alex mencoba mendekat kearahku... ia berjalan ragu dan aku tahu ia berupaya menghampiriku. Namun sebelum Alex melangkah lagi, pintu yang berada didepan Alex terbuka dan munculah keempat lelaki ini dengan suara gaduh. Alex berhenti disana. Sepertinya ia tak melanjutkan niatnya untuk mendatangiku, mungkin karena ia melihat teman-temanku yang sudah bersiap-siap untuk mengajakku pulang.

Sebelum pergi aku masih sempat melambaikan tangan kepada Alex dan ia hanya membalas dengan sebuah senyuman. Dengan rasa percaya diri yang tinggi Tomoya merangkul bahuku dan mengajakku berjalan di belakang Ryota, Toru dan Taka yang sudah berjalan duluan di depanku.

“Bagaimana fotoku di penampilan tadi? Kau mengambilnya dengan baik kan?” Tanya Tomoya.
“Selalu luar biasa seperti biasanya.” Jawabku sambil mengacungkan jempol sebagai simbol yang artinya adalah bagus.

“Ahh, terima kasih. Kau memang selalu bisa diandalkan.” Puji Tomoya sambil menepuk-nepuk kepalaku.

Aku tersenyum lebar mendengar pujian dari Tomoya.

“Aku ingin memberitahumu sesuatu.”

“Apa itu?”

“Kita mundurkan beberapa langkah lagi dibelakang mereka.”

Aku dan Tomoya melambatkan langkah di belakang mereka bertiga dan berjalan dengan sangat pelan.

Aku makin penasaran.

“Cepat ceritakan...”

“Kau ini tidak sabaran sekali, baiklah kuceritakan padamu. Tapi jangan sampai mereka tahu bahwa kau sudah mengetahuinya. Oke ?”

“Oke. Aku berjanji.”

“Toru putus dengan kekasihnya, Ryota juga memutuskan untuk tak kembali lagi pada mantan kekasihnya, dan Taka... ia sebenarnya tak pernah memiliki kekasih karena ia sedang menunggu seseorang.” Bisik Tomoya.

Mataku membulat seketika.

“Kau seriussssss????” Sorakku dengan suara keras.

Taka dan Ryota menoleh ke arah ku dan Tomoya. Dan Toru masih dengan cueknya melangkah.

“Bodoh! Suaramu benar-benar... Pelankan suaramu!”

“Ah maaf, maaf aku benar-benar terkejut.” Aku mengacungkan tanda v di jari sebelah kananku pada Tomoya, “Tapi apa alasannya? Kenapa mereka seperti itu?”

“Alasannya adalah kau.” Jawab Tomoya singkat.

“Hah? Aku? Bagaimana bisa?”

“Mereka kagum denganmu saat kau mengakhiri hubungan dengan Alex, dengan tegas kau memilih kami. Itu yang membuatku dan teman-teman lain sangat terkesan.”

“Benarkah seperti itu?”

Tomoya hanya mengangguk.

Aku tersipu.

“Itu bukan apa-apa, bukan suatu perbuatan yang heroik.”

Tomoya hanya tertawa pelan.

“Mungkin menurutmu seperti itu, tapi bagi kami tidak.”

Senyumku makin lebar.

“Dan karena alasan itulah kami semua memutuskan untuk sementara tak memiliki kekasih dan berhenti untuk mencari cinta. Demi persahabatan kita.” Kata Tomoya bijak.

“Kami? Kau juga melakukannya Tomoya? Tapi gadis itu incaranmu sejak dulu bukan?”

“Aku bisa mendapatkannya jika aku mau, tapi memang bukan sekarang.”

“Terimakasih. Benar-benar terimakasih yang sangat dalam untuk kalian...”

Aku tersenyum bahagia dan menggandeng Tomoya untuk berlari menghampiri ketiga sahabat yang lain. Dan berjalan beriringan menuju stasiun terdekat dan pulang kerumah menaiki kereta.

End.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Wohoooo....

Udah beberapa hari ini nulis ini efef, sampe pathetic girl terbengkalai. Hahaha tapi gapapa ya. Semoga suka sama ff ini.

FF ini terinspirasi dari kisah adek gw yang punya dua sahabat (dua-duanya cowok) yang terjalin dari sejak SD. Dan sekarang udah pada kerja dan sampe sekarang hubungan akrab mereka masih terjalin dengan baik. Karena ketiga tuyul itu masih sering jalan bareng, entah ke mall atau main kerumah dan punya aktivitas rutin yaitu masak. Oke.

Dan setau gw sih ketiganya sampe sekarang pada belom punya pacar. Hahaha.
Okedah, karena udah selesai. Saya istirahatin dulu otak saya yang udah berpikir keras. Nanti kalo udah seger lagi saya bakal lanjutin lagi itu pathetic girl. Oke.

Buat yang udah ga sabar, sabar dulu ya... Love Around Me dibaca dulu. Hehehehe.

