A Pathetic Girl with a Stubborn Boy Chapter X
Author : Parasarimbi
Genre : Romantic
Rate : Warning ! NC-21
Length : Chapter by Chapter (belum ada rencana sampai chapter berapa)
Cast : Manami as Donna
Taka
Toru
Ryota
Tomoya
Disclaimer : Cerita punya saya, tapi tokoh bukan punya saya. Fanfiction One Ok Rock ini dibuat hanya untuk koleksi dan kesenangan semata.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
10.00 pm
Setelah selesai mengunjungi makam
Ibu tadi pagi, aku memutuskan berpamitan pada Ayah untuk segera pulang karena
aku baru teringat bahwa aku memiliki janji dengan dosen lagi setelah beberapa
hari yang lalu aku tak menampakkan diri di kampus. Walau Ayah melepasku dengan
berat hati karena baru sebentar bisa bertemu, tapi akhirnya Ayah mengiyakan
juga karena aku sudah berjanji akan sering mengunjunginya di rumah sakit hingga
nanti Ayah sembuh dan kembali kerumah.
Ah rumahku...
Seperti apa keadaannya setelah 6
tahun? Masih sama seperti dulu ataukah sudah berbeda. Entahlah. Cepat atau
lambat akhirnya aku akan kembali juga kerumah itu. Aku sudah mencoba untuk
membuang ingatan di masa itu, aku sudah merasa baikan bila nanti aku hidup
bersama Ayah saja. Meramaikan rumah yang menjadi saksi bisu saat aku bertumbuh
kembang dari bayi hingga remaja.
Selama perjalanan dari tadi siang
hingga malam ini aku sama sekali tak bisa tidur karena bahagia melihat Ayahku
yang keadaannya semakin membaik setelah aku berkunjung dan saling bercengkrama
dengannya. Ayah selalu merespon tiap orang yang mengajak berbicara dengannya,
bisa dibilang Ayah sudah sembuh secara psikis. Aku baru mengetahui, kehadiran
seseorang yang sangat diharapkan mampu menyembuhkan sakit, lebih tepatnya rasa
sakit akibat batin yang tertekan.
Tapi masih saja ada penyesalan di
hatiku yang teramat sangat. Ternyata selain gadis apatis aku juga seorang gadis
yang kejam yang tega membiarkan Ayahku hidup dalam kesengsaraan dan
bayang-bayang kesalahan masa lalu.
“Maafkan aku Ayah... Aku akan
menjaga janjiku bahwa aku akan menjadi anak yang baik.” Gumamku dalam hati.
Dalam beberapa waktu, Taka selalu
menoleh padaku dan menepuk-nepuk kepalaku dan mengatakan semua akan baik-baik
saja. Ahh Taka... kau tahu jika tidak ada kau aku mungkin akan merasakan
penyesalan seumur hidup. Terimakasih, kau benar-benar penolongku.
“Manami...”
“Hmmm?”
“Kau melamun?”
“Tidak, kenapa?”
“Kalau kau lelah kita bisa
menyewa losmen lagi,”
Aku berpikir sejenak.
“Baiklah, kau juga butuh
istirahat kau pasti sangat lelah,”
“Kau ini sok tahu sekali... Apa
kau peramal? ”
Aku merengut kesal. Tingkahnya
yang menyebalkan muncul lagi.
“Yasudah kalau begitu teruskan
saja menyetirmu...”Gerutuku kesal, aku menyilangkan tangan di depan dadaku
seperti orang yang sedang ngambek.
“Hahahaha, kau ini sensitif
sekali. Baiklah aku memang lelah.. kau senang?” Tanya Taka sambil menepuk
pipiku pelan.
“Sulit ya mengatakan ‘Aku lelah’ sedari tadi?” Aku
masih pura-pura ngambek.
“Cantikmu hilang jika kau
terus-terusan marah Manami... hahaha..”
Benar-benar menyebalkan lelaki
ini, oh mungkin dia harus merasakan serangan cubitanku dulu baru dia bisa jera.
