A Pathetic Girl with a Stubborn Boy Chapter IX
Genre : Romantic
Length : Chapter by Chapter (belum ada rencana sampai chapter berapa)
Cast : Manami as Donna
Taka
Toru
Ryota
Tomoya
Disclaimer : Cerita punya saya, tapi tokoh bukan punya saya. Fanfiction One Ok Rock ini dibuat hanya untuk koleksi dan kesenangan semata.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
“Manamiiiii.............. maafkan
kesalahan Ayah.... maaf kan ayah......” Ayah berteriak histeris sambil memeluk
tubuhku.
Aku sangat terkejut saat
tiba-tiba Ayah memelukku dengan tangisannya yang memilukan. Berulangkali Ayah
meminta maaf atas perbuatan yang dilakukannya dahulu. Aku merasakan betapa Ayah
tersiksa dengan kondisi yang dialaminya sekarang.
Beberapa suster berdatangan ke
kamar Ayah, karena mendengar kegaduhan disini. Samar-samar aku melihat Taka
menjelaskan pada suster-suster itu entah mengatakan apa dan dengan perlahan suster-suster
itu meninggalkan kamar Ayah. Dan kini hanya ada aku dan Ayah di ruangan ini
karena Taka juga turut meninggalkan kamar Ayah untuk memberikan waktu dan ruang
untukku dan Ayah untuk saling berbicara.
Ayah terisak beberapa kali, bahunya
berguncang sangat keras.
“Aku merindukan Ayah...
sangat....” Aku berbisik lirih.
“Ayah juga merindukanmu Manami,
Ayah sangat rindu padamu...”
“Maafkan aku Ayah karena telah
meninggalkan Ayah dan menghadapi semua ini sendirian.”
“Tidak.. tak perlu meminta maaf,
Ayah pantas menerima semua. Ayah telah menerima hukuman atas perbuatan Ayah di
masa lalu...” Tangisan Ayah makin keras.
Mau tidak mau, tangisan Ayah
makin membawaku ke dalam rasa bersalah dan menangis tak kalah keras seperti
Ayah. Lama aku dan Ayah saling berpelukan dengan hujan air mata yang membasahi
masing-masing pundak kami. Saling melepas rindu dan mencoba mengobati rasa
bersalah yang hinggap di hati.
Aku melepas pundak Ayah,
“Ayah, aku sudah mengetahui
semuanya...” Ucapku lirih
“Benarkah?”
“Benar Ayah... Dan aku sangat
yakin bahwa Ayah tidak mungkin menyakiti Ibu.”
“Ayah memang sangat mencintai
Ibu, Ayah tak akan mungkin tega membunuh Ibumu. Ayah sangat mencintai
Ibumuu...huuuhuuuuu....” Ayah kembali menangis sesenggukan sambil menutupi
wajahnya dengan kedua telapak tangannya.
“Tapi Ayah merasa belum lega jika
Ibumu belum bisa memaafkan Ayah....”
“Sudahlah Ayah, Ibu sudah tenang
disana. Jika Ayah menangis dan menyesali seperti ini Ibu tak mungkin bisa
tinggal tenang disana...” aku mencoba tegar dengan menghibur Ayah.
Kuusap-usap dan kutepuk pundak
Ayah yang tertutup oleh piyama rumah sakit, mencoba untuk menghiburnya dan
mengalihkan rasa sedihnya dengan kata-kata aku sendiri tak pernah merasa
sebijak ini. Selama beberapa menit aku dan Ayah saling menguatkan, saling
membangun kepercayaan satu sama lain, dan saling mencoba mendekatkan diri.
“Manami...”
“Hmm, iya Ayah?”
“Kemana saja kau 6 tahun ini?”
Aku hanya tersenyum.
“Aku ditempat yang tak jauh dari
sini Ayah..”
“Benarkah? Tapi kenapa kau sangat
susah ditemukan?”
“Aku sengaja menutup diri
dan mengubah namaku agar tak ada lagi
yang mengingatku,”
“Merubah nama?”
“Donna Okada Benson. Nama nenek
dari Ibu..”
Ayah mulai tersenyum.
“Aah... pantas saja susah sekali
menemukanmu Nak,”
Aku tersenyum singkat.
“Lalu, apakah kau hidup dengan
baik selama 6 tahun ini? ?”