Gw nemu akun twitter temen gw. Cowok. Dia temen gw jaman SMA, lucunya kita ga pernah ngomong sama sekali. Nyapa juga enggak. Tapi karena pesbuklah akhirnya bisa ngobrol dan jadi akrab. Hingga akhirnya dia juga salah satu orang yang mendorong gw untuk terus dan tetap semangat nulis. Thanks ya Benji!
.
.
Selamat Malam.
.
.
Terimakasih Sudah Berkunjung.
.
.
Kapan-kapan Main Lagi Ya....
.
.

8 komentar:

  1. "Everybody ever be buddies, days we grow up are days we will treasure"
    Gue langsung inget sma lagu ini mbaa :3

    Dan ff enih mewakili banget mbaa khayalan gue mbaa, haha, khayalan dmna gue bisa sohiban sma mereka. Ciyus. Sma banget kek khayalan gue (´⌣`ʃƪ)
    Sugee mbaa ( ≍ˆ3(¯▾ˆ◦)

    Badewey, negara api itu avatar eng mbaa, bukan naruto, euh gemes deh (〃´▽`〃) - c< ´θ`)ノ

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha chaosmyth yak.
      lagunya emang asik buat sohib.

      yang bener va? tapi emang nyenengin ya kalo misalnya bisa temenan sama mreka dan bisa deket banget sama mereka. ga kebayang bahagia banget. hahaha
      makasih lho va...

      hahahahahaasik, ternyata ada yang ngeh juga, sengaja gw plesetin va sapa tau ada yang nyadar. ternyata elo. wakakkaakkakakakakakka

      Hapus
    2. Huuh, ktanya tuh lagu nyeritain mereka mbaa, sempet bingung juga sma judulnya. Tpi ngerti deh skrg kenapa judulnya kek gituh :3
      Cocwiitt bingitz sih.

      Gkgkgkgkgkgk, okeh stoppp ngayal nya, jangan terlalu tinggi nanti kalo jatoh sakit :v
      Macama mbaa :*

      Yaiya atuh mbaa, da naruto mah bukan negara api ataupun negara air, kazekage yang adaa mah, cubit lagih nih (〃´_`〃) - c< ´θ`)ノ

      Hapus
    3. Sebenernya sih lagu sama judul ga nyambung, tapi kata orang-orang chaosmyth itu inisial nama-nama temen si taka. eh emang taka punya temen? wkwkwkwkwk

      gaapaapa kalo ngayal, kan bagian dari imajinasi & bisa bikin otak tambah kreatif. hahahaha.
      oke deh :*
      Muah balik

      Wkwkwkwkwk, jeli juga ya lo. bagus dah bagus.
      kapan-kapan gw bikin plesetan lagi & pengen tau lo bakalan nyadar lagi atau ga. hahaha

      Hapus
    4. Kalo gue denger sih mbaa itu tuh artinya dongeng kekacauan. Setelah ngubek* dumay nih, gw nemuin kalo ntuh lagu nyeritain anak muda yang udah tmenan lama tapi pas udah gede mereka tuh makin jauh terus jarang ketemu. Kenapa choasmyth? Karena mreka kangen saat-saat kacau pas masih sma-sama :D CMIIW

      Kreatif apa nyah mbaa? Bikin gockil tuh khayalan :D gkgkgk

      Gw tunggu mbaa, secepatnya :D

      Hapus
  2. ini ffmu kedua yang kubaca malam ini, dan wow!! saya harus acungkan jempol dengan cerita yang satu ini! cara membawakan ceritanya bener-bener santai...
    oke, lets review...
    satu, berhubung aku tidak tahu siapa mereka berempat, foto yang dipajang di atas bener-bener membantuku saat si 'Aku' mendeskripsikan ke empat sahabatnya..
    dua, Point of View 'Aku' bener bener nempel rasanya, saya sendiri selah-olah tenga menjadi perempuan itu saat membaca ff ini dari awal hingga akhir.
    tiga, ada beberapa kesalahan penulisan, di paragraf deskripsi untuk Toru, kamu menyelipkan nama NARUTO, whyy?? saya harus baca tiga kali paragraf itu agar yakin kalau itu bukan halusinasi, hahaha....
    tapi overall ceritanya keren kok! friendshipnya bener-bener kerasa!!
    salute untuk Anda mbak widi...
    see you...
    LSP....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bwahahahahhaa emang typo kampret banget itu mas L... bener-bener ngrusak suasana ceritanya.
      Trimakasih loh Mas L... review nya beneran bikin semangat buat bikin ff lagi setelah sekian lama vakum total nulis ff karena penyakit males.

      Oh iya kalo boleh baca & review ff yang lainnya juga dong Mas, biar makin bagus kedepannya kalo bikin ff lagi.
      Sekali lagi makasih ya Mas L..

      Hapus
  3. hampir nangis gua kak, baca ini ff, berasa kayak nyata banget dan teringat lagu chaosmyth. Takaaaa lu sompreeettt dahhh masa iya ngaku'' banyak cwe v gak pernah jalan bareng wkwkwkw... dan Toru mutusin pacarnya demi persahabtan aouchhh so sweet banget yahh seandainya itu cwe Guaaaa ahahaha Gua rela dan gak punya pcar demi sahabtan ama 4 laki laki ituu hahaha...

    BalasHapus

Feel free to comment... silahkan....