“Kau memang lelaki paling
menyebalkan Taka. Huh... Rasakan...!”
Aku mencubiti lengan Taka dan
Taka mengaduh pura-pura kesakitan. Aku masih ingin mencubiti kulitnya yang
bersih putih dan terlihat mulus itu jika Taka tidak menangkap tanganku dan
menghentikan aksiku ini. Tanganku masih digenggam Taka dan tak lama kemudian
Taka mengecup tanganku dengan tangan kanannya sementara tangan kiri yang masih
memegang setir kemudi. Aku benar-benar tersipu luar biasa. Ah Taka... Taka
Taka...
“Ah didepan sana ada losmen,
sebaiknya kita menginap disana,”
“Baiklah...”
Setelah melalui beberapa proses
pemesanan dan pemberian kunci pintu hotel akhirnya aku dan Taka sudah sampai di
kamar losmen yang berbeda dari kamar losmen kecil yang kutempati sebelumnya.
Kamar losmen ini begitu menyenangkan dengan dengan dua ranjang yang terlihat
empuk dan menyenangkan, ruangan yang lumayan agak luas dan kamar mandinya
sangat nyaman.
Aku sengaja memilihkan kamar ini
untuk kutempati bersama Taka, untuk saat ini aku tak mau berjauhan dari Taka.
Entah kenapa kehadiran Taka bagiku tak ingin membuatku jauh darinya. Aku sangat
ingin seseorang membangunkanku dan memberi kenyamanan jika nantinya aku
mengalami mimpi yang buruk. Taka sama sekali tak keberatan bahkan ia langsung
menyetujui.
“Manami, tempat tidurmu di ujung
kiri ya.. dan aku di ujung kanan.”
“Terserah kau saja.. “
“Oke Kuanggap setuju.”
Aku hanya menjawabnya dengan
senyum.
Setelah aku dan Taka bergantian
mandi, akhirnya aku dan Taka menempati tempat tidur yang sudah ditentukan
masing-masing. Aku di ranjang sebelah kiri dan Taka di sebelah kanan. Aku
merebahkan tubuhku dan memiringkan tubuhku ke arah Taka berada. Sama halnya
dengan Taka, ia rebah dengan tubuh tengkurap dan wajah yang diarahkan padaku
dengan bertumpu pada kedua tangan di kepalanya. Selama beberapa lama aku dan
Taka berada di posisi seperti ini. Masing-masing tak mau mengalihkan pandangan
sedikitpun. Hingga akhirnya aku tak tahu pergerakan Taka yang begitu cepat ketika
berpindah ke tempat tidurku.
Aku dan Taka saling berpelukan di
tempat tidurku. Saling menikmati bertatatapan mata sepuas hati dan menikmati
hembusan napas yang terasa wangi ketika dihirup. Saling bertahan hingga
beberapa saat di posisi seperti ini, Taka mulai berani mendekatkan bibirnya ke
bibirku.
Mengecupnya pelan... lembut... dan sangat jantan. Aku sama sekali tak
membalas ataupun merespon kecupan Taka, aku tahu ia berniat menggodaku. Begitu
seterusnya hingga kecupan ke tujuh. Setelahnya aku mulai merespon dengan
membalas kecupannya dan.... terjadilah malam ini suatu romantisme antara aku
dan Taka berlanjut ke suatu kegiatan yang dihabiskan dengan peluh keringat yang
mengalir dari tubuhku maupun Taka.
Pagi ini terasa cepat sekali.
Aktifitas malamku bersama Taka juga terhenti. Taka merebahkan tubuhnya yang
basah keringat di sampingku, nafasnya masih tersengal-sengal. Tubuhku sangat
lelah, nafasku seperti hampir habis. Dan aku menutupi tubuhku dengan selimut
dengan posisi membelakangi Taka, aku malu. Seharusnya saat menyewa losmen itu
adalah waktu untuk kami berdua beristirahat. Tapi yang terjadi adalah....
“Manami...”
“Hmmm...?”
“Kau lelah?”
“Hmmmm”
“Kau kedinginan?”
“Hmmm....”