“Seperti yang ayah lihat, aku
baik-baik saja kan, justru Ayah yang jatuh sakit.”
“Ayah tidak sakit, ayah hanya
merindukan dua malaikat Ayah. Kau dan Ibumu.”
Aku menangkup wajah Ayah dengan
kedua telapak tanganku. Menghadapkan wajahnya ke arahku.
“Maukah Ayah dengan tulus
memaafkan semua kesalahanku?”
Ayah tersenyum dan meraih
tanganku yang ada di wajahnya kemudian tangan kami saling menggenggam erat.
“Tentu. Ayah memaafkanmu Nak, dan
maafkan kesalahan Ayah karena telah membuat keluarga kita berantakan.”
“Terimakasih Ayah, aku berjanji
akan menjadi putri Ayah yang baik,”
“Ayah juga berjanji akan menjadi
Ayah yang lebih baik lagi untukmu, mari kita bersama-sama membangun keluarga
kecil kita seperti dulu.”
Aku hanya mengangguk dan satu
bulir air mata jatuh kepipi, aku menghambur ke pelukan Ayah. Sangat nyaman
rasanya. Kini aku punya seseorang untuk bersandar. Tiba-tiba aku teringat
seseorang.
Taka.
Dia terlihat bersama seseorang
berbaju putih-putih memasuki ruangan kamar Ayah.
“Maaf bila mengganggu acara
kalian, tapi ini saatnya Oku-San minum obat dan beristirahat.”
Aku dan Ayah menoleh ke arah
suara.
“Ohh Fuji Sensei, aku tidak
sakit. Lihat.. aku baik-baik saja...” Kata Ayah sambil bergaya seperti binaraga
dengan menunjukkan otot-otot lengannya di atas tempat tidurnya.
Aku tersipu malu demikian halnya
dengan Taka yang tersenyum simpul sambil memandangku.
Fuji Sensei yang notabene adalah
dokter pribadi Ayahku terlihat tercengang melihat perubahan Ayah, wajahnya
tampak begitu terkejut.
“Ooh... Oku-San langsung
mengenaliku? Kau sudah sembuh?”
Dahi Ayah berkerut.
“Dua puluh lima tahun Fuji Sensei
menjadi dokter pribadiku, bagaimana bisa aku melupakan Fuji Sensei... Fuji
Sensei yang melupakanku... hahaha” Gurau Ayah sambil tertawa.
Mau tak mau seisi ruangan ikut
tertawa.
“Dan satu hal, aku sama sekali
tidak sakit. Aku sehat dan lebih dari sehat.” Sahut Ayah.
“Biasanya Oku-San tak pernah mau
kuajak berbicara, selalu diam saja. Hahaha. Tapi syukurlah jika Oku-San kembali
seperti sedia kala... ohh aku baru sadar.. siapa gadis cantik ini?” Fuji Sensei
menunjuk kearahku.
Dengan merangkul pundakku dengan
bangga Ayah mengatakan,
“Ini putriku, putri cantikku.”
“Aahhh...” Fuji Sensei hanya
menganggukkan kepalanya dan tersenyum kepadaku sepertinya ia paham dengan apa
yang terjadi pada kehidupan keluargaku.
Aku membalas senyum Fuji Sensei
dan membungkuk kearahnya.
“Baiklah, beberapa menit lagi suster
akan memeriksa kondisi Oku-San, aku berharap Oku-San semakin membaik. Permisi..”
Fuji-Sensei membungkuk kemudian meninggalkan ruangan.
Kami semua membungkuk
mempersilahkan Fuji Sensei untuk kembali melaksanakan tanggung jawabnya yang
seorang dokter untuk melakukan tugasnya dengan memeriksa pasien lain.
Tatapan Ayah beralih ke arah
Taka.
“Kemarilah nak,”
Ayah merentangkan tangan agar
Taka mendekat kearahnya. Taka mulai mendekat ke pinggir tempat tidur dan Ayah
merangkul pundaknya.
“Terimakasih karena kau sudah
membantu Paman hingga selama ini. Kau lelaki paling hebat yang pernah Paman temui.”
“Paman berlebihan, Aku hanya
membantu Paman sekuat tenagaku Paman.”
“Tapi kau memang hebat, Kau tak
pernah lelah untuk terus berusaha dan berharap ketika Paman mulai putus asa
lima tahun yang lalu.”
"Paman, itu tak seperti yang Paman pikirkan.." Taka mencoba mengelak.
"Tapi jika bukan karena sifat keras kepalamu yang berlebihan mungkin ini semua tidak akan berhasil tanpamu..." Ayah memuji sangat tulus.
Hening sejenak.
“Aku melakukannya karena cinta,
Paman...” Jawab Taka diplomatis.
“Cinta? Kau cinta pada Paman? Hahaha
?”
Ah Ayah selalu saja suka merusak
suasana, sama persis seperti kebiasaan Ayah dulu.
“Ah Paman, tentu saja aku masih
waras dan tidak mungkin mencintai Paman, hahaha” Taka menahan tawa.
“Lantas kau cinta pada siapa?”
“Tentu saja pada Putri Paman,
Manami...”
Hehhhh.... Taka !
Aku tersipu salah tingkah
mendengar penuturan Taka. Apa maksudnya mengatakan hal demikian di depan
Ayahku. Membuatku malu saja dan tiba-tiba aku jadi teringat acara menginapku di losmen tadi malam. Aku semakin malu dan kepalaku tertunduk.
Ayah menoleh kearahku dan Taka
bergantian.
“Sepertinya kalian memang cocok,
bagaimana kalau Ayah jodohkan?”
Ah Ayah mulai lagi... sifatnya
sama sekali tak berubah sama seperti dulu.
“Ayahhhhhh..... !” Aku merajuk
agar Ayah berhenti menggoda.
Sedangkan Taka hanya tersenyum
sambil mengangguk seakan mengatakan,
‘Aku Bersedia Paman’
Sedangkan aku hanya menyilangkan
tangan ke dada dan melirik sebal.
Taka menyela,
"Aku sangat terkejut melihat kondisi Paman yang cepat sekali berubah dengan kehadiran Manami. Tapi aku juga sangat senang jika Paman kembali seperti sedia kala, aku merasa perjuanganku selama bertahun-tahun tidak sia-sia. Aku bahagia sekali Paman...."
"Kemarilah...." Ujar Ayah sambil memeluk Taka dengan pelukan antar lelaki.
"Kau memang andalan Paman, tak ada kata yang bisa melukiskan bagaimana rasa terimakasih Paman untukmu."
"Itu tidak perlu Paman."
"Jangan bicara seperti itu Nak, Hari ini Paman sangat gembira sekali. Jika kau meminta sesuatu kau bisa minta pada Paman, tanpa perlu sungkan..."
Taka hanya terdiam sambil melirik ke arahku sembari berbisik tanpa suara " I want you" Kemudian ia menjawab..
“Bagaimana kalau makan malam? Aku
sudah membeli tiga porsi sushi untuk kita bertiga...”
Ayah menyahut cepat.
“Kebetulan Paman lapar sekali,
ayo kita makan...”
“Itadakimasu~.....”
"Porsi kenapa kecil sekali, tukar denganku Paman..."
"Tidak bisa, porsi besar untuk orang tua..."
"Hahahahahahahaa"
Ruangan kamar Ayah terlihat
begitu hangat. Aku, Ayah dan Taka makan dengan perasaan yang bahagia dan saling
bercanda ria. Mereka berdua terlihat sangat akrab dan sudah lama saling
mengenal. Perasaan ini sangat indah dan
menyenangkan. Aku seperti mempunyai dua pelindung yang akan selalu menemani
hari-hariku dan membimbing langkahku. Dan dua laki-laki ini.... Ayah dan Taka,
terlihat sangat berharga dimataku. Ada semacam perasaan yang aku rasakan tidak
ingin berjauhan dengan mereka. Hati dan perasaanku seperti telah terikat
sesuatu.
~~~~~~~~~~~~~~~
Ruangan rumah sakit di kamar Ayah
lumayan bagus, di ruangan ini ada sebuah kulkas kecil, televisi, lemari pakaian
dan sofa yang sangat nyaman untuk bisa di jadikan alas tidur. Mungkin sangat
cocok untukku tidur malam ini. Namun ternyata Taka sudah tertidur duluan di
sofa sesaat setelah kami makan bersama, jadi Aku dan Ayah sengaja tak
membangunkannya. Taka pasti sangat lelah sekali.
Sebagai gantinya Aku dan Ayah
tidur bersama di ranjang pasien. Tidur dalam pelukan Ayah memang sangat
menentramkan hati. Tiba-tiba aku jadi teringat ketika umurku lima tahun, saat
itu aku masih sangat manja sekali. Aku tidak ingin tidur jika tidak ditemani
Ayah di kamar tidurku saat itu. Dan belum bisa terpejam seutuhnya jika Ayah tak
menepuk-nepuk pundakku. Kini serasa aku bernostalgia lagi ke masa umur lima
tahun, karena Ayah pun melakukan hal yang sama yaitu menepuk-nepuk pundakku.
Ditengah keheningan Ayah
bersuara,
“Ayah sangat rindu Ibumu, maukah
menemani Ayah di pemakaman besok pagi?”
“Tentu Ayah, aku sangat mau. aku
sama sekali belum pernah melihat makam Ibu. Putri macam apa aku ini...”
“Sssst... sudahlah, jangan
dibahas kembali. Itu sudah berlalu. Kita sudah berjanji bukan untuk
memperbaikinya?
“Hmmm...” Aku mengangguk.
“Mari kita tidur....”
“Tunggu Ayah...” Sahutku cepat.
“Pelankan suaramu, Taka bisa terbangun...”
“Ah maaf aku tak sengaja,”
“Ada apa?”
“Ayah dan Taka... “
“Apa yang ingin kau tanyakan?”
“Ayah dan Taka sudah lama saling
mengenal?”
“Tentu..”
“Bagaimana bisa?”
“Ceritanya sangat panjang, tak akan selesai hingga besok pagi jika tak diceritakan sekarang,”
“Aku sangat ingin tahu siapa Taka
sebenarnya Ayah, apakah dia teman di masa laluku? Kenapa aku sama sekali tak
mengingatnya?”
“Akan lebih baik kau
mengetahuinya dari Taka. Itu jauh lebih baik.”
“Memang ada apa Ayah?”
“Ayah hanya menyarankan lebih
baik kau mengetahuinya dari Taka sendiri.”
“Ahh Ayah....”
“Putri Ayah kenapa nakal sekali,
ini sudah larut malam, kau sudah berjanji menemani Ayah ke makam Ibu bukan?”
“Ah maaf, aku lupa...”
“Yasudah, pejamkan matamu dan
kita tidur...”
“Hmmmm” Aku menggumam kemudian
terlelap tidur di pelukan Ayah.
~~~~~~~~~~~~~~~~
Author POV
Seorang lelaki berambut pirang
duduk dengan gelisah sambil menimang-nimang ponselnya, raut wajahnya
menyiratkan kekhawatiran yang teramat sangat.
“Dimana kalian, ponsel mati dan
sama sekali tak ada kabar.”
Author POV end
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Haduh maaf kalo chapter 9 nya kelamaan. Harap dimaklumi
ya mayan sibuk pol-polan di bulan Maret ini. Sebenernya sih udah hampir jadi
chapter 9 nya tapi saya selaku author merubah hampir disemua isinya karena dirasa kurang cocok.
Dan setelah beberapa reader yang
nagih di twitter berulang kali akhirnya bisa dipost lah chapter 9 nya. Dan mungkin bakalan
masih ada chapter-chapter berikutnya yang entah sampe chapter berapa, soalnya
emang ceritanya masih panjang. Semoga ga bosen ya ngikutin ff pathetic girl
ini. Dan saya boleh dong minta tinggalin komen aja di blog, biar rame & makin semangat nerusin chapter per chapter dan cepet dibikin lanjutannya trus diposting lagi. :D
Dan udah jam 1 lebih baru
selesai dan diposting. Oh iya... saya sengaja bikin pic ff biar lebih gimana
gitu.. gimana? Bagus ga kelihatannya? Hehehehe.
Akhir kata, saya pamit dulu
ya.... sudah menjelang pagi, besok masih lanjut kerja.
.
.
Selamat Menjelang Pagi...
.
.
Kapan-kapan Main Lagi ya....
.
.
Jadi kangen ayahh. Pengen pulaaangggg..
BalasHapusBuruan pulang, ayah juga kangen loh....
HapusIya, besook mau pulang mbaa :D haha.
HapusAsiiiiik, bisa kangen-kangenan sama ayah dong :D
Hapus