Rabu, 05 Maret 2014

Fanfiction One Ok Rock ; A Pathetic Girl with a Stubborn Boy Chapter VIII





A Pathetic Girl with a Stubborn Boy Chapter VIII

Author             : Parasarimbi

Genre              : Romantic

Length             : Chapter by Chapter (belum ada rencana sampai chapter berapa)

Cast                 : Manami as Donna

                          Taka

                          Toru

                          Ryota

                          Tomoya

Disclaimer : Cerita punya saya, tapi tokoh bukan punya saya. Fanfiction One Ok Rock ini dibuat hanya untuk koleksi dan kesenangan semata.




~~~~~~~~~~~~~~~~

Pukul 8 pagi aku baru terbangun setelah semalaman aku tidur sambil berpelukan dengan Taka dan saling berbagi selimut. Tidurku semalam sangat nyenyak dan tak pernah selelap ini dengan hadiah berupa mimpi yang tak bisa kujabarkan. Segalanya terasa indah.

Lengan kiri Taka menjadi bantal di kepalaku, dan aku memeluknya layaknya guling yang ada di kamar tidurku. Taka juga memelukku dengan tangan kanannya. Tidur dengan posisi miring dan wajah saling berhadapan membuatku bisa merasakan hembusan nafas yang keluar dari hidung Taka. Seolah kami sama-sama saling berbagi hembusan napas. Tidak terjadi apa-apa semalam. Taka benar-benar membuktikan ucapannya bahwa ia tak akan macam-macam padaku. Taka memang laki-laki yang baik..

Aku bangkit dari tidurku dan duduk di tepi ranjang, aku menoleh ke arah wajah Taka, Taka masih terpejam. Sepertinya ia memang sangat lelah dan aku sama sekali tak ingin membangunkannya. Sesaat kemudian aku beranjak menuju kamar mandi, dan melakukan aktifitas layaknya orang mandi dengan peralatan mandi di kamar losmen yang seadanya. Tak lama sekitar 15 menit berlalu, badanku sudah segar dan wangi sehabis mandi. Dengan handuk di yang menggantung di leherku, aku keluar dari kamar mandi dan mendapati Taka tengah terduduk di sofa dan tersenyum padaku.

“Kau sudah bangun?” 

“Seperti yang kau lihat. Sudah,” Jawab Taka singkat

“Bagaimana tidurmu? Nyenyak?”

“Tak pernah se-nyenyak ini bersamamu...”

Jujur aku sangat tersipu malu mendengar Taka mengatakan hal itu. Aku hanya tersenyum simpul menanggapi jawaban Taka dan seakan salah tingkah.

“Dan... aku tak perlu menanyakan tidurmu nyenyak atau tidak, karena semalam kau sama sekali tak mau melepaskan pelukanmu padaku. Aku sangat senang...”

“.....” Aku tak menjawab apapun, bingung harus mengatakan apa lagi. Aku benar-benar semakin salah tingkah.

“Baiklah, aku akan mandi  dulu setelah itu kita sarapan dan kembali melanjutkan perjalanan,” Ujar Taka sambil menepuk bahuku dan berjalan melewatiku menuju kamar mandi..
Aku hanya mengangguk sambil tersenyum, kemudian Taka masuk kedalam kamar mandi dan terdengar shower dinyalakan setelah beberapa saat.

Aku menuju jendela kaca losmen dan menempelkan keningku di jendela, dibawahnya terlihat hiruk pikuk kesibukan di jalanan. Ingatanku seakan kembali saat Taka mengatakan kalimat yang membuat jantungku selalu berdegup. Perasaan ini kurasakan seperti kembali ke masa saat kurasakan masa remaja yang indah. Jatuh cinta? Aku tak mengerti. Sejak beberapa tahun menutup diri dan menutup hati aku serasa lupa rasanya jatuh cinta.


Aku adalah lelaki yang menginginkanmu melebihi lelaki lain di dunia ini....


Aku adalah lelaki yang menginginkanmu melebihi lelaki lain di dunia ini....


Aku adalah lelaki yang menginginkanmu melebihi lelaki lain di dunia ini...


Aku adalah lelaki yang menginginkanmu melebihi lelaki lain di dunia ini...


Aku adalah lelaki yang menginginkanmu melebihi lelaki lain di dunia ini....


Kata-kata itu selalu terngiang tanpa kusadari, dan sepertinya Taka membuat duniaku beralih kearahnya. Ada sesuatu yang bergetar dalam dadaku, apakah aku mulai menaruh hati pada lelaki ajaib ini? Entahlah...

Tapi kata-kata itu cukup membuat mood-ku sangat baik hari ini. Terimakasih Taka.

~~~~~~~~~~

Beberapa jam telah berlalu. Aku dan Taka sudah berada dalam mobil untuk melanjutkan perjalanan setelah sebelumnya pergi ke sebuah kedai okonomiyaki untuk sarapan pagi dan berhenti sejenak di fashion store untuk membeli beberapa baju untuk ganti.

Flashback beberapa waktu yang lalu.
Taka tak mengatakan apapun ketika ia berhenti di depan fashion store selain memintaku untuk menunggunya di dalam mobil. Tak lama sekitar 20 menit, Taka sudah muncul keluar dari pintu fashion store sambil membawa dua buah kantong plastik lumayan besar yang ia bawa di tangannya. Setelah masuk mobil Taka menyerahkan salah satu kantong plastik kepadaku.

Aku terheran-heran dan memandang Taka dengan wajah kebingungan.

“Ini untukmu, untuk kau pakai selama beberapa hari kedepan...”

Aku melongok ke dalam isi kantong plastik itu, terlihat ada 3 helai dress selutut dengan berbagai motif dan warna. Taka membelikanku ketiga dress itu dan tentu saja ia yang memilih sendiri dress itu. Sedangkan Taka terlihat membeli beberapa potong kaos polos dan celana jeans hitam saat ia menunjukkan kepadaku isi dalam kantong plastik yang dibawanya. Tunggu... aku melihat di kantong plastik milikku ada kantong plastik lagi didalamnya, namun dengan ukuran lebih kecil.
Aku penasaran dan mencoba membuka isinya....

Ya ampun... aku malu sekali....

Taka juga membelikanku beberapa potong pakaian dalam.

Aku malu....

Namun sepertinya Taka tanggap melihat raut wajahku yang berubah.

“Maaf aku tak mengerti berapa masing-masing ukuran....” Taka terlihat kikuk.

Kupotong perkataan Taka dengan cepat...

“Ahh.... ya ya ya... tak apa-apa Taka. Sepertinya memang cukup untukku...” Aku berkata tak kalah kikuk.

Flashback end


 ~~~
 
Waktu terasa begitu cepat dan siang telah berganti menjadi senja hari. Walaupun seluruh badanku terasa lelah karena perjalanan jauh tapi aku merasa segar kembali ketika aku sampai di sebuah bangunan besar bercat putih bertuliskan ‘Rumah Sakit Nagawa’. Aku tak sabar untuk bertemu kembali dengan Ayahku yang dulu kubuang dalam ingatanku jauh-jauh. 

Begitu sampai di lobby hotel, Taka menggandeng tanganku dan menggenggamnya erat seolah memberiku sebuah kekuatan agar pertemuanku dan Ayahku berjalan dengan baik karena Taka tahu bahwa aku sedikit gelisah.

“Semua akan baik-baik saja Manami...” Bisik Taka.

“Kuharap begitu..” Sahutku singkat.

Setelah melewati koridor dan beberapa kamar dan bangsal rumah sakit, kini sampailah aku dan Taka di depan sebuah kamar bertuliskan nama...

“OKU T - San.” 

Nama Ayahku.....

Taka mendahuluiku masuk ke kamar rumah sakit, dan aku mematung di depan pintu. Aku merasakan kegalauan teramat sangat. Aku ragu-ragu untuk menginjakkan kaki dan menemui Ayah secara langsung. Hatiku gamang sekali.

Karena tak kunjung masuk, Taka muncul di pintu masuk kamar Ayahku dan menarik tanganku agar segera masuk dan bertemu Ayahku. Dan disinilah aku.....

Kulihat Ayahku sedang duduk di ranjang rumah sakit dengan posisi membelakangi pintu masuk. Ayah sama sekali tak terlihat terganggu dengan kehadiranku dan Taka. Seperti patung hidup yang kulihat dari Ayahku. Aku bisa melihat dari rambutnya yang kini memutih penuh uban walaupun aku belum bisa melihat bagaimana wajah Ayahku yang sekarang.

Taka mendekat ke Ayahku dan berdiri menghadap langsung face to face...

“Paman... Ini aku Taka. Aku kembali lagi untuk melihat keadaanmu...” Sapa Taka sambil membenahi kerah piyama rumah sakit Ayahku yang terlihat kurang rapi.

“.......................”

Tak ada jawaban.

“Bagaimana kabar Paman? Apakah Paman makan dengan baik? Maaf, agak lama aku tak mengunjungimu karena suatu hal....”

“........................”

“Apakah Suster dan Dokter disini merawat Paman dengan baik pula? Tadi aku bertemu Fuji Sensei di lobby hotel tapi tak sempat menyapanya karena terlihat buru-buru.”

“..........................”

Hingga beberapa kali Taka mengajak Ayahku berbicara, tak sedikitpun Ayah meresponnya. Entah itu suara atau gerakan. Taka seperti berbicara dengan patung. Hal itu yang membuatku sangat bersedih mengetahui Ayahku yang sakit sedemikian parah. Hingga tak terasa isakan demi isakan keluar dari mulutku, dengan air mata yang turun tanpa permisi. Aku miris melihat keadaan Ayah, seharusnya Ayah tak perlu sakit seperti ini. Ayah adalah seorang laki-laki yang gagah dan berwibawa, tak seharusnya ia berubah menjadi seperti ini.

“Paman... Maafkan aku jika mengunjungimu tanpa membawa buah tangan apapun seperti biasanya.....”

“....................”

“Tapi Paman... aku membawa seseorang yang sudah lama Paman rindukan. Paman lihat... aku sudah membuktikan janjiku untuk membawa seseorang kembali pada Paman....” Ujar Taka dengan mata berkaca-kaca.

“......................”

“Paman.... Putrimu Manami.....”

“..................”

“Ia sudah disini bersama Paman, aku yang membawanya kesini untuk Paman.... Paman tolong jawab aku Paman....!” Nafas Taka tersengal-sengal, Taka terlihat emosional dan air matanya menetes.

“Paman... tolong bicaralah Paman...!!! Tolong jangan diam saja. Bicaralah Paman....!” Taka mengguncang-guncang bahu Ayahku, berharap kesadaran Ayahku pulih.

“....................” 

“Paman kumohon... bicaralah..... Manami ! Kemarilah dan bicaralah pada Ayahmu... !!! “ Taka mulai melepas cengkramannya pada bahu Ayahku kemudian menarikku ke hadapan Ayahku.
Aku berjalan mengikuti seretan tangan Taka, agak berat saat kakiku melangkah ke hadapan Ayah. Namun saat aku sudah berada tepat di depan Ayah...

Oh Tuhaaaan.... Ayahku terlihat menyedihkan sekali. Raut wajahnya yang dulu tampan telah berubah menua dari usia yang sebenarnya. Dan seperti tak menganggap ada orang di depannya. Pandangan matanya kosong ke depan dengan bola mata yang tak bergerak meskipun beberapa kali berkedip. 

“Ayah....” Aku mulai bersuara.

“...........”

“Ayah, ini aku....” Aku menangkup wajah Ayah dengan kedua telapak tanganku, menghadapkan wajahnya agar bisa melihatku yang ada di hadapannya.

“Kenapa bisa seperti ini Ayah.....?”

“.............”

“Ayah... ini aku putri Ayah.. ingatkah Ayah padaku?” Tanganku beralih ke bahu Ayah dan mencoba mengguncangkan badan Ayah.

Bola mata Ayah mulai bergerak naik turun.

“Aku putri Ayah. Aku Manami.... Ayah....” Sentakku.

”Mmmm.....” terdengar gumaman kecil dari bibir Ayah.

Ayah mulai merespon panggilanku.

Taka mendekat kesampingku dan menyemangatiku untuk selalu mengajak Ayah berbicara.

“Ayahhhhh.... dengarkan aku . Aku Manami Ayahhh...”

“Mmmaan.......” Ayah bergumam lagi.

“Manami Ayah.... “ Telapak tanganku kembali menangkup wajah Ayah, kugerak-gerakkan wajahnya agar bola matanya tertuju padaku.

“Ayah lihat aku.... “ 

Bola mata Ayah berputar-putar beberapa kali hingga kini bola mata Ayah tertuju padaku.
“Ayah...” Ucapku lirih, berharap Ayah segera menyadari bahwa didepan matanya adalah putrinya yang telah lama pergi menghilang.

“Mmmaanam.....mih......” Ayah  memanggil namaku terbata-bata.

“Iya Ayah ini Manami.. Ayah ingat padaku...???” Air mataku kembali turun dengan derasnya.
“Manamihhh... Manamihh.....” Ayah mulai meracau.

To be Continued......
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ 

Haduhhh maaf banget ya telat ngepost buat yang udah ga sabaran sama chapter 8. Kerjaan di kantor super sibuk banget, jadi pas mau lanjutin nulis efef udah mayan kecapekan. Dan sore tadi jam 3 sore sampe jam 7 malem saya tidur kayak orang pingsan dan bangun-bangun badan anget lagi #curcolauthor

Dan demi menepati janji sama reader yang minta chapter 8 segera dipost kan, nahhh udah dipost kan...? Trimakasih yah masih mendukung & semangat ngikutin cerita pathetic girl serta sabar menunggu. hehehehe

Sebenernya chapter 9 udah ada sih, Cuma perlu perbaikan aja. Moga-moga bisa diposting secepatnya yak.. Karena emang bulan Maret ini bakalan sibuk banget dengan kerjaan di kantor yang bikin pala nyut-nyutan.

Terimakasih buat para reader juga yang doain kesembuhan diriku di twitter, I love you all mamen...

(Nambahin lagi... waktu nulis yang pas bagian Manami, Taka sama Ayah Manami itu pas lagi dengerin Heavenly Days nya Aragaki Yui. Duhhh tiba-tiba nangis sendiri. Keknya saya terhanyut sama ceritanya hahaha)
.
.
Selamat malam.
.
.
Kapan-kapan Main Lagi Ya....
.
.

12 komentar:

  1. Disclaimer: Cerita punya mbaa Widi, dan Taka hanya punya saya :D Haahahahahapaaseeeh.
    Arigatou gozaimasu mbaa :D

    Jangan nangis dong mbaa, kan aku jadi ikutan sedih -_-

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha, katanya kemaren Toru, sekarang ganti Taka lagi??? ah dasar kamu ga setia.... :p

      hehe arigatou buat apa inih?

      nangis dikit gpp, menghayati banget itu kemaren pas bikin. hahaha

      Hapus
    2. Yaudah, Toru juga :D TAKAkakakakakakkakakaka.
      Arigaatou karena mbaa udah ngeposting ini sebelum hari jumat :D Ckckck

      Iya sii, sedih. Manami-nya menderita, tragis banget idupnya *geleng2 pala*

      Hapus
    3. Ah ga boleh dong, satu aja. tar yang laen ga kebagian. #eh
      hahahaha

      Oh.. emang dulu diriku janji ngeposting hari Jumat ya? suer ini lupa beneran.

      Hooh ya tragis banget idupnya Manami, tapi untungnya sih cuman dalam efef. wkwkwkwk

      Hapus
    4. Yaudah, pindah ke bang ryota dulu ah, hahaha :D

      Emang gak bilang hari jumat sii, tapi mbaa kemaren ngomongnya mau seminggu lagi :D

      Tapi hepi ending kan mbaa ??

      Hapus
    5. Hahahaha, aku dukung tuh kalo pindahnya ke dedek Ryota. hahahaha

      Oh gitu ya... lupa banget sih waktu ngomong itu, haduhh gara-gara banyak kerjaan jadi lupa apa-apa deh...

      Ahhh ada dehhh, hepi ending ga yaaaa....
      dari judulnya aja roman-romannya sih keknya ga enak ya...
      hahaha

      Hapus
    6. Yaudah mbaa, aku sama bang ryota dulu,hahaha :D

      Sama mbaa, sepertinya minggu-minggu sekarang aku gak bakal ngerengek lagi mina dicepetin FF nya, haha, soalnya udah puyeng banget -___-

      Iya gak enakin ajah mbaa, biar tragis banget, haha. Okelah mereka mau nikah terus ayah manami sembuh, tapi pas mau nikah bapanya manami sama si taka mati di hari pernikahannya. Dan manami gila, hahahaha :D *evil smirk*

      Hapus
    7. Oke deh, beneran loh ya sama dedek Ryota dulu.
      Pokoknya ga boleh pindah-pindah ke Babang Toru, Babang Tomoya, apalagi sama masTAKA. wkwkwkwkwkwk. #pemaksaaaaaan

      Hehehe, makasih loh pengertiannya.
      Tapi tetep kok ga bakalan lupa ngeposting selanjutnya. Pasti bakalan tetep muncul chapternya selanjutnya.

      Wakakakakakaka, tragis. ironis. bikin nangis. dan author meringis.
      TAKAkakakakakaka

      Hapus
  2. Mungkin minggu depan sama bang tomo, haha. Gapapa yah mbaa, ckckckck.

    Oke mbaa, makasih juga udah pengertian sama adekmu yg cerewet inih :D

    Gimana mbaa? Endingnya di tragisin ajah yah mbaa? Haha.
    Taka dan ayah manami mati pas Taka sama Manami mau nikah mbaa, ya ya ya?? Hihi.
    Terus manami nya jadi gila weh :D ya ya ya :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ah ga setia bener sih kamu. paling minggu depannya lagi balik sama mas TAKA.

      yoyoi dehhhh... masama

      Gimana yaaaaa, di tragisini ga yaaaa....
      wait and see ajah. hahaha

      Hapus
  3. kereeenn mbaaa ...
    aq pembaca baru efef mu lohh ...
    semangatt yaa buat cerita OORnya ^^

    BalasHapus

Feel free to comment... silahkan....