“Kau mau mengulangi lagi?”
“Hmmm.... “ Aku menggumam lagi,
tetapi sesaat kemudian tersadar, “Ehhh...???”
Taka tergelak,
“Kenapa kau sembunyikan tubuhmu
di balik selimut? Bukalah selimutmu, aku ingin melihat wajahmu.”
“Tidak mau!”
“Why? Kenapa?”
“No Why...”
“Kenapa tidak ‘yes why’? Kau malu padaku?”
Aku tak menjawab dan masih menyelimuti
diriku dengan selimut yang juga dipakai oleh Taka untuk menutupi tubuhnya
sendiri.
Taka adalah orang baru dihidupku,
aku baru mengenalnya. Dan aku sudah menyerahkannya pada Taka. Apakah aku ini
gadis bodoh? Tapi setelah kupikir berkali-kali sepertinya tidak. Aku sudah
percaya sepenuhnya pada Taka, sama seperti Ayah yang sudah percaya pada Taka.
“Manami..”
“Hmmm,”
“Aku mencintaimu...”
“.......”
Aku membuka selimut yang menutupi
wajahku, kuhadapkan tubuh dan wajahku tepat di depan wajah Taka,
“Kenapa?”
“Kenapa?” Taka mengulangi
ucapanku
“Kenapa kau mencintaiku?”
“No Why, Aku mencintaimu. Tidak ada alasan dan tidak ada jawaban
yang bisa menjawab pertanyaan kenapa-mu.”
“Ya, aku mengerti."
"Kupikir kau dan mantan kekasihmu yang bajingan itu pernah melakukannya."
"...................." Aku hanya menggelengkan kepala.
Hembusan nafas Taka terdenger lebih berat.
“Apa kau tahu Manami, kau sangat
memabukkan,”
“Maksudmu?’
“Kau tidak tahu ketika kita tidur
berpelukan bersama beberapa hari yang lalu, mati-matian aku menahan gejolak
hasratku.”
“Benarkah?”
“Uhum, dan sepertinya hasratku
mulai naik kembali.....”
Tanpa aba-aba dan Taka kembali ‘menerkamku’.
Sarapan pagiku terlewatkan dengan kembali mengulang kejadian semalam. Rasanya memabukkan
dan Taka terlihat lebih berenergi dari semalam.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Keesokan Hari.
Aku sudah berada di depan
lokerku, mengambil beberapa buku untuk mata pelajaran yang akan kuikuti
setengah jam lagi. Aku masih berkutat dengan mencari-cari buku yang kubutuhkan,
ketika aku mendengar langkah kaki mendekat. Rambut pirang terlihat dari sekat
pintu loker yang kubuka.
Toru.
Dengan wajah berbinar Toru
mendekat ke arahku dan bersandar di loker sebelahku, badannya yang tinggi tegap
menghadap kearahku. Toru menatap wajahku dengan tatapannya yang sayu namun
bibir tak henti-hentinya tersenyum.
“Hai,” Sapa Toru.
“Hai Juga...” Jawabku canggung.
“Kau sehat..?
“Yap, seperti yang kau lihat, Aku
sehat.”
“Syukurlah, aku mengkhawatirkanmu...”
“Trimakasih, tapi aku baik-baik
saja,” Jawabku tanpa sedikitpun memandangnya.
“Beberapa hari kau tak masuk lagi
Donn... errr Manami, aku rindu padamu,” Ujar Toru sembari wajahnya tak
henti-henti memandangiku.
Rupanya ia sudah mengetahui
namaku yang sebenarnya.
Aku melirik ke wajah Toru
sebentar kemudian aku memalingkan wajah lagi. Canggung sekali suasana ini. Aku
yang menjadi obyek pandangannya merasa kikuk dan salah tingkah, hingga buku
yang kupegang berjatuhan.
Aku berjongkok dan sedikit
membungkuk untuk mengambil buku-buku yang berserakan. Toru pun tak kalah sigap,
ia juga ikut berjongkok dan membantu mengambil buku- yang terjatuh. Setelah
buku-buku itu terkumpul ditangannya, Toru menyerahkannya padaku, namun gerakan
Toru seakan mematung ketika matanya tak sengaja terarah pada salah satu bagian
tubuhku. Aku masih tak menyadari ada sesuatu yang membuat mata Toru menatap
tajam ke arah sesuatu yang membuat rahangnya mengeras.
“Apa yang sudah kalian lakukan?”
“Hmmm..???” Aku menggumam tak
mengerti.
“Apa yang kalian lakukan beberapa
hari ini??”
“Maaf, tapi aku tak mengerti Toru..”
Aku masih tak memahami arah pembicaraan Toru.
“Kalian! Sejauh apa kalian
berhubungan?”
“Maksudmu?”
“Kau masih tak mengerti apa yang
kubicarakan??? Kau lihat...”
Nada tegas Toru sangat kentara
terlihat sembari tangannya menunjuk salah satu bagian badanku. Saat kulihat..
Ya Tuhaaaan... bercak ini, bercak merah keungu-unguan.
Tidak... aku tak bisa berkata
apapun
Aku tak berkutik di depan Toru.
Bercak ini begitu terlihat karena
dress yang dibelikan oleh Taka dan kupakai ini berpotongan leher cukup rendah.
Aku malu sekali pada Toru, dengan hati-hati aku mencoba menutupi bercak itu
dengan menaikkan dressku hingga bercak di leherku sudah tak kelihatan.
“Kau sudah paham??? Sekarang
jelaskan padaku apa yang sudah kalian lakukan sejauh ini???” Suara Toru
terlihat menyeramkan.
Aku hanya tertunduk tak berani
menatap wajah Toru, ia sungguh ribuan kali berbeda dari biasanya. Aku tak
pernah melihat Toru menunjukkan wajah marahnya padaku. Tapi kurasakan Toru
hampir sama seperti Taka. Sangat menakutkna jika mereka berdua marah.
Buku-buku yang ada ditanganku
direbut Toru dan dimasukkannya kembali ke dalam lokerku. Dengan kasar Toru
menyeretku untuk mengikuti kemana langkahnya. Dengan mencoba menahan laju
badanku pun aku kalah, tenaga Toru lebih besar dan cengkraman tangannya di
pergelangan tanganku agak menyakitkan.
“Toru... jangan seperti ini!!!
Sakit!!!” Teriakku pada Toru.
Toru tak mengatakan apapun selain
berjalan penuh kemarahan tanpa menoleh sedikitpun.
“Toruuuu...” Aku sedikit
mengecilkan suaraku ketika beberapa gerombolan mahasiswa tengah terduduk di
kursi koridor kampus. Aku tak ingin menarik perhatian mereka.
Langkah kakiku sedikit tersandung
karena Toru berjalan dengan cepat, dan tak memberi kesempatan untukku berhenti
sejenak. Ia masih terus menyeretku menuju lorong yang jarang dikunjungi dan
sepi dari lalu lalang.
Toru mulai melepaskan cengkraman
tangannya, wajahnya sama sekali tak bersahabat. Mendung kelabu menutupi wajah
tampannya. Aku benar-benar sangat takut melihat Toru dengan kondisi seperti
ini. Aku tersudut ke dinding, dan Toru mendekat kearahku. Tatapannya seperti
singa lapar saat melihatku.
Semakin mendekat dan mendekat...
Dan Toru menyudutkan tubuhku ke
dinding, memenjarakan tubuhku dengan kedua tangannya di sisi kanan dan kiri
tubuhku. Mendekatkan wajahnya ke wajahku. Aku sangat tegang dan takut dengan
perlakuan Toru padaku. Dengan suara pelan dan tertekan Toru mengatakan sesuatu,
“Aku tahu kau sudah pernah merasakan
sakit. Tapi apakah kau sudah pernah merasakan bahwa kau menyakiti hati
seseorang?”
Suara Toru tepat hanya beberapa
centi di bibirku. Aku bisa merasakan hembusan nafasnya di bibirku, ah aku
teringat Taka.
“.......” Yang bisa kulakukan
saat ini hanya menelan ludah dan menahan napas.
“Katakan padaku apa kau sudah
pernah merasakannya...!!!!!” Bentakan Toru dengan suara kerasnya membuatku
menutup mata dan membuat jantungku berdebar sangat keras.
Aku tak bisa mengatakan apapun,
Demi Tuhan bibirku sangat kelu tak mampu berkata-kata.
“Jawab Manamiiii ..... !!! Apa
kau pernah merasakannya???” Teriakan Toru benar-benar membuatku lemas. Oh
tidak, kenapa aku harus selalu lemas jika mendengar suara bentakan...
“.............”
“Kau memang tidak pernah
merasakannya Manami, Karena kau tak berada di posisiku. Aku sangat terpukul
mengetahui apa yang telah kau lakukan dengan lelaki itu.”
Toru menyadarkan keningnya di
keningku, hidungnya di hidungku, dan terakhir ia mengecupkan bibirnya ke
bibirku sebentar.
Apa yang harus kulakukan, Toru
menempelkan bibirnya ke bibirku. Seharusnya aku berontak dan menolak, namun aku
tak mampu. Aku terlalu lemah untuk menghindar.
“Aku tak bisa menerimanya Manami,
sangat tidak bisa. “ Gumam Toru dengan wajah berjarak sangat dekat dengan
wajahku.
Maafkan aku telah kasar padamu,....”
Lanjut Toru dengan beranjak meninggalkan tempat.
Toru melangkah membelakangiku dan
sempat ia berhenti sejenak dan menoleh kearahku yang masih berdiri lemas
bersandar di dinding. Kemudian dengan berjalan mantap meninggalkan lorong sepi
ini Toru sempat memukulkan kepalan tangannya di dinding. Suaranya sangat keras,
pasti tangan Toru cedera.
“Brengsekkk !!! “ Masih kudengar
suaranya mengumpat di kejauhan.
Aku merosot dari posisiku berdiri
menjadi terduduk sambil menangis tak bersuara.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Asikkkk seru nih ye, seru nih
yeeee.....
Ada yang mau lanjutannya ga?
Minta cepet apa lama? Hahahaha.
Bikin 80% efef ini pas tengah
malem sampe jam 3 pagi loh, feelnya dapet banget wahahahaha. Oh iya dosa ga ya
gue kalo ngracunin anak orang pake cerita ginian, ada adegan enci nya lagi tapi
tetep sih disensor ga usah dicritain detilnya. Tar malah kebawa mimpi lagi dan lagian saya juga ga ngerti mau bikin detilnya gimana karena ga tau.
Hahahahaha.
Tunggu terus lanjutannya fanfic
pathetic girl ini hanya di kapanmainlagi :D
Terimakasih
.
.
Selamat Pagi...
.
.
Kapan-kapan Main Lagi Ya....
.
.
MBAAAAAAAAAAAAA, STRES LO AH!! #capsjebol Hahahahahahaha
BalasHapusGue bacanya jadi gak fokus mba. Ampe gue skip-skip, tp karena gue penasaran, gue baca juga akhirnya. Hahahahahahaha
Seriusan mba. Lo bikin adegan kek gtu, gue langsung inget Taka. Dan masalahnya gue jadi ngebayangin. Wkwk
Tanggung jawab lho mba. Hahahahaha
cheza
TAKAkakakakakakaka.....
Hapussatu orang kena racun inih...
Pengennya ga baca tapi akhirnya kebaca juga gegara penasaran. hahahahahahaa.
Gue bahagia banget ini ada yang bisa kena jerat efef nista gue.
Hahahahaha, masalahnya gue tanggungjawabnya gimana?? hahahaha
Asem banget lo mba malah bahagia. Hahahaha
BalasHapusBeneran jd gue bayangin tauk! :D aaaaaaarrrrrggghhhh. Gue mewek nih. Haha
Ya, nasi padang satu cukup lah. Wkwk
Iya dong, bahagia banget gue kalo ada yang bener-bener terhanyut sama ceritanya....
Hapushahahahahaha.
Wuihhh beneran bayangin nih? trus itu meweknya kenapa? mewek karena pengen apa mewek karena iri sama manami? wkwkwkwkwkwk #ngomongapasihgue
oh nasi padang yah... oke deh. gue kirim lewat bluetooth yak... ditunggu. hahaha
Yaaahhh, mbaaa -____-
BalasHapusAnak orang mbaa, anak orang.
Haduuuh, untung cuma epep. Cukup ini aja ya mbaa, cukup ini ajah..
Kalo pun ada, di piiiiiippp (alias sensor) ajah yah mbaa.
Untung lagi sebel sama taka, jadi gak kebayang :D ckcckckckkk..
Prasaan itu udah disensor deh iva. hahahaha
BalasHapusKenapa? keracunan juga kek Cheza? hahahahahaha
Iya deh yang lagi move on ke babang toru, gegara kaimu nya Taka. wkwkwkwkwk
Pertama mbaa, gue masih kecil mbaa #plaakkkk
BalasHapusKedua, si Manami juga masih kecil mbaa. Seumuran lah sama gue.
Dan yang ketiga, mastaka itu udah tua mbaa, jadi gak cocok kalo mastaka sama manami kek gituan.
Yang keempat mbaa, imej si mastak jadi jelek *ngomong apa sih gue*
Dan yang kelima mbaa, bibir mastaka tebel (?) bibirnya maachan kagak tebel (??????)
Yaudah GITUH aja.
Berhubung gue gak ngerti sama sekali, jadi gue gak keracunan mbaa.
Tapiiiiiiiiiiiii,, bang toruuuuuuuu T______T
Pertama ya, iya va gue udah tau kalo lo masih kecil...
Hapuskedua, gue juga tau kalo manami juga kecil tapi gue bikin mereka seumuran ceritanya. hahaha
ketiga, taka gue bikin mudaan dikit itu. wkwkwkwkwk
keempat, kagak ah, imejnya dia ga bakalan jelek gegara efef nista gue. hahahahaha
yang kelima, bibir taka tebel itu kenyataan. bibir machan tipis emang iya. hahahaha
Ah masa??? hahahaha
Bang toru kenapa bang toru? udah ada dua orang yang protes nih babang toru gue bikin kek gini. ahahahahhahaha
Yaaaaah mbaa, nangis nih nangis nih gue T__________T
HapusGak ngehayatin bgt sih, jadi gak ngerti banget, kkkkkk.
Meskipun gue udah gede, tapi entah kenapa gue berasa masih 15 tahun ajah, serius.
Jadi jangan buat gue nista mbaa -___-
Bang toruuu jangan sakit hati dong mbaa, gue jadi ikutan sakit dong T____T
Hahahahhaa, nangis kenapa lo va?
Hapusah lo kan udah 17plus keatas va, jadinya ya udah gede. hahahaha brasa 15 taun.
tenang aja va, lo ga bakal gue bikin nista kok, cukup ff gue yang gue bikin nista. hahahaha
hahahahaha, lagi-lagi udah dua orang yang ngerasa sakit gegara babang toru gue bikin sakit hati. hahahahaha
hahaha dasar iva iva...
hii ...
BalasHapuskonbanwa ...
ikutan komen yaa .. sejak chapter 1 selesai aku baca .. rasa penasaranku menjadi-jadi mba widi ...
syg nya d kantorku yg letaknya di tengah hutan n ga ada sinyal bikin aku sebel krn ga bisa buka blognya mba widi ..
semangat yaa buat ceritanya^^
btw ..
aku bacanya sambil cengengesan lagi ..
malu baca .. tp ngulang2 bacanya ...
wkwkwkwkwkk
ahihihihi.... malu malu tapi penasaran tetep pengen baca ya.. hehehe
Hapuseniwey, aku makasih banget loh... tiap kamu mampir baca pasti juga nyempetin komen dan itu rasanya seneng banget, karena tulisan dan ceritaku srasa dihargai.
Makasih ya Wulan